Kampung Fiksi mengucapkan terima kasih kepada seluruh peserta dan pendukung acara Workshop Perempuan Menulis dan Blogging
Yeaayy!
Akhirnya Workshop Perempuan Menulis dan Blogging bersama Kampung Fiksi, Powered by Indosat, selesai digelar kemarin (Sabtu, 26 November 2011). Kami selaku penyelenggara mengucapkan terima kasih yang tak terhingga untuk para peserta. Senang sekali rasanya bisa bertemu dengan teman-teman yang antusias dan bersemangat untuk belajar.

Seperti janji kami, acara Workshop ini masih berlanjut dengan sebuah lomba khusus bagi para peserta yang sudah terdaftar sebagai peserta workshop kemarin. Apa lombanya? Bagaimana mekanismenya? Apa persyaratannya? Dan yang paling penting, apa hadiahnya?

Lomba Post Event Workshop Perempuan Menulis dan Blogging bersama Kampung Fiksi
Powered by Indosat
Lomba menulis cerpen khusus untuk peