“Hallo, berjumpa lagi kita di sini. Apa kabarmu?”
“Hehehe. Aneh, ya. Padahal kita tidak janjian, kok bisa ketemu lagi, ya?”
“Aku memang berdoa dan meminta seperti itu. Kita tidak akan terpisahkan lagi.”
“Sungguh, menyenangkan dan bahagia sekali aku bisa bertemu dengan dirimu lagi, di sini.”
“Aku juga senang bertemu tuan. Dan tuan tidak perlu lagi mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Kita sudah abadi.”
“Terima kasih sudah memilihku. Di sini banyak sekali bidadari. Semuanya cantik. Dan Tuan lebih memilih aku.”
“Di sini. Dan hanya di sini fiksi menjadi nyata.”
“Semua yang kita angankan, terwujud dan tercipta dengan mudah.”
“Kita teraba. Bisa merasakan.”
“Bolehkah aku mencium keningmu?” Bisikku
“Tuan boleh menciumku, yang mana saja Tuan suka.”
“Jangan panggil aku Tuan, Sir atau Mister. Panggil aku Kekasih. Dan ijinkan aku untuk menjadi kekasihmu, selamanya.”
-oooOooo-
Sumber gambar: rocknationality.blogspot.com/201...ive.html
****
Meddy Danial
Dalam menulis saya berusaha sebisa mungkin punya makna esoteris, tetap elegan dan kadang-kadang mengandung perlawanan; pandangan dan sikap dari ‘ada-diri’ saya. Memang agak sulit memasukkan ‘esoteris’ ke dalam semua tulisan. Tapi esoteris itu sendiri adalah ‘batin’ yang termanifestasi melalui olah kata dan olah kerja manusia menjadi sesuatu yang dalam dan bermakna. Sehingga tulisan bukan lagi hanya kumpulan kata-kata, tapi sesuatu yang memiliki jiwa atau ruh. Sesuatu yang hidup dan bergerak seperti cahaya yang menerangi; menjadi indah dan memiliki spiritualitas karena bernilai kebenaran.
Gambar diambil dari :
http://www.funwhenbored.com/graphics/fantasy/
Mampukah Dia membuatku tersenyum selalu?
Achh, aku tidak berani membayangkannya
Apalagi mengharapkannya....
Sulit rasanya mempunyai ruang luas, tetapi harus disembunyikan pintu masuknya rapat-rapat. Tidak boleh terbuka lebar, tidak boleh dihuni oleh siapa pun dan tidak boleh dibongkar-pasang. Biarkan ruang itu tetap apa-adanya. Biarkan hanya pintu dan dinding saja yang berada mengitari ruang itu. Dan Biarkan ruang luas itu terpelihara dan dihuni oleh Sasa. ALasannya, karena Sasa ingin membiarkan semua rasa pada dirinya, menari tertiup angin-hanya meliuk-liuk dalam relungnya. Sasa tidak mau mencemari rasa itu dengan berbagai bakteri-bakteri 'ketakutan' dan potongan-potongan dahan patah. Salahkan Sasa bila memilih cara demikian? Sepertinya tidak juga. "Salah" menurut Sasa, jika orang lain mengintip dan menjadi tahu letak ruang luas itu. Dan Sasa tidak mau itu terjadi. Ruang luas cukup buat dirinya saja. Dan sudah pasti tertutup bagi orang lain. jadi sah-sah saja cara seperti Sasa ini, begitu pikiran Sasa.
Gambar diambil dari :
http://www.fromoldbooks.org/Renwick-Spenser/Calendar-03-March-q75-500x409.jpg
Bulan Februari sudah hampir berakhir. Itu tandanya harus sudah ada tema bulanan baru untuk bulan Maret. Sesuai kesepakatan, tema untuk bulan Maret ini adalah Perempuan dan Profesinya. Apa saja yang bisa masuk kategori tema tersebut? Jangan terlalu sempit menerjemahkan profesi seorang perempuan, itu yang pasti. Bahkan menyusui anaknya sendiri pun bisa dibilang profesi bagi seorang ibu, dalam artian beliau mengerjakannya dengan penuh dedikasi dan harapan imbalan dari Tuhan semata.
Bentuk tulisan bisa berbentuk prosa, puisi atau artikel lainnya. Walaupun ini Kampung Fiksi tapi tidak menutup kemungkinan untuk menayangkan tulisan non-fiksi yang sesuai dengan tema bulanan. Berikut beberapa contoh sub-tema yang bisa diangkat:
1. Perempuan dan pekerjaannya di luar rumah
2. Konflik batin ibu yang bekerja di luar rumah.
3. Pilihan antara bekerja di rumah dan di luar rumah.
4. Stereotype pandangan lingkungan bekerja terhadap performa perempuan bekerja.
5. Apa juga boleee…*bingung ah apa lagi…hahahahaa*
With love,
Si penentu tema untuk bulan Maret, Winda.
gambar diambil dari: http://kupu-kupumerahmuda.blogspot.com |
Adakah cinta yang lebih cinta daripada cinta laut kepada biru? Pernah, di suatu masa yang seperti berasal dari waktu yang tenggelam, kau bertanya kepadaku, di suatu senja yang gemilang dalam warna tembaga, di tepi laut yang deburnya menemu ritmis dengan debar di dadaku yang muda. Kau menatap tepat ke dalam bulir mataku. Oh, padanya aku seumpama berenang-renang di samudera, menyelami jutaan riak-riak yang di tiap ujungnya terkait sekerlip kristal pelangi oleh timpa matahari. Cintamu yang maha kepada laut adalah kesemestaan yang seperti lingkaran, menauti setiap awal dan titik yang menadahi takdir.
Seperti itu pula aku mencintaimu.
Apabila cinta adalah laut, kuyakinkan engkau adalah biru. Meski itu berarti kau akan menggariskan rentang waktu di lenganmu dan menumbuknya menjadi ungu. Sebab demikian dashyat cinta itu meredamu dalam lenggang yang menunggu. Dan kau, seperti di suatu saat dimana masa adalah dimensi yang saling menghilangkan, menemukan ketukan jantungmu di putaran ombak yang menotasikan puisimu..
“Kau tahu seberapa jauh waktu tujuh tahun mendewasakan seseorang?,” tanyaku di perjumpaan kita di pinggiran pantai dengan perahu-perahu nelayan, di suatu sore ketika langit berpendaran dengan larik-larik cahaya yang memerah padam perlahan menenggelamkan lengkung matahari di ujung cakrawala.
“Kau tahu berapa jumlah kata yang diperlukan untuk puisi selama rentang waktu itu?” Rasanya, asin udara laut sudah berkumpul di sudut mataku. Aku ingin menelannya, seperti aroma waktu yang diam-diam menghilang di balik punggung anak-anak nelayan yang menandai laut sebagai puting susu ibu mereka.
Ilustrasi: Azam Raharjo |
Iroh mengendap-endap lewat pintu samping dan pelan-pelan membuka daun jendela kamar pavilyun yang setengah tertutup.
“Sssssttttt….” Lehernya dijulurkan ke dalam jendela sambil tangan kirinya menyibak gorden hijau lumut. “Non.” Iroh berbisik. Berulang-ulang.
“Iroh! Ngapain kamu di situ? Pakai bisik-bisik segala!” Gadis remaja yang dipanggil itu menyingkap lebar-lebar tirai jendela dan melotot ke arah Iroh. “Ada apa? Berisik!”
“Ada cowok, Non. Cowok macho!” Iroh masih berbisik-bisik sambil menyeringai. Dua jempol tangannya diacungkan ke atas. Dadanya dibusungkan.
Masih ingat kan kamu, pada salah satu adegan di dalam film “Ada Apa Dengan Cinta” (AAdC). Adegan saat Cinta menutup mukanya dengan kedua tangannya sambil sesenggukan, ketika sedang berada di dalam aula tertutup untuk olah raga basket. Cinta mulai menangis ketika teman-temannya bertanya, “Apakah kamu mencintai Rangga?”
Cinta tidak bisa menjawab. Dia malah sesenggukan sambil menutup mukanya. Dia berjuang sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah. Agar ia tetap bisa menyembunyikan rasa cintanya kepada Rangga di depan teman-temannya dan agar ia tidak diolok-olok oleh teman-temannya.
Rasa cinta yang hadir, tumbuh dan bersemi. Rasa cinta yang mulai dia rasakan bukan lagi sebagai getar-getar perlahan. Tapi cinta yang sudah seperti suara guruh yang meledak-ledak dan menyambar-nyambar, dan yang akhirnya harus dimuntahkan menjadi hujan yang menjatuhi bumi meskipun sebenarnya belum waktunya untuk hujan menurut hukum alam. Seolah Tuhan ikut terpesona pada gelombang-gelombang rindu dan cinta dari dua makhluk ciptaan-Nya yang sempurna itu.
Cinta gagal menyembunyikan perasaan hatinya. Dia tidak bisa membohongi hati dan perasaannya di hadapan teman-temannya. Cinta sengaja menyembunyikan rasa cintanya kepada Rangga, agar Cinta masih bisa bersahabat dengan teman-temannya.
Tapi kali ini Cinta menyerah telak sekali. Dia gagal membendung perasaan batinnya. Perasaan cinta yang ia rasakan, mengalir begitu deras seperti air bah yang tidak dapat dibendung lagi oleh apapun yang menghalanginya. Tidak karena alasan persahabatan. Perasaan cintanya pada Rangga yang begitu suci, terlalu kuat untuk dilawan, apalagi untuk ditahan.
Dan akhirnya Cinta harus mengakui bahwa rasa cinta yang tulus memang harus diceritakan. Tidak hanya kepada teman-temannya, tapi juga kepada laki-laki yang telah membuatnya bisa bergetar, merasakan getaran jatuh cinta, yang mengaduk-aduk hatinya, dan yang berhasil membuka pintu hatinya untuk menerima kehadiran cinta yang bersemi dari seorang laki-laki bernama Rangga.
---00000000000---
Penulis: Meddy Danial
Sumber gambar dari Google
****Penulis: Meddy Danial
Sumber gambar dari Google
Meddy Danial
Dalam menulis saya berusaha sebisa mungkin punya makna esoteris, tetap elegan dan kadang-kadang mengandung perlawanan; pandangan dan sikap dari ‘ada-diri’ saya. Memang agak sulit memasukkan ‘esoteris’ ke dalam semua tulisan. Tapi esoteris itu sendiri adalah ‘batin’ yang termanifestasi melalui olah kata dan olah kerja manusia menjadi sesuatu yang dalam dan bermakna. Sehingga tulisan bukan lagi hanya kumpulan kata-kata, tapi sesuatu yang memiliki jiwa atau ruh. Sesuatu yang hidup dan bergerak seperti cahaya yang menerangi; menjadi indah dan memiliki spiritualitas karena bernilai kebenaran.
Aku tahu dia tidak menyukai senja. Dia selalu melewatkan senja begitu saja, dengan asyik membaca koran atau memejamkan mata tanpa pernah mau menyaksikan matahari kalah dan digantikan dengan malam. Dia bersikukuh bahwa senja tidak pernah ada. Tidak ada itu yang namanya masa transisi, katanya selalu begitu, yang ada hanya revolusi, sambil mencium tepi keningku dan melangkah masuk ke kamar kami. Empat puluh tahun masa kebersamaan. Dia selalu setia, setia mengecupku ketika bangun pagi dan selalu menunjukkan bahwa dia terpesona kepadaku. Entah apa yang membuatnya terpesona, aku tak pernah tahu, dan dia tak pernah mempersoalkan apakah aku tahu atau tak tahu.
Aku berdiri termangu disana di bawah derasnya hujan yang menyirami bumi menunggu seseorang yang hingga kini tidak kunjung datang. Oh, betapa ingin aku melihat wajahnya kembali saat ini. Seandainya ia tahu betapa aku merindukannya walau setelah semua yang ia lakukan padaku. Bahwa aku akan selalu memaafkannya untuk semua yang telah ia perbuat.
Gambar diambil dari :
http://fc01.deviantart.net/fs21/f/2007/234/e/4/Falling_in_Love_by_Irulana.jpg
Kamu tahu, aku saat ini sedang jatuh cinta.
Ya, aku jatuh cinta lagi.
Tak percaya rasanya aku akan kembali merasakan ini setelah patah hati berkepanjangan.
Aku sempat menutup pintu hatiku karena takut terluka lagi akan penolakan serta pengkhianatan.
Oh, sungguh, hatiku tidak sanggup lagi tersakiti.
Namun sejak beberapa minggu ini, kuncup-kuncup cinta mulai bermekaran dalam hatiku tanpa sepenuhnya kusadari hingga akhirnya merekah sempurna menggetarkan jiwa barulah aku bisa merasakannya.
Oh, sungguh, luar biasa sekali rasanya.
Ya, aku jatuh cinta lagi.
Tak percaya rasanya aku akan kembali merasakan ini setelah patah hati berkepanjangan.
Aku sempat menutup pintu hatiku karena takut terluka lagi akan penolakan serta pengkhianatan.
Oh, sungguh, hatiku tidak sanggup lagi tersakiti.
Namun sejak beberapa minggu ini, kuncup-kuncup cinta mulai bermekaran dalam hatiku tanpa sepenuhnya kusadari hingga akhirnya merekah sempurna menggetarkan jiwa barulah aku bisa merasakannya.
Oh, sungguh, luar biasa sekali rasanya.
“Mama nggak pernah mau mengekang sebenarnya, Vinka! Mama hanya berusaha memberikan kamu arahan supaya kamu tidak salah jalan. Kamu sudah besar, sudah lima belas tahun. Anak gadis seumurmu harus berhati-hati dalam pergaulan! Kamu mau sekolahmu berantakan karena kamu keasyikan main dengan teman-temanmu itu? Atau kamu mau kalau kamu sampai hamil di luar nikah karena pergaulan bebas? Kamu tidak Mama besarkan dengan sembarangan! Semua Mama sediakan untuk kamu demi masa depanmu! Jangan sia-siakan itu! Mama nggak ijinkan kamu pergi ke pesta ulang tahun Dara malam minggu nanti. Titik! Dan tolong pikirkan lagi untuk masuk ke jurusan IPA itu, karena itu yang paling cocok dengan prestasimu selama ini.”
“Mama tahu kalau aku paham maksud Mama, kan? Apakah ada tanda-tanda kalau aku sudah mulai salah jalan selama ini? Selain aku asyik main dengan teman-temanku? Ada yang lain? Apa nilai di sekolahku jelek dan mengecewakan? Apa aku mulai suka keluar dengan teman laki-laki atau punya pacar? Apa Mama sudah melihat sendiri kalau aku bergaul dengan bebas? Dan apa salahnya bergaul dengan bebas? Selama itu bukan pergaulan bebas? Itu dua hal yang berbeda, Ma! Mama sendiri yang mengajarkan untuk tidak memilih-milih teman. Siapapun pantas menjadi teman kita, begitu kata Mama dulu. Lantas kenapa sekarang semuanya jadi berbalik begitu aku beranjak besar sekarang ini? Prasangka Mama sungguh keterlaluan. Mama sendiri yang bilang kalau Mama tidak membesarkan aku dengan sembarangan. Harusnya Mama juga yang percaya kalau aku memang bukan hasil asuhan sembarangan ibu! Tidak boleh ke pesta Dara, ya sudah! Aku harus masuk jurusan IPA, padahal aku mau masuk jurusan IPS, ya sudah! Tidak bisa diganggu-gugat lagi, kan? Thank’s, Ma! Sudah buat aku sedih!”
“Mama tahu kalau aku paham maksud Mama, kan? Apakah ada tanda-tanda kalau aku sudah mulai salah jalan selama ini? Selain aku asyik main dengan teman-temanku? Ada yang lain? Apa nilai di sekolahku jelek dan mengecewakan? Apa aku mulai suka keluar dengan teman laki-laki atau punya pacar? Apa Mama sudah melihat sendiri kalau aku bergaul dengan bebas? Dan apa salahnya bergaul dengan bebas? Selama itu bukan pergaulan bebas? Itu dua hal yang berbeda, Ma! Mama sendiri yang mengajarkan untuk tidak memilih-milih teman. Siapapun pantas menjadi teman kita, begitu kata Mama dulu. Lantas kenapa sekarang semuanya jadi berbalik begitu aku beranjak besar sekarang ini? Prasangka Mama sungguh keterlaluan. Mama sendiri yang bilang kalau Mama tidak membesarkan aku dengan sembarangan. Harusnya Mama juga yang percaya kalau aku memang bukan hasil asuhan sembarangan ibu! Tidak boleh ke pesta Dara, ya sudah! Aku harus masuk jurusan IPA, padahal aku mau masuk jurusan IPS, ya sudah! Tidak bisa diganggu-gugat lagi, kan? Thank’s, Ma! Sudah buat aku sedih!”
Apa ya tontonan yang asik buat Valentine Day? Biasanya sih gue nonton NOTTING HILL…yang IMHO adalah film paling romantic sedunia.
Tapi menonton film NOTTING HILL sekarang kok bikin gue stress ya… hahahah… Jadinya gue beralih ke film yang direkomendasikan habis sama Indah yaitu Something’s Gotta Give dan sepertinya ini juga bakal jadi film favorit gue karena gak terlalu membawa kita ke awang – awang. Yah, kecuali bagian cerita bahwa si tokoh utama kaya raya sampai bisa punya rumah pantai mewah di Hampton dan bisa jalan – jalan ke Paris.
Film ini dimulai dengan kagetnya Erica Barry (Diane Keaton) penulis cerita panggung terkenal dan saudaranya Zoe (Frances McDormand) menemukan seorang pria asing di rumahnya yang ternyata adalah kekasih puterinya Marin (Amanda Peet).
Pria yang berusia 60-an itu adalah Harry Sanborn (Jack Nicholson) seorang produser music kaya raya dan terkenal karena tetap melajang hingga saat ini. Harry terkenal akan kebiasaannya mengencani wanita – wanita muda dan malam itu ia kena batunya karena terkena serangan jantung. Dr Julian Mercer (Keanu Reeves) yang merawatnya meminta Harry agar jangan melakukan perjalanan jauh. Terpaksa Erica menerima Harry dirumahnya.
Aku dan Bayu memang sudah terkenal sejak lama. Di seantero SMP, siapa yang tidak kenal Dani dan Bayu, dua sahabat yang paling bandel, paling usil, dan paling kompak.
Meskipun tidak duduk sebangku, tapi setiap waktu istirahat, kami pasti menghabiskannya bersama. Menjahili teman-teman sekelas, berkeliling sekolahan sambil bercerita dan tertawa-tawa.
Walau sering jahil, tetapi tidak membuat kami dibenci teman-teman lain. Mereka sepertinya menikmati keramaian dan kegaduhan bila kami sedang beraksi. Satu-satunya orang yang tidak suka dengan keramaian ini hanyalah Bu Wati, wali kelas kami. Karena bisa dipastikan bila ada keonaran, Bu Watilah yang menjadi sorotan satu sekolahan, murid-murinya yang menjadi biang kerok.....
>>> Cerita selanjutnya dapat dibaca pada buku Kumcer: 24, Senarai dari Kampung Fiksi, yang akan segera terbit. Nantikan segera ;-) <<<
-oOo-
Sumber gambar: rudi-hardiansyah.blogspot.com
Andai tatap mata bisa membunuh maka aku pasti telah mati ribuan kali. Andai cercaan mampu mendera tubuhku seperti cemeti maka robek-robeklah kulitku pasti. Namun aku tetap tegak dan baik-baik saja karena aku kuat sekaligus liat. Dengan segenap tenaga aku berusaha mengabaikan tatapan mata yang menusuk dan cercaan yang pedih meskipun aku sering takut dan gelisah.
Seperti pagi itu, aku mencoba meredakan kegelisahanku dengan menyiangi tanaman.
“Kamu pulang nggak Lebaran ini, Niek?” tanya Rita sambil membersihkan lumpur kering dari sela-sela jeruji roda motor gedenya. Suaranya yang berat tidak menyiratkan emosi. Baginya tidak penting apakah Lebaran ini aku mau pulang untuk menengok keluargaku atau tidak walaupun tiap tahun dia selalu menanyakan hal yang sama. Tangannya yang maskulin dengan lincah menggosok-gosok tiap batang jeruji.
Seperti pagi itu, aku mencoba meredakan kegelisahanku dengan menyiangi tanaman.
“Kamu pulang nggak Lebaran ini, Niek?” tanya Rita sambil membersihkan lumpur kering dari sela-sela jeruji roda motor gedenya. Suaranya yang berat tidak menyiratkan emosi. Baginya tidak penting apakah Lebaran ini aku mau pulang untuk menengok keluargaku atau tidak walaupun tiap tahun dia selalu menanyakan hal yang sama. Tangannya yang maskulin dengan lincah menggosok-gosok tiap batang jeruji.
Gambar diambil dari :
http://www.rpls.ws/pnews/PN2008/012508.htm
Tema menulis untuk bulan Februari adalah tentang Romans, Cinta dan Kasih Sayang, dapat dipilih juga dari salah satu ide sbb:
1. Menulis kisah romans dari sejarah, misalnya Antonio dan Cleopatra, Roro Mendut dan Bandung Bondowoso, dlsbnya.
2. Kisah dongeng semacam Cinderela atau Puteri Salju.
3. Kisah persahabatan yang menginspirasi.
4. Kasih antara orangtua dan anak.
5. Kasih sayang antara binatang peliharaan dan pemiliknya.
6. Kasih sayang antara suami/isteri, kekasih.
7. Menuliskan tentang apa arti kasih sayang/cinta serta kebiasaan-kebiasaan yang berbeda dalam berbagai kebudayaan untuk mengekspresikan cinta.
8. Mengapa chocolate dan mawar merah dianggap sebagai perlambang cinta.
9. Benarkah cinta tidak harus memiliki? Mengapa benar atau mengapa tidak benar.
10. Kisah cinta paling berkesan yang pernah dibaca, ditonton atau berdasarkan pengalaman orang lain atau pengalaman pribadi.
