Seperti Cinta Dalam “Ada Apa dengan Cinta”


Masih ingat kan kamu, pada salah satu adegan di dalam film “Ada Apa Dengan Cinta” (AAdC). Adegan saat Cinta menutup mukanya dengan kedua tangannya sambil sesenggukan, ketika sedang berada di dalam aula tertutup untuk olah raga basket. Cinta mulai menangis ketika teman-temannya bertanya, “Apakah kamu mencintai Rangga?”

Cinta tidak bisa menjawab. Dia malah sesenggukan sambil menutup mukanya. Dia berjuang sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah. Agar ia tetap bisa menyembunyikan rasa cintanya kepada Rangga di depan teman-temannya dan agar ia tidak diolok-olok oleh teman-temannya.

Rasa cinta yang hadir, tumbuh dan bersemi. Rasa cinta yang mulai dia rasakan bukan lagi sebagai getar-getar perlahan. Tapi cinta yang sudah seperti suara guruh yang meledak-ledak dan menyambar-nyambar, dan yang akhirnya harus dimuntahkan menjadi hujan yang menjatuhi bumi meskipun sebenarnya belum waktunya untuk hujan menurut hukum alam. Seolah Tuhan ikut terpesona pada gelombang-gelombang rindu dan cinta dari dua makhluk ciptaan-Nya yang sempurna itu.

Cinta gagal menyembunyikan perasaan hatinya. Dia tidak bisa membohongi hati dan perasaannya di hadapan teman-temannya. Cinta sengaja menyembunyikan rasa cintanya kepada Rangga, agar Cinta masih bisa bersahabat dengan teman-temannya.

Tapi kali ini Cinta menyerah telak sekali. Dia gagal membendung perasaan batinnya. Perasaan cinta yang ia rasakan, mengalir begitu deras seperti air bah yang tidak dapat dibendung lagi oleh apapun yang menghalanginya. Tidak karena alasan persahabatan. Perasaan cintanya pada Rangga yang begitu suci, terlalu kuat untuk dilawan, apalagi untuk ditahan.

Dan akhirnya Cinta harus mengakui bahwa rasa cinta yang tulus memang harus diceritakan. Tidak hanya kepada teman-temannya, tapi juga kepada laki-laki yang telah membuatnya bisa bergetar, merasakan getaran jatuh cinta, yang mengaduk-aduk hatinya, dan yang berhasil membuka pintu hatinya untuk menerima kehadiran cinta yang bersemi dari seorang laki-laki bernama Rangga.

---00000000000---

Penulis: Meddy Danial
Sumber gambar dari Google
****

Meddy Danial

Dalam menulis saya berusaha sebisa mungkin punya makna esoteris, tetap elegan dan kadang-kadang mengandung perlawanan; pandangan dan sikap dari ‘ada-diri’ saya. Memang agak sulit memasukkan ‘esoteris’ ke dalam semua tulisan. Tapi esoteris itu sendiri adalah ‘batin’ yang termanifestasi melalui olah kata dan olah kerja manusia menjadi sesuatu yang dalam dan bermakna. Sehingga tulisan bukan lagi hanya kumpulan kata-kata, tapi sesuatu yang memiliki jiwa atau ruh. Sesuatu yang hidup dan bergerak seperti cahaya yang menerangi; menjadi indah dan memiliki spiritualitas karena bernilai kebenaran.

9 comments:

  1. >>>>Tapi cinta yang sudah seperti suara guruh yang meledak-ledak dan menyambar-nyambar, dan yang akhirnya harus dimuntahkan menjadi hujan yang menjatuhi bumi meskipun sebenarnya belum waktunya untuk hujan menurut hukum alam<<<<

    ini nih yang bikin stress kalau sedang jatuh cinta... ;-)


    Menarik Mas MD ;-)

    ReplyDelete
  2. Menarik nih. Ngebayangin Meddy nonton film itu (which I didn't do) terus setelahnya 'melelehkan air mata haru' hihihihihi...
    Makasih ya. Jangan bosen posting di sini :-D

    ReplyDelete
  3. @ mbak Deasy: makasih sudah dibantu postingnya. ketemu lagi. wkwkwkwkw. lucu aja levelnya jadi penulis tamu. konyol banget. *ngakak*
    @ mbak Endah : makasih sudah bantu meng-estafet-kan ke mbak Deasy. Saya akan belajar dan belajar terus.

    ReplyDelete
  4. cinta itu memang susah ditebak sekaligus mudah ditebak juga...yang pasti cinta itu membingungkan..ehhehehe...nice posting MD

    ReplyDelete
  5. @mbak Chalinopita: hahaha, saya kira arahnya mbak sari novita, bingung karena pilihannya banyak, ternyata bukan. Salam.

    ReplyDelete
  6. Wah... so romantic ;) Hihi.. saya belum pernah nonton AADC :P

    Tetapi cara penggambaran emosi yg dialami oleh si Cinta ini, menarik sekali.. :)

    ReplyDelete
  7. @G: Film Dian Sastro dalam AADC dan sebelumnya "bintang jatuh" semuanya bertema sastra/puisi. mungkin ini salah satu sebab filmnya laris, karena diksinya memang bagus dan sederhana. mewakili kehausan anak muda akan keindahan puisi.

    tapi bintang jatuh lebih bagus lagi. lebih nyastra, dan lebih filosofis. lebih melankolis dan estetis. Perbedaanya lagi di "bintang jatuh" menggunakan piano, kalau di AADC pakai guitar.

    benang merah keduanya adalah heroik. cinta yang heroik namun tetap romantis.
    salam.

    ReplyDelete
  8. Saya lagi galau... aaaah... baca ini berandai-andai pertanyaan itu ditujukan untuk saya. Ya, saya mencintainya, sulit tapi terucap saat pacaran. Untuk keseriusan hubungan sehidup semati, 1000 kali lebih susah untuk mengatakan akan selalu mencintainya. Saya ragu, ragu pada diri sendiri...

    ReplyDelete
  9. terima kasih sudah membaca tulisan ini, Olivia. kamu masih muda dan masih banyak ruang dan waktu untuk ke arah sana. salam.

    ReplyDelete