The Casual Vacancy: Ketika Sebuah Posisi Tidak Tergantikan

Masing-masing dengan The Casual Vacancy-nya :) Doc: KampungFiksi.com

Judul: The Casual Vacancy
Pengarang: J.K. Rowling
Penerjemah: Esti A. Budihabsari, Andityas Prabantoro, Rini Nurul Badariah
Penerbit: Qanita, Mizan
Tebal Halaman: 593
Penghargaan: Best Fiction, GoodReads Choice Awards 2012
Bintang dari saya: 5 (*****)



KampungFiksi.com-Tgl 8-12-2012, selesai membaca The Casual Vacancy yang diterjemahkan menjadi Perebutan Kursi Kosong. Sebetulnya, lebih tepat kalau judulnya adalah: Kursi Yang Kosong. Kepergian Barry Fairbrother meninggalkan sebuah lobang menganga yang tidak bisa digantikan oleh siapapun di Pagford. Samantha Mollison, isteri yang tidak berbahagia dari Miles Mollison, menyatakannya dengan tepat ketika dia mengkonfrontasi suaminya, dia bilang, "....kau tidak pantas menggantikan Barry Fairbrother. Dia tulus."

Ketulusan Barry Fairbrother itu yang tidak dimiliki oleh tokoh-tokoh yang lain.
Parminder Jawanda ada di dewan, berusaha keras untuk peduli nasib Fields, sebuah lingkungan perumahan kumuh, dan Bellchapel, klinik terapi penyembuhan pecandu narkoba, karena dia mencintai Barry Fairbrother yang nampaknya bagi Parminder adalah perwujudan dari kebaikan dan kebahagiaan, dan membenci Howard Mollison yang merupakan perwujudan dari kerakusan dan kemunafikan. Hal ini, dinyatakan dengan mengesankan lewat lintasan pikiran Parminder yang berbunyi: 'Cinta dan benci, pikir Parminder, agak takut oleh kejujurannya sendiri. Cinta dan benci, karena itulah aku di sini.'

Howard Mollison berada di dewan karena dia peduli pada Pagford dan berusaha keras untuk menyingkirkan apapun juga yang tidak sesuai dengan standar Pagford. Sangat ironis bahwa dia menikah dengan Shirley yang keluarganya tidak jauh berbeda dengan keluarga-keluarga di Fields. Ibu Shirley pemabuk dan merupakan perempuan nakal, mirip dengan ibu Krystal, Terri Weedon. Howard dan Shirley Mollison berusaha keras menyingkirkan Fields dari Pagford, mereka juga memandang rendah orang-orang yang tinggal di Pagford, terutama Krystal yang pernah memukul wajah Lexie, cucu mereka, anak Miles dan Samantha, sehingga dua gigi (susu) Lexie rontok.

Collin Wall ingin menggantikan kedudukan Barry Fairbrother di dewan distrik Pagford karena dia merasa punya kewajiban memperjuangkan apa yang diperjuangkan oleh Barry yang sangat dikaguminya. Collin tidak peduli pada Fields, Bellchapel atau Krystal Weedon. Dia bahkan sangat tidak suka pada Krystal. Tetapi dia mau memperjuangkan semua itu demi Barry.

Simon Price ingin mengisi jabatan kosong tersebut karena dia mengira jabatan itu bisa menjadi sumber uang baginya. Simon melihat jabatan itu sebagai cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan yang mudah karena dia mengira Barry menerima suap dari para kontraktor.

Miles Mollison menginginkan apa yang diinginkan oleh orangtuanya, Howard dan Shirley. Nilai-nilai luhur dan kebanggaan Pagford berada di atas pundaknya. Dia merasa menjadi orang penting di Pagford bila ia berhasil menduduki jabatan di dewan distrik.

Tetapi, The Casual Vacancy tidak bercerita tentang perebutan kursi kosong ini. The Casual Vacancy mengisahkan apa yang terjadi karena tidak ada orang yang tepat dapat menduduki kursi kosong tersebut.

Dan para remaja Pagford-lah yang mempunyai tugas menunjukkan betapa tidak pantas dan tidak sempurnanya orang-orang yang ingin mengisi kekosongan yang ditinggalkan oleh Barry Fairbrother.

Dimulai dengan Andrew Price, membuka kedok ayahnya, dengan menulis tentang komputer curian yang dibeli oleh ayahnya di situs forum dewan distrik. Andrew mempergunakan The_Ghost_of_Barry_Fairbrother sebagai id-nya. Disusul dengan Sukhvinder Jawanda, membuka rahasia terdalam hati ibunya terhadap Barry Fairbrother. Disusul oleh Stuart Wall alias Fats yang membuka rahasia sakit jiwa ayahnya Collin Wall. Di akhiri oleh Andrew Price dengan berita tentang perselingkuhan Howard Mollison dan Maureen Lowe. Para remaja ini, membangkitkan kembali Barry Fairbrother lewat hantunya yang membuka rahasia-rahasia terpendam dan menghakimi kawan dan lawannya. Tidak ada yang tulus maupun jujur dalam menjalankan kehidupan mereka, tidak seperti Barry Fairbrother.

Karena itu, bukan perebutannya sendiri yang nampaknya ingin diperlihatkan oleh Rowling dalam The Casual Vacancy ini, melainkan, apa yang terjadi di dalam sebuah komunitas ketika satu-satunya orang yang dengan tulus peduli pada kesejahteraan segenap masyarakat dan berada pada posisi yang tepat untuk melakukan perubahan-perubahan, tiba-tiba saja ditiadakan.

Barry Fairbrother tidak hanya peduli pada kalangan kelas bawah seperti Krystal Weedon, dia juga peduli pada orang aneh seperti Collin Wall. Dia bisa membuat Parminder yang kaku dan keras tertawa dan merasakan kelembutan cinta dan kasih sayang. Dia bersahabat dengan Gavin yang lemah, plin-plan dan tidak memiliki kualitas sebagai laki-laki yang baik di dalam dirinya. Dia mencintai dan menikah dengan Mary, seorang wanita yang egois dan tidak dapat mengapresiasi kebaikan dan ketulusannya. Barry dicintai dan dihormati oleh kawan dan lawan. Barry mampu menciptakan keseimbangan bagi Pagford. 

Seandainya Barry Fairbrother masih hidup, mungkin kisah Krystal dan Robbie akan punya akhir yang berbeda. Tetapi karena Barry Fairbrother tidak ada lagi, bahkan Tessa Wall dan Kay Bowden, tidak bisa melakukan apa-apa untuk Krystal. Mereka bukan Barry Fairbrother.

Inti dari The Casual Vacancy adalah, Barry Fairbrother meninggalkan sebuah tempat kosong yang tidak bisa di isi oleh siapapun juga. Menarik bahwa pada hal 59, kematian Barry dilukiskan seperti ini, 'Pengumuman tentang kematian Barry di website Dewan Kota diterima tanpa riak gelombang, seperti jatuhnya kerikil kecil di samudera.'

Barry Fairbrother memang nampaknya saja seperti sebutir kerikil kecil, tetapi sesungguhnya dia adalah sebuah bendungan raksasa yang melindungi Fields dan Bellchapel dari ledakan kebencian dendam lama Old Pagford. Barry Fairbrother adalah hati nurani Pagford, ketika hati nurani ini mati, kematian berikutnya tinggal menunggu waktu saja.


Harus saya akui bahwa The Casual Vacancy adalah jenis novel yang saya sukai. Rowling benar-benar memainkan sisi psikologis tokoh-tokohnya di dalam cerita ini. 

Pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh cerita secara mendalam dan luar-dalam. Kita seperti sedang menonton sebuah reality show, mereka semua berada di depan kamera. Kamera ini nggak hanya merekam apa yang mereka lakukan dan katakan, tetapi juga bisa membaca apa yang mereka pikirkan dan karena itu kita mendapatkan privilese masuk ke dalam potongan-potongan pikiran mereka.

Nah, dalam penggunaan POV (point of view, sudut pandang penceritaan) sering sekali diperingatkan agar hati-hati bila memakai POV Omniscient, alias sudut pandang orang ketiga serba tahu, sebab bisa terjerumus menjadi penitipan pendapat penulisnya sendiri, atau dapat menjadikan cerita itu kurang terasa personal, tokoh-tokohnya menjadi 'garing'. Tetapi dalam The Casual Vacancy ini, saya tidak merasa Rowling melakukan campur-tangan pada jalan pikiran tokoh-tokohnya. Saat masuk ke dalam pikiran mereka tidak 'terdengar' suara penulis menitipkan pesan tertentu dalam pikiran para tokoh tersebut. Semuanya mengalir dengan sangat lancar. Tokoh-tokoh itu menjelma menjadi orang-orang yang seakan-akan nyata dan hidup, mereka bisa saja sewaktu-waktu melompat keluar dari halaman-halaman buku yang sedang saya baca dan berkata, "Hallo, saya Andrew," sambil memalingkan bagian wajahnya yang penuh jerawat. Atau Krystal tiba-tiba muncul dan berkata, "Pinjem uang dong, Robbie belum makan nih dari pagi." Hahaha.. Mereka memang terasa sangat real, terutama para remaja yang penuh dengan permasalahan yang sama beratnya dengan permasalahan orangtua mereka.

Parminder Jawanda mengingatkan saya kepada Miss Narinder Kaur, salah satu mentor CIM saya. Dia seorang punjabi. Jangkung dan serius seperti Parminder. Sementara Vikram suami Parminder, mengingatkan saya kepada pacar Miss Kaur, seorang pria india jangkung, tampan, berkulit lebih terang dari kulitnya. Bagi saya, keluarga Jawanda terasa sangat nyata juga.

Tidak adanya tokoh utama yang dipilihkan Rowling untuk para pembaca, kembali menegaskan bahwa inilah dia kondisi kekosongan itu, tidak ada 'jagoan'-nya dalam cerita ini. Sang jagoan sudah mati di awal cerita. Yang tertinggal adalah para pemeran pembantu yang berusaha untuk mengisi kekosongan tokoh utama. Tentu saja, mereka semua tidak akan berhasil melakukannya. Rowling secara serius menggagalkan usaha tersebut.

Tetapi, Rowling memberikan kita, pembacanya, kebebasan untuk memilih yang terbaik dari antara yang bukan terbaik. Untuk itulah saya memilih Tessa Wall, dia normal dalam kondisi yang tidak normal. Dia menjadi jangkar bagi banyak orang, suaminya, anaknya dan Krystal juga menyukainya. Dia memang memandang rendah kehidupan Krystal, tetapi siapa yang tidak, kecuali Barry? Barry memiliki hati seorang saint, Tessa Wall memiliki hati manusia biasa seperti saya, misalnya. Saya juga menyukai Andrew Price, Sukhvinder Jawanda dan Krystal Weedon. Masing-masing mereka memiliki kualitas dan kebaikan hati tersendiri. Saya bersimpati kepada Samantha Mollison karena di balik penampilannya yang vulgar sesungguhnya dia memiliki hati, dia bahkan mengalami pencerahan di akhir cerita. Saya juga menyukai Kay Bawden, dia memiliki cahaya ketulusan di dalam dirinya, sayang sekali tidak cukup kuat untuk menyelamatkan Krystal dan Robbie.

Bagi saya, cukup memuaskan bahwa orang-orang seperti Gavin, Howard dan Shirley akhirnya mendapatkan ganjaran mereka masing-masing. 

Well, kalau ditanya berapa bintang yang akan saya berikan kepada The Casual Vacancy, dengan memaafkan keganjilan yang terjadi soal bagaimana Sukhvinder yang bisa membobol situs dewan distrik bisa tidak tahu cara mengatur settingan akun facebook-nya agar tidak bisa lagi di-bully oleh Fats yang terus-menerus mengiriminya gambar-gambar untuk mengejeknya, maka saya memberikan buku ini bintang 5, yap, (*****) ^_^ FIVE STARS, semata-mata karena ceritanya sendiri yang sangat berkesan bagi saya, dan keberanian Rowling untuk 'membunuh' tokoh utamanya pada halaman awal sambil tetap mampu menghadirkannya sebagai tokoh utama in absentia dan membiarkan cerita bergulir dengan tokoh-tokoh yang sama sekali tidak ada yang terlepas dari kesalahan atau cacat. Hal itu justru menjadikan buku ini, seratus persen sempurna, di mata saya. Sepertinya, Fats memiliki pengaruh di sini, otentik, ide yang sangat orisinil, setidaknya saya belum pernah membaca sebuah buku tanpa jagoan utama sebelumnya


Walaupun mendapatkan banyak sekali kritik negatif dari para kritikus profesional, ternyata The Casual Vacancy tidak dapat dibendung. Para pembaca di GoodReads, sebuah situs kumpulan pembaca ternyata memilih dan memenangkan The Casual Vacancy sebagai The Best Fiction 2012 Readers Choice Awards Goodreads! Bisa dilihat di sini: http://www.goodreads.com/choiceawards/best-books-2012

Pendapat Saya Tentang Rowling:


Siapa yang tidak tahu Harry Potter, iya kan? Saya bukan salah satu HarPot fans walaupun menyukai film-film Harry Potter, tetapi tidak mengalami ketergila-gilaan membaca secara serius seluruh serial Harry Potter. Thanks to The Casual Vacancy, sekarang saya merasa tertarik untuk membaca seluruh seri Harry Potter, kebetulan keponakan saya punya.

Menarik bagi saya bahwa Rowling memakai 7 sebagai angka favorit untuk jumlah serial Harry Potter dan jumlah bab di dalam buku The Casual Vacancy. Walaupun Rowling sendiri menolak mengaitkan tulisan-tulisannya dengan simbol-simbol agama, tetapi tetap saja simbol-simbol spiritual ini melekat pada karya-karyanya atau dilekat-lekatkan oleh para penafsir tulisan-tulisannya. Bagi saya sendiri, pemilihan tujuh itu menarik sebab tujuh adalah angka sempurna dan 'baik' menurut tradisi Kristen. Bahkan ada studi yang mengaitkan berhasilnya sebuah penjualan karena penggunaan angka tujuh dalam harga jualnya. Apakah begitu laku kerasnya novel-novel Rowling juga karena pengaruh angka 7 ini? *Wkwkwk, stop it, G, udh kayak Silet ajah inih*

Hari Minggu tanggal 25 November 2012 yang lalu, saat acara soft launching The Casual Vacancy yang dapat di baca di sini: Menghadiri Soft Launching The Casual Vacancy, di sini: Reportase dan Gambar di Kampung Fiksi dan di sini: Blog Ria Tumimomor , saya memperoleh terjemahannya yang hak penerbitannya di Indonesia dimiliki oleh penerbit Qanita, cabang penerbit Mizan.

Novel yang baru saja beredar di seluruh dunia sejak 27 September 2012 ini sudah menjadi salah satu buku terlaris tahun ini. The Casual Vacancy malahan sudah masuk juga dalam jajaran nominasi sebagai Best Fiction dalam Readers' Choice Awards Goodreads.com dan menjadi pemenangnya! Padahal The Casual Vacancy mendapatkan banyak kritik negatif (rata-rata hanya 2 kritik positif dari 10 reviews profesional).

Namun setelah saya googling dan membaca kritikan-kritikan tersebut, kebanyakan terjadi karena mereka masih terus-terusan membanding-bandingkan The Casual Vacancy dengan Harry Potter. Kekecewaan sebagian besar kritik adalah karena The Casual Vacancy bukan buku cerita untuk semua umur.

Mengherankan bagi saya betapa sulitnya para kritikus itu menerima kenyataan: Serial Harry Potter sudah tamat, selesai, the end. The Casual Vacancy tidak ada hubungannya dengan Harry Potter. J.K. Rowling sudah move on ke buku berikutnya. Kalau mereka mengalami sindrom tenggelam dalam nostalgia Harry Potter dan tidak bisa move on, jangan melampiaskan kegamangan mereka kepada The Casual Vacancy. Kalau mereka kesal atau iri hati karena Rowling berhasil menjadi penulis mega best seller abad ini, itu masalah mereka sendiri, bukan masalah bagi Rowling.

Apa jawaban J.K. Rowling terhadap kritik pedas yang dilemparkan kepadanya perihal perubahan genre dari YA Fantasy ke Novel dewasa? Rowling berkata, "There is no part of me that feels that I represented myself as your children’s babysitter or their teacher… I’m a writer and I will write what I want to write."

Plok, plok, plok! Standing ovation untuk Rowling.

Seorang kawan di facebook bertanya, "Ini yang dimaksud, gak perlu selalu ada moral dalam suatu cerita?"

Saya yakin sekali bukan itu maksud Rowling ketika menjawab kritik pedas yang dilemparkan kepadanya. Sebab The Casual Vacancy justru memberikan pelajaran moral yang luar biasa dengan mempertontonkan secara brutal kepada pembacanya, bagaimana kondisi sebuah masyarakat dan apa akibatnya ketika tidak lagi ada ketulusan dan kepedulian sosial terjadi di dalamnya dan tidak ada satu orang benar pun yang bisa dan mampu menolong komunitas tersebut dari masalah yang sedang mereka hadapi. Tragedi yang terjadi adalah akibat dari kematian nurani yang sudah terjadi sebelumnya.