Selamat menulis!
Kampung Fiksi adalah semesta kecil menulis bagi kami, para penari kata. Bagi kami, paragraf-paragraf yang dilahirkan oleh kata-kata adalah mantra yang melambungkan imajinasi. Ia dapat saja berupa bait-bait puisi yang menari-nari dalam rima dan diksi, prosa yang tersusun dari narasi yang berasal dari hati, pun cerita-cerita tentang perihal hidup dan waktu, yang deru dalam pengisahan, pendek dan panjang.
Deasy Maria
Hai .. hai ...
Saya "si bungsu" (serasa imyuuuuut banget emang hehehe), bungsu dalam hal tulis menulis. Awalnya dunia saya adalah musik. Tapi sekarang sepertinya saya telah jatuh cinta didunia yang satu ini, apalagi sejak mengenal para perempuan ceria ini (yang namanya ada di beranda blog ini :-D ). Sedang ngotot belajar menulis. Masih mencari-cari bentuk dan karakter yang saya punya. Semoga dalam berlatih bersama ini, saya bisa menemukannya dan menghasilkan sesuatu yang bisa diambil manfaatnya.
Salam tulis...
;-)
Endah Raharjo
Menulis fiksi adalah salah satu tempat favorit ketika saya melarikan diri dari segala norma dan aturan yang memenjarakan. Bagai berwisata ke negeri yang tak pernah ada. Di negeri fiksi segala yang saya maui bisa terjadi. Kalau sedang romantis, maka saya tulis kisah manis; kalau sedang gundah, akan tercipta cerita getir; kalau sedang ingin sinis, maka tercurah kisah pahit.
Menulis fiksi sudah saya lakukan sejak kecil, ya… itu tadi, hanya untuk melarikan diri atau bersembunyi. Tulisan-tulisan itu tidak saya simpan, tercecer entah dimana. Baru setelah usia beranjak banyak, saya berani keluar dari persembunyian dan menuliskannya untuk dibaca. Terkejut juga ketika ada orang yang mengaku suka dengan tulisan-tulisan saya. Antara malu dan bangga, kira-kira begitulah rasanya.
Mulai akhir Mei hingga November 2010 saya memajang puluhan cerita di dunia maya. Rupanya cerita-cerita itu mengantarkan saya bertemu dengan banyak penulis fiksi lainnya. Di antara mereka ada Deasy, Ge, Indah, Meli, Ria, Sari dan Winda; tujuh perempuan yang saya kagumi karya-karyanya.
Kini kami berdelapan tinggal di sepetak kebun yang kami namai Kampung Fiksi. Untuk bercengkerama, mengisahkan berbagai cerita. Apa saja. Pahit, getir, lucu dan manis. Semua ada.
Sari Novita
Haiiii....
Saya Sari atau juga bisa dipanggil Nope.. Menulis?..Wow, itu cita-cita saya sejak kecil untuk menjadi seorang penulis terkenal..Deuileeeh, Ketinggian ngak sih tuh mimpinya, tapi biarin aja deh, namanya juga mimpi gw sendiri, jadi biar orang berkata apa.Hehehe...
Terus terang baru mencoba menulis di tahun 2010, tapi kalau menulis puisi udah lama bangetttt.
Saya mencoba untuk menulis cerpen setelah bergabung di blog kompasiana, dan Bulan January 2011 kemarin, saya mencoba untuk menulis novel...dan hasilnya..LUARRR BIASA...Meskin pun Novel saya itu belum kelarrr...Hahha...Tapi banyak yang saya dapat dari usaha menulis novel tersebut...
Akhirnya pun, saya hanya punya niat dan keyakinan besar terhadap cita dan mimpi saya. Saya terus membaca, Baca, baca, kemudian, menulis, menulis, dan menulis...
membaca. Tidak hanya buku yang saya baca, tapi membaca di sekitar saya, ekspresi wajah manusia, peristiwa, dan lain-lain deh pokoknya..Judulnya membaca, IQRA kalau kata Agama saya...
Maaf sebesar-besarnya nih, saya belum ada suatu karya yang bisa dibanggakan dan dipublikasikan ke umum. Nanti yah, tunggu saja suatu saat nanti..I Will...Insya Allah...
Bersama Kampung FIksi ini, Mari kita bersama-sama belajar dan mewujudkan Impian kita.
Salam Hangat,
Sari Novita
Winda Krisnadefa
Orang-orang kenal aku sebagai Emak Gaul. Padahal itu bisa-bisanya aku aja kasih-kasih predikat gaul ke diri sendiri. Tau kenapa? Karena kenyataannya aku nggak pernah keluar rumah alias nggak gaul! Wuahahaha...
Tapi gara-gara suka nulis-nulis di blog sana-sini, dan narsis nggak kira-kira, maka jadilah si WK menjelma menjadi Emak Gaul yang nggak gaul blas! Wkwkwkwk....
Mulai suka nulis sebenarnya sejak kecil, tapi kayanya itu nggak bisa dibilang nulis, melainkan latihan memperindah tulisan tangan melalui puisi anak-anak. Hihihihi....
Mulai intens menulis sejak kenalan sama yang namanya blog tahun 2008. Lalu kenalan sama salah satu penulis di Kampung Fiksi ini yang namanya G. Maka kegilaan makin menjadi. Cerpen sekali seminggu ternyata tidak cukup buat saya. Masih disambi dengan sok-sok nulis novel segala. Padahal nggak punya pengalaman apa-apa dalam dunia pernovelan selain membacanya. Tapi seperti kata G yang suka ngutip quote-quote keren para penulis besar itu : Kalau ada buku yang ingin kamu baca dan buku itu belum ada, maka kamu yang harus menulis buku itu! Ehehehe, bener nggak ya gitu kutipannya? Pokoknya saya setuju sekali!
