Gambar diambil sini |
Aku bisa jadi temanmu di bangku sekolah menengah sekian belasan tahun silam. Kamu ingat, teman sebangku yang suka kamu jahili ketika sedang berusaha konsentrasi akan apa yang diajarkan guru namun kamu selalu menganggu dan akhirnya membuatku dihukum harus ikut kelas tambahan sepulang sekolah padahal perutku telah keroncongan tapi terpaksa masih harus tinggal satu jam lebih lama setelah bel sekolah berbunyi. Kalau kamu mau tahu, oh kamu tidak mau tahu sekalipun akan tetap aku memberitahukannya kepadamu, kamu adalah salah satu alasan mengapa dulu aku begitu benci pergi ke sekolah!
Atau bisa jadi aku adalah tetanggamu, yang halaman rumahnya seringkali seenaknya kamu injak-injak seakan-akan halamanku itu jalan pintas menuju ke rumahmu, padahal telah jelas-jelas aku telah memasang tanda "Dilarang menginjak rumput", lengkap dengan gambar sebagai antisipasi siapa tahu kamu itu tidak bisa membaca! Oh tapi mana kamu peduli akan orang lain selain dirimu dan terus saja kamu menginjak rumput yang baru aku benahi di pagi hari. Betapa inginnya sesekali ketika kamu sedang menginjak rumput, rumput yang amat aku sayangi itu yang membuatku seringkali berjalan berjingkat ketika melintasi pekarangan rumahku karena tidak mau menginjak dan menyakitinya, aku akan melepaskan anjingku yang galak untuk mengejar dirimu dan mengigitmu karena telah menginjak rumput kesayanganku itu! Sayang sekali aku tidak memelihara anjing. Sempat terbersit dalam benakku untuk mulai memelihara satu, khusus aku latih dengan menjadikanmu sebagai sasaran gigitannya, tetapi aku alergi bulu anjing sehingga rencana itu aku batalkan bahkan sebelum diwujudkan. Mungkin lebih baik aku menyirammu dengan seember air sedingin es atau menaruh petasan injak di atas rumput, oh betapa inginnya aku melihatmu terkejut ketika menginjak petasan itu. Mungkin kamu akan lari terbirit-birit diiringi suara yang pastinya akan mengundang perhatian orang-orang yang sedang lalu lalang di jalanan depan rumahku.
Atau mungkin aku adalah pelayan di kedai kopi tempat kamu biasa memesan secangkir kopi hangat bercampur susu dan dua bungkus gula yang kamu nikmati bersama sepotong croissant keju di bangku pojokan yang menghadap ke arah jalan raya. Selalu di jam yang sama, tujuh kali dalam seminggu tanpa pernah absen satu kalipun kamu memesan menu yang sama, membuatku akhirnya hapal di luar kepala akan pesananmu bahkan sebelum kamu membuka mulut untuk memesannya. Aku selalu bertanya-tanya apa yang kamu lihat di luar sana dengan tatapan pandangan penuh kerinduan. Beberapa kali setelah jam kerjaku selesai dan kedai kopi itu telah tutup, aku duduk di tempatmu biasa duduk menghabiskan satu jam dalam kehidupanmu setiap harinya lalu aku memandang ke luar jendela sambil mencoba mereka-reka apa yang menarik perhatianmu sehingga tiada bosan melakukannya hari lepas hari, tapi bagiku tidak ada pemandangan menarik yang membuatku betah bertahan di sana.
Ya, aku bisa jadi siapa saja yang pernah kamu kenal dengan baik, ataupun hanya seseorang yang berpapasan di jalan yang kita berdua lalui bersama menuju tempat yang berbeda. Kamu menuju ke kanan sementara aku mengambil belokan ke kiri.