Rowling hanya menegaskan bahwa dia adalah seorang penulis yang akan menuliskan apa yang mau diceritakannya dengan caranya sendiri, bukan sesuai dengan tuntutan para pengkritiknya. Banyak yang mengatakan Rowling berani melakukan hal itu karena dia tidak lagi memerlukan uang dari menulis novel, Harry Potter sudah membuatnya menjadi bilioner yang bahkan tidak perlu menulis lagi. Aha! Kebebasan berkarya tanpa perlu mengemis, wkwkwk.... asyik bener! dan J.K. Rowling memang memilih untuk tetap menulis sebab Rowling adalah seorang penulis sejati. Dalam sebuah wawancara, ketika ditanya apakah dia memang berharap Harry Potter menjadi terkenal, dia menjawab, tidak, dia tidak menyangka Harry Potter akan menjadi demikian fenomenal sebab satu-satunya hal yang diinginkannya adalah menjadi penulis dan berhasil menerbitkan tulisan-tulisannya.

Impresif, sangat mengagumkan, dan sudah teruji kebenarannya. Kalau Rowling mengejar ketenaran belaka, maka penolakan terhadap karyanya yang harus diterimanya selama sekian tahun sebelum Harry Potter akhirnya diterbitkan pasti sudah mematahkannya. Nyatanya tidak begitu. Dan bila hanya ketenaran yang ingin diperolehnya, maka, dia tidak perlu lagi menulis apapun sebab dia sudah sangat terkenal di samping memiliki uang banyak. Nyatanya, dia tetap menulis dan dengan gagah berani mengambil resiko menulis sebuah novel yang sama sekali berbeda genre dengan novel sebelumnya.

Berdasarkan informasi hasil googling yang saya kumpulkan sendiri itu, saya memutuskan untuk mengangkat Rowling menjadi salah satu heroine saya dalam dunia mengarang, setelah Isabel Allende. Di mata saya, kedua penulis keren ini memiliki keteguhan hati, gaya dan bakat yang mengagumkan.

Selamat untuk J.K. Rowling dan The Casual Vacancy, The Best Fiction, Goodreads Choice Awards 2012.

*

Resensi ini sudah ditayangkan juga di page: Paragraf by G

13 comments:

  1. outstanding review, mbak G. saya baru baca sampai sampai di pertengahan cerita The Casual Vacancy nih.. jadi makin ga sabar ingin segera menamatkan novel ini! ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasiiih ^_^ Justru makin di tengah-tengah itu makin asik ceritanya kan? Selamat menyelesaikan, nanti kalo sudah tulis review bagi linknya ya :D

      Delete
  2. tadinya biasa2 aja ama nih buku tapi ngebaca review yang satu ini, jadi tertarik pengen baca, haha :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baguuus kalo menurut gw XD Soalnya seru banget tokoh-tokohnya segitu banyaknya, dan ini buku sebenernya 'dalem' banyak hal bisa direnungkan dan dijadikan pelajaran. eh, ntar mau gw travelingkan juga loh TCV ini, tapi agak lama nunggunya, mihihi...

      Delete
  3. mbak G,
    ayo di tunggu TCV-nya travelling. hahaha,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihi...iya, pasti dia bakalan traveling, tapi setelah undian berhadiah dari Mizan-nya selesai yak, hahahah, soalnya da kode aktivasi di buku itu ^_____^

      Delete
  4. Replies
    1. wooww..dikunjungi sama penerjemahnyaaa... \(^___^)/ senang sekaliii.. thanks mbak Esti, terjemahannya bagus :D

      Delete
    2. Mbak G, saya udah bikin review TCV... mampir baca yaa ^o^ http://ruri-online.blogspot.com/2012/12/book-review-casual-vacancy.html

      Delete
  5. belum baca, jadi penasaran, tapi setelah baca review mbak g jadi mikir ini kayaknya berat ya buat dibaca hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berat, berat bukunya karena tebel, :)) Kalo bahasanya sendiri sama sekali nggak berat. Topiknya, menurut saya, memang berat sih, kalo direnungkan.

      Delete
  6. Ini novel JK Rowling lain ya mbak. Maksudnya bukan seri HP

    ReplyDelete