Oh ya, selain dua anak dan satu suami, menulis memang sekarang ini sudah jadi bagian hidup saya. Sehari nggak nulis itu kayak sore tanpa teh manis hangat. Sehari nggak nulis itu kayak mandi nggak pake sabun. Sehari nggak nulis itu kayak masak nggak pake kompor. Wkwkwkwk..pokoknya gitu deh! Mohon maaf saya emang lemah banget maen-maen metafora. Hihihihi...
Di antara delapan penulis tetap di Kampung Fiksi ini, mungkin saya adalah yang paling nggak tahu malu karena paling rajin ikut lomba nulis sana-sini. Hahahaa..Sampai sekarang belum pernah menang, tapi alhamdulillah, nyenggol-nyenggol jadi semifinalis sih udah ngerasain. Hihiiiy! Gara-gara ikut lomba juga sekarang ini saya lagi deg-degan nungguin dua buah buku kumpulan cerpen yang akan memuat cerpen saya di dalamnya. Tapi entah kapan itu akan terbit. Mohon bersabar (*ngomong sama diri sendiri*)
Nanti saya akan cerita-cerita lebih banyak lagi soal lomba-lomba itu, ya! Trust me, semuanya seru dan menyenangkan! So, I welcome you here with warm hug! Selamat datang di Kampung Fiksi! Dimana kata bukanlah pagar melainkan angin yang bertiup bebas ke segala arah! :)
PS: Yang mau mengenalku lebih jauh, mampir ke sini ya... :)
RIA TUMIMOMOR
Hai semua :) Gue Ria yang udah mulai blogging sejak tahun 2003 dan berharap (terus) agar suatu hari ada yang jatuh cinta sama tulisan gue dan membukukannya. Ternyata masih belum kesampean juga hingga sekarang.
Masalahnya adalah gue bukan tipe penulis yang konsisten dalam mempertahankan mood menulis. Serta susah mencari kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu dan lebih senang menuangkannya dalam percakapan. Sejauh ini sih gue udah beternak blog disana dan disini. Serta menyelesaikan cerita novel yang kepanjangan yang judulnya Korea Love Story. Sudah juga menyelesaikan karya non-fiksi yang berjudul Diary on The Bus dan keduanya telah sukses ditolak oleh penerbit.
Kok masih gak kapok juga menulis? Karena ada begitu banyak cerita dari kehidupan sehari-hari yang bisa dituangkan menjadi fiksi. Suatu kepuasan bagi gue ketika melihat orang membacanya dan berkata,"Iya! Gue juga mengalami hal ini!" Rasanya seneng melihat orang lain menikmatinya juga :)
Yah, segitu aja ya perkenalan dari gue dan sering-seringlah mampir ke rumah kami di sini. Atau mau melihat kehidupan para penumpang di bus bisa juga mampir ke sini ya :)
Have fun di rumah kami :)
Hai .. hai ...
Saya "si bungsu" (serasa imyuuuuut banget emang hehehe), bungsu dalam hal tulis menulis. Awalnya dunia saya adalah musik. Tapi sekarang sepertinya saya telah jatuh cinta didunia yang satu ini, apalagi sejak mengenal para perempuan ceria ini (yang namanya ada di beranda blog ini :-D ). Sedang ngotot belajar menulis. Masih mencari-cari bentuk dan karakter yang saya punya. Semoga dalam berlatih bersama ini, saya bisa menemukannya dan menghasilkan sesuatu yang bisa diambil manfaatnya.
Salam tulis...
;-)
Endah Raharjo
Menulis fiksi adalah salah satu tempat favorit ketika saya melarikan diri dari segala norma dan aturan yang memenjarakan. Bagai berwisata ke negeri yang tak pernah ada. Di negeri fiksi segala yang saya maui bisa terjadi. Kalau sedang romantis, maka saya tulis kisah manis; kalau sedang gundah, akan tercipta cerita getir; kalau sedang ingin sinis, maka tercurah kisah pahit.
Menulis fiksi sudah saya lakukan sejak kecil, ya… itu tadi, hanya untuk melarikan diri atau bersembunyi. Tulisan-tulisan itu tidak saya simpan, tercecer entah dimana. Baru setelah usia beranjak banyak, saya berani keluar dari persembunyian dan menuliskannya untuk dibaca. Terkejut juga ketika ada orang yang mengaku suka dengan tulisan-tulisan saya. Antara malu dan bangga, kira-kira begitulah rasanya.
Mulai akhir Mei hingga November 2010 saya memajang puluhan cerita di dunia maya. Rupanya cerita-cerita itu mengantarkan saya bertemu dengan banyak penulis fiksi lainnya. Di antara mereka ada Deasy, Ge, Indah, Meli, Ria, Sari dan Winda; tujuh perempuan yang saya kagumi karya-karyanya.
Kini kami berdelapan tinggal di sepetak kebun yang kami namai Kampung Fiksi. Untuk bercengkerama, mengisahkan berbagai cerita. Apa saja. Pahit, getir, lucu dan manis. Semua ada.
Gratcia Siahaya aka G (baca: Ge bukan Ji)
Hai-ho! Di sini Ge, si penulis catatan harian yang bercita-cita ingin menulis novel-novelnya sampai tuntas.