Oh, jangan lupa, mungkin saja khan aku ini sopir bus yang selalu mengantarkanmu dari rumah menuju tempat kerjamu dan kita bertemu lagi dalam perjalananmu pulang kembali dari tempat kerja menuju rumahmu. Dan hei, asal kamu tau saja ya, kamu pikir aku tidak tahu bahwa kamu itu selalu saja kurang membayar ongkos bus! Untung saja aku ini penuh pengertian dan selalu maklum ketika melihat wajahmu yang penuh kesusahan sehingga aku tidak ingin menambah beban pikiranmu dengan menagih ongkos yang kurang kamu bayarkan itu. Tapi akibatnya aku terpaksa memperpanjang waktu kerja untuk menutupi ongkos yang kurang kamu bayarkan itu! Oh, mengapa menjadi orang baik itu butuh pengorbanan?
Atau mungkin aku adalah pegawai hotel yang bertugas membukakan pintu pada tamu-tamu yang datang menginap di hotel tempatku bekerja dan aku selalu melihatmu menggandeng wanita yang berbeda setiap kali melewatiku di pintu masuk hotel tanpa pernah sekalipun memandang ke arahku. Andai aku mempunyai jenggot panjang yang bisa menyapu lantai sekalipun, aku yakin kamu tidak akan memperhatikan! Oh, betapa inginnya aku meneriakkan kepada para wanita yang bergelayut manja di lenganmu itu bahwa kamu itu pria brengsek yang suka mempermainkan wanita, bagimu wanita tidak lebih dari objek pemuas seks belaka! Tetapi aku pikir-pikir lagi, mungkin juga para wanita itu lebih mengenalmu dibanding diriku, pastinya mereka lebih mengenal isi dompetmu dibanding aku yang hanya pernah melihat saku menonjol di bagian belakang celana panjangmu yang tersingkap ketika jasmu terangkat kala kamu sibuk membelai wanita yang kamu bawa ke hotel pada malam itu. Oh, atau malah bisa jadi justru kamu yang sedang membaca tulisanku ini adalah salah satu dari wanita-wanita yang aku lihat itu!
Ah, betapa hidup ini penuh beragam kemungkinan. Aku yang hari ini bukanlah aku yang kemarin dan kemungkinan besar tidak akan sama dengan aku yang besok, yang seringkali membuatku bertanya pada diriku sendiri, siapakah sebenarnya aku ini? Mengapa aku seperti bunglon yang gampang berubah rupa dan wajah serta warna? Dan apakah sering berubah-ubah seperti ini baik? Atau aku hanya sedang dalam perjalanan untuk mengenal diriku lebih dalam lagi dan setiap hal yang terjadi dalam hidupku itu ibarat menguak sisi diriku yang selama ini tidak terpikir olehku ada di sana. Entahlah, aku bingung.
Tetapi pertanyaan mengenai siapa diriku itu sepertinya akan menjadi pertanyaan abadi yang akan terus menggelayuti benakku seumur hidupku sampai akhir aku menutup mata dan menghembuskan napas terakhir. Pertanyaan itu pula yang aku rasa kemudian membawaku pada suatu keinginan terpendam yang mulai muncul sejak setahun yang lalu.
Eropa.
Pernah mendengar tentang Eropa? Itu adalah salah satu benua di dunia ini, selain Amerika, Australia, Afrika dan Asia, oh aku selalu saja lupa apakah di dunia ini hanya ada lima benua, ataukah ada enam? Sepertinya ada satu lagi benua lainnya yang juga diawali dengan huruf A yang terlupa aku sebutkan. Ah ya, Antartika. Jangan kamu bertanya kepadaku apa ini adalah benua yang keenam apa bukan, dan jangan pula tanyakan kepadaku di mana letaknya karena terus terang saja nilai Geografiku itu selalu mendapat angka yang tidak pernah melewati tujuh dan lebih sering berkutat di angka lima dari nilai maksimum sepuluh.
Tetapi Eropa, Eropa berbeda. Ada sesuatu tentang Eropa yang bagaikan magnet yang menarikku datang mendekat ke arahnya. Tepatnya ke sebuah negara yang di dalamnya terdapat banyak bangunan berusia ratusan tahun.
Aku bukan pecinta seni arsitektur yang mengagumi detail ataupun struktur bangunan megah dan mengagumkan yang mungkin mengandung unsur keindahan serta psikologis dan filosofis di balik pemilihan bentuk maupun detailnya sehingga menjadi bangunan seperti apa yang terlihat oleh mata.
Ketertarikanku akan Eropa mungkin akan membuatmu mengernyitkan alis ketika mendengar hal yang melatarbelakangi keinginan, harapan ataupun impian, terserahlah bagaimana kamu mau menyebutnya, yang jelas hal itu membuatku amat sangat ingin sekali menjejakkan kakiku di benua itu dan pergi ke salah satu bangunan tuanya.
Kamu ingin tahu kenapa? Tolong katakan kamu ingin mengetahuinya, karena aku mempunyai suatu kebiasaan aneh yang mana aku hanya ingin berbagi sesuatu kepada mereka yang ingin mengetahuinya dan pada mereka yang menanyakannya secara langsung padaku.
Aku tidak senang dianggap sebagai orang yang suka memamerkan sesuatu di hadapan orang lain yang bahkan tidak merasa tertarik untuk mengetahui apa yang ada dalam pikiranku! Ah, aku harap aku tidak akan menjadi orang seperti itu.
Oh, terima kasih karena kamu akhirnya menanyakannya! Tetapi berjanjilah kamu tidak akan menertawakanku setelah mendengarkan apa yang akan aku ucapkan, atau mungkin lebih tepatnya bila dikatakan apa yang akan aku tuliskan karena kita tidak sedang berhadapan muka ataupun berbicara via telepon jadi bagaimana mungkin aku mengucapkannya kepadamu, bukan?
Oh, ampun, aku kembali melakukannya, berkutat terlalu lama di hal-hal yang sebenarnya tidak penting dan bukannya langsung masuk saja ke inti pembicaraan, terima kasih telah mengingatkanku.
Baiklah, bila benar kamu ingin tahu kenapa aku begitu menggebu ingin pergi ke Eropa, hal itu karena.. aku ingin berdiri di salah satu bangunan tua itu, oh aku bahkan sudah bisa membayangkan bangunannya seperti apa dan di mana letaknya serta suasana di sekitarnya. Lalu di sana, di salah satu sisi dinding yang mengelilingi bangunan itu, di tempat yang telah merekam beragam cerita dan kisah serta aku yakin sekali menyimpan banyak rahasia, aku amat ingin menempelkan telapak tanganku di tembok tersebut.
Iya, aku ingin sekali menempelkan tanganku, meraba dan merasakan permukaannya yang kasar dan lembab serta mungkin akan terasa dingin, sambil memejamkan kedua belah mataku dan membiarkan pikiran membawaku melayang ke suatu masa di puluhan atau bahkan ratusan tahun silam sambil membayangkan adakah seseorang di masa lalu sana yang juga menempelkan tangan mereka di tempat yang sama seperti tempat tanganku berada.
Aku ingin tahu apa yang ada dalam pikiran mereka ketika mereka menempelkan tangan mereka di dinding batu itu, seperti apa kisah hidup mereka, dan sosok seperti apakah mereka?
Apakah mereka seorang wanita? Atau pria? Usia berapakah mereka? Remaja belasan tahun? Kanak-kanak? Dua puluhan? Tiga puluhan? Empat puluhan? Atau telah lebih dari lima puluh tahun?
Dengan siapa mereka pergi ke bangunan itu? Dan dalam suasana hati seperti apa mereka menempelkan tangan mereka di tempat tanganku nanti akan juga ada di sana, pada kurun waktu yang berbeda. Apa yang mereka pikirkan? Apa yang mereka harapkan? Berapa lama mereka ada di sana?
Ohh, ada banyak sekali pertanyaan yang melintas di kepalaku dan aku bahkan bisa membayangkan akan ada sekelebatan gambar yang hadir sebagai pelengkap kisah yang muncul dalam benakku ketika aku benar-benar ada di Eropa, meresapi energi yang mengalir keluar dari dinding dan menyelinap masuk ke dalam pori-pori telapak tanganku itu!
Astaga, tidak perlu memberiku tatapan seakan-akan aku sudah kehilangan akal sehatku, hanya karena keinginanku ini terdengar tidak lazim bagimu. Percayalah aku masih waras kok, sungguh!
Aku pikir adalah hal yang wajar kalau kamu tidak mengerti. Maksudku, kita bisa menginginkan hal yang sama untuk alasan yang berbeda khan? Alasanku dan alasanmu mungkin saja saling bertolak belakang dan benar-benar bagai kutub berlawanan! Namun hei, setidaknya kita memimpikan dan menginginkan hal yang sama, iya khan? Atau mungkin, untuk alasan yang sama kita menginginkan hal yang berbeda.
Aahh, terkadang ya aku bertanya-tanya mengapa kita terlalu menekankan pada perbedaan dan bukan pada persamaan yang kita miliki, padahal kita tahu adalah mustahil bila semua orang yang menghirup udara di bumi ini akan selalu mengingini hal yang sama dan berpikir seragam setiap waktu!
Oh, aku tidak bisa membayangkan hidup di dunia seperti itu! Terlebih lagi, aku ini gampang sekali merasa bosan, oh tidak tidak! Aku rasa umurku akan lebih pendek bila ke manapun aku memandang, selalu saja pemandangan yang sama yang akan kutemukan tanpa adanya variasi, oh astaga, aku tidak sanggup membayangkannya!
Bagus sekali, kini kamu mulai menertawakanku, astaga, sudah lupakah kamu pada janji yang diucapkan penuh kesungguhan di muka tadi bahwa kamu tidak akan menertawakanku bila aku mengatakan padamu hal yang melatarbelakangi keinginanku pergi ke Eropa!
Oh, apa jadinya dengan dunia ini ketika semua orang dengan begitu mudahnya melupakan janji yang mereka buat! Baik, baik, terus sajalah kamu tertawa sampai puas, kita lihat saja nanti siapa yang akan tertawa di akhir nanti! Aku, atau kamu? Atau mungkin saja bukan satu di antara kita berdua!
Tapi tidakkah menurutmu menakjubkan betapa seseorang (atau mungkin lebih) di luar sana, seseorang yang bahkan dengannya kita tidak saling mengenal, namun dengan cara yang aneh, kita berdua dipertemukan dalam waktu yang berbeda di tempat yang sama dan berpikir dengan cara yang serupa.
Aah betapa menyenangkannya bila bisa bertemu dengan orang seperti itu yang mana napas jiwanya serasa berada dalam satu aliran udara yang seirama dengan alunan jiwa yang ada dalam diriku, ketika segala sesuatu mengalir dengan sewajarnya tanpa dipaksakan dan rasa ketertarikan itu timbul secara alami.
Dunia telah menjadi semakin tua dan optimisme mulai meluntur seiring dengan berlalunya waktu namun salahkah jika aku tetap mempertahankan apa yang menjadi keinginan hatiku itu, walau banyak yang menganggapku tidak realistis dan hidup dalam alam mimpi?
Mengapa mereka begitu bersikeras agar aku melepaskan mimpiku? Memangnya apa yang akan terjadi bila aku tetap mempertahankannya dan suatu saat nanti menemukan bahwa kenyataan ternyata tidak sesuai dengan apa yang aku impikan dan harapkan? Kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah aku akan terluka, dan apa yang salah dengan itu?
Bukannya aku mengecilkan arti sebuah luka, hanya saja aku pikir dalam hidup ini, suka ataupun tidak, suatu saat dalam hidup di dunia ini luka pasti akan datang menghampiri karena satu dan lain hal, dan seringkali hal itu tidak terhindarkan, karenanya yang lebih penting bukanlah tidak merasakan luka namun menemukan cara menyembuhkannya.
Siapakah aku ini? Apakah aku orang yang mudah terluka? Seberapa cepatkah kemampuanku sembuh dari luka? Hal-hal apa saja yang bisa membuatku terluka? Siapakah aku? Apakah yang membuatku bahagia? Apa arti kebahagiaan bagiku?
Apakah menurutmu aku ini terlalu banyak berpikir dan bertanya-tanya? Aku tidak merasa demikian karena seringkali pertanyaan-pertanyaan itu datang tanpa diundang dan pergi tanpa diminta, ahh itu mengingatkanku akan salah satu hantu populer di negeriku!
Dan lagi, bukannya aku sengaja memikirkan sesuatu sedemikian mendalamnya, hanya saja seringkali aku merasa setiap hal yang aku dengar, aku lihat, aku rasa itu ibarat serpihan-serpihan informasi yang memiliki kategori tersendiri dan ketika tiap-tiap serpihan itu telah terkumpul cukup banyak, mereka akan saling merapat dan menyusun bongkahan tersendiri ibarat kepingan puzzle yang telah ada pada tempatnya masing-masing agar aku bisa mendapatkan gambaran yang lebih utuh mengenai suatu hal yang dulu hanya merupakan potongan informasi yang tidak kumengerti.
Kembali ke Eropa. Selain menempelkan telapak tanganku ke dinding tua yang dingin itu, aku juga ingin menempelkan pipiku, ahh pasti menyenangkan apabila ketika melakukannya, aku tersedot dalam pusaran waktu yang membawaku menyusuri suatu masa untuk mengamati secara lebih jelas kilatan kepingan masa lalu yang melintas dalam benakku ketika aku menyentuh dinding batu itu.
Lalu dinding dan bangunan itu sendiri, ahh, seandainya aku mempunyai tongkat ajaib yang bisa membuatnya berbicara dan menceritakan kisah yang disaksikannya dari sejak awal ia berada di sana sampai ratusan tahun kemudian masih berdiri di tempat yang sama, bayangkan betapa banyak kisah yang bisa diceritakannya! Aku yakin tidak semuanya berakhir bahagia, bagaimanapun ratusan tahun bukanlah waktu yang singkat dan kesedihan telah lama ada dalam kehidupan manusia.
Tapii ahh, tentunya menjadi bangunan tua itu ibarat sedang menonton film yang tidak pernah berakhir dengan banyak sekali tokoh yang lalu lalang dari sejak awal film mulai diputar. Siapakah pelakon favorit yang meninggalkan kesan mendalam walau mungkin kemunculannya hanya sebentar saja tanpa pernah terlihat lagi?
Aku tahu di berbagai belahan dunia ini ada banyak sekali bangunan tua, namun entah mengapa, Eropa menyimpan pesonanya sendiri bagi diriku, pesona yang jauh lebih kuat dibandingkan tempat-tempat lain yang juga menyimpan bangunan bersejarah dengan usia yang tak kalah tuanya.
Aku harap suatu hari nanti, aku bisa menjejakkan kaki di daratan sana, ke tempat di mana impian terdalamku dapat terwujud. Jangan kuatir, ketika saat itu tiba, aku pasti akan memberitahumu bagaimana rasanya, karena kamu telah ada bersamaku dari sejak mimpi masih di awang-awang dan belum menyentuh alam bernama kenyataan.
Aahh, Eropa.. apakah kamu juga menantikan kehadiranku? Tunggulah aku, tunggulah aku, aku pasti akan datang untuk merengkuhmu dalam helaan napasku.
.. dan di salah satu sudut bangunan tuamu itu, aku tahu pasti mimpiku akan terwujud.
** started : Jan 28, 2011, finally ended : Sept 17,2011**
Kisah menggapai mimpi yg selalu mengebu tp diliputi byk pertanyaan...hehe..Nice story say...
ReplyDeletehuhuhuh, menggugah bangetttt
ReplyDeletePenuh perenungan...
ReplyDeleteSemoga sia aku segera mendapat 'tongkat ajaib'nya agar bisa menempelkan pipinya ke dinding2 batu yg kokoh dan dingin itu :-)
monolog keren..tetep khas indah yg suka banyak pertanyaan berlompatan...hahaha...
ReplyDeletemudah2an kita bisa ke eropa bareng ya ndah... *gk nyambung* hihihihihihi
Ikut ke Eropaaaaa *kemas baju mulai dari sekarang*
ReplyDeleteIndaaaaaaaaaaaah.... mau ikutan ke Eropa jugaaaa ...
ReplyDeleteMimpi yang menggugah :)