Hai-ho! Di sini Ge, si penulis catatan harian yang bercita-cita ingin menulis novel-novelnya sampai tuntas.
Sejauh ini sudah ada dua hasil kerja yang masih separuh jalan, alias belum tuntas, yaitu Prosa Evaluna, yang dikerjakan sejak Agustus 2010 yang lalu, yang hasil acak-acakannya sudah dikirimkan ke Sayembara Menulis Novel DKJ 2010 hanya karena merasa wajib memenuhi janji kepada diri sendiri, kemudian menyadari bahwa novel tersebut masih belum juga mencapai garis finish dan terjadi perubahan haluan cerita secara radikal hingga saat ini masih diendapkan karena belum menemukan ending yang pas.
Draft yang kedua adalah Pintu Warna Oranye, hasil kerja bulan Januari awal tahun ini (2011), yang ditekadkan harus juga selesai di tahun 2011 ini.
Jadi, dua proyek besar saya pada tahun ini adalah menuntaskan Prosa Evaluna dan Pintu Warna Oranye.
[Catatan di 13/02/2011, 01:31 subuh, setelah membereskan blog]
Indah Wd
Salam kenal semuanya, nama gua Indah, sang pencinta cerita anak2 yang berharap suatu saat nanti bisa menuliskan kisah yang bisa dinikmati oleh para pecinta cerita2 anak lainnya.
Salam kenal semuanya, nama gua Indah, sang pencinta cerita anak2 yang berharap suatu saat nanti bisa menuliskan kisah yang bisa dinikmati oleh para pecinta cerita2 anak lainnya.
Sejauh ini gua masih kesulitan untuk mempertahankan "mood" supaya bisa bikin cerita yang lumayan panjang supaya setidaknya memenuhi kuota untuk dapat dikategorikan sebagai novel, huehehehe.. tapii.. gua penulis yang terlalu bertele2 menceritakan sesuatu sehingga cerpen yang mematok batasan 4-8 halaman maksimal itu ngga cocok juga buat gua soalnya itu paling baru buat mendeskripsikan aja, belon masuk ke "inti" cerita, kalo emang ada, ahahahaa :p
Saat ini udah berhasil menyelesaikan beberapa cerita pendek yang lumayan panjang and cerita panjang yang lumayan pendek, alias tulisan yang masuk kategori ngga jelas karena terlalu panjang untuk ukuran cerpen dan terlalu pendek untuk ukuran novel, wakakakak.. jadinya bingung sendiri dhe tulisan2 itu pada mau diapain.
Menjadi penulis yang namanya terpampang di buku terus dipejeng di toko2 buku itu adalah cita2 tanpa batas waktu karena menulis sendiri adalah kegiatan yang gua suka, belum menjadi suatu kebutuhan ataupun "napas" dari kehidupan gua tapi lebih merupakan suatu kesenangan tersendiri yang bagus buat terapi jiwa sekaligus membebaskan khayalan yang selama ini melayang2 dalam alam imajinasi menjadi bersatu dalam jalinan kata, yang syukur2 bisa bermanfaat buat orang lain, tapi andai tidak sekalipun setidaknya dengan melakukannya bisa membuat gua ngerasa senang, ahahaha..
Demikian perkenalan yang singkat ngga singkat.. mari meninggalkan sesuatu yang masih tetap tertinggal lama setelah jiwa dan raga kita udah ngga ada lagi di dunia ini.
Ciaoo..
-Indah-
Meliana Indie Zhong
syalalalala..
syalalalala..
seorang peri meluncur di atas lengkung pelangi yang berpendaran dengan warna-warni yang dipetik oleh mimpi. berlompatan antara bebungaan. menggoyangkan bulir embun di ujung dedaunan yang seperti kaca, bening dan jujur. dari balik sayapnya, peri tersebut menarik keluar aksara-aksara, menghamburkannya menjadi hujan, membadai di kampung yang seketika tergenang oleh cinta kepada fiksi.
Oh, aku jelas bukan si peri. Aku adalah Meli, si pencerita yang sering kebingungan oleh ketukan nada pada kata-katanya sendiri. Bagiku, huruf-huruf itu seperti mempunyai mantra. Mereka berloncatan begitu saja, berputararan serupa lebah yang berjumpalitan di udara. Beberapa tertangkap, meski banyak yang masih berterbangan, menanti waktu jatuh..
Aku. Si penikmat hujan yang kebanyakan bermimpi. Penatap langit. Pencinta samudera yang beranggapan kiri itu seksi. Penyapa setia pagi dan senja yang senang memetaforakan merah semangat dan hitam perjuangan. Percaya cinta. Menyukai anak-anak; yang sedang tersenyum maupun yang sedang cemberut. Seorang pejalan sunyi yang terlampau banyak berkata-kata.
Aku si penulis. Itu saja.
(yang berbahagia berbagi keajiban kata-kata bersama perempuan-perempuan ceria: Deasy, Endah, Ge, Indah, Ria, Sari dan Winda, yang fiksi-fiksinya akan melambungkan pesonamu setinggi semesta. percayalah.)
Oh ya, beberapa puisi pernah dimuat di buku keroyokan:
Amuk Gelombang (Star Indonesia Production)
Dian Sastro for President #2 Reloaded (Insist Press)
Mari mencinta dan menulis.
~Meli~
Sari Novita
Haiiii....
Saya Sari atau juga bisa dipanggil Nope.. Menulis?..Wow, itu cita-cita saya sejak kecil untuk menjadi seorang penulis terkenal..Deuileeeh, Ketinggian ngak sih tuh mimpinya, tapi biarin aja deh, namanya juga mimpi gw sendiri, jadi biar orang berkata apa.Hehehe...
Terus terang baru mencoba menulis di tahun 2010, tapi kalau menulis puisi udah lama bangetttt.
Saya mencoba untuk menulis cerpen setelah bergabung di blog kompasiana, dan Bulan January 2011 kemarin, saya mencoba untuk menulis novel...dan hasilnya..LUARRR BIASA...Meskin pun Novel saya itu belum kelarrr...Hahha...Tapi banyak yang saya dapat dari usaha menulis novel tersebut...
Akhirnya pun, saya hanya punya niat dan keyakinan besar terhadap cita dan mimpi saya. Saya terus membaca, Baca, baca, kemudian, menulis, menulis, dan menulis...
membaca. Tidak hanya buku yang saya baca, tapi membaca di sekitar saya, ekspresi wajah manusia, peristiwa, dan lain-lain deh pokoknya..Judulnya membaca, IQRA kalau kata Agama saya...
Maaf sebesar-besarnya nih, saya belum ada suatu karya yang bisa dibanggakan dan dipublikasikan ke umum. Nanti yah, tunggu saja suatu saat nanti..I Will...Insya Allah...
Bersama Kampung FIksi ini, Mari kita bersama-sama belajar dan mewujudkan Impian kita.
Salam Hangat,
Sari Novita
Winda Krisnadefa
Orang-orang kenal aku sebagai Emak Gaul. Padahal itu bisa-bisanya aku aja kasih-kasih predikat gaul ke diri sendiri. Tau kenapa? Karena kenyataannya aku nggak pernah keluar rumah alias nggak gaul! Wuahahaha...
Tapi gara-gara suka nulis-nulis di blog sana-sini, dan narsis nggak kira-kira, maka jadilah si WK menjelma menjadi Emak Gaul yang nggak gaul blas! Wkwkwkwk....
Mulai suka nulis sebenarnya sejak kecil, tapi kayanya itu nggak bisa dibilang nulis, melainkan latihan memperindah tulisan tangan melalui puisi anak-anak. Hihihihi....
Mulai intens menulis sejak kenalan sama yang namanya blog tahun 2008. Lalu kenalan sama salah satu penulis di Kampung Fiksi ini yang namanya G. Maka kegilaan makin menjadi. Cerpen sekali seminggu ternyata tidak cukup buat saya. Masih disambi dengan sok-sok nulis novel segala. Padahal nggak punya pengalaman apa-apa dalam dunia pernovelan selain membacanya. Tapi seperti kata G yang suka ngutip quote-quote keren para penulis besar itu : Kalau ada buku yang ingin kamu baca dan buku itu belum ada, maka kamu yang harus menulis buku itu! Ehehehe, bener nggak ya gitu kutipannya? Pokoknya saya setuju sekali!
Oh ya, selain dua anak dan satu suami, menulis memang sekarang ini sudah jadi bagian hidup saya. Sehari nggak nulis itu kayak sore tanpa teh manis hangat. Sehari nggak nulis itu kayak mandi nggak pake sabun. Sehari nggak nulis itu kayak masak nggak pake kompor. Wkwkwkwk..pokoknya gitu deh! Mohon maaf saya emang lemah banget maen-maen metafora. Hihihihi...
Di antara delapan penulis tetap di Kampung Fiksi ini, mungkin saya adalah yang paling nggak tahu malu karena paling rajin ikut lomba nulis sana-sini. Hahahaa..Sampai sekarang belum pernah menang, tapi alhamdulillah, nyenggol-nyenggol jadi semifinalis sih udah ngerasain. Hihiiiy! Gara-gara ikut lomba juga sekarang ini saya lagi deg-degan nungguin dua buah buku kumpulan cerpen yang akan memuat cerpen saya di dalamnya. Tapi entah kapan itu akan terbit. Mohon bersabar (*ngomong sama diri sendiri*)
Nanti saya akan cerita-cerita lebih banyak lagi soal lomba-lomba itu, ya! Trust me, semuanya seru dan menyenangkan! So, I welcome you here with warm hug! Selamat datang di Kampung Fiksi! Dimana kata bukanlah pagar melainkan angin yang bertiup bebas ke segala arah! :)
PS: Yang mau mengenalku lebih jauh, mampir ke sini ya... :)
RIA TUMIMOMOR
Hai semua :) Gue Ria yang udah mulai blogging sejak tahun 2003 dan berharap (terus) agar suatu hari ada yang jatuh cinta sama tulisan gue dan membukukannya. Ternyata masih belum kesampean juga hingga sekarang.
Masalahnya adalah gue bukan tipe penulis yang konsisten dalam mempertahankan mood menulis. Serta susah mencari kata-kata untuk mendeskripsikan sesuatu dan lebih senang menuangkannya dalam percakapan. Sejauh ini sih gue udah beternak blog disana dan disini. Serta menyelesaikan cerita novel yang kepanjangan yang judulnya Korea Love Story. Sudah juga menyelesaikan karya non-fiksi yang berjudul Diary on The Bus dan keduanya telah sukses ditolak oleh penerbit.
Kok masih gak kapok juga menulis? Karena ada begitu banyak cerita dari kehidupan sehari-hari yang bisa dituangkan menjadi fiksi. Suatu kepuasan bagi gue ketika melihat orang membacanya dan berkata,"Iya! Gue juga mengalami hal ini!" Rasanya seneng melihat orang lain menikmatinya juga :)
Yah, segitu aja ya perkenalan dari gue dan sering-seringlah mampir ke rumah kami di sini. Atau mau melihat kehidupan para penumpang di bus bisa juga mampir ke sini ya :)
Have fun di rumah kami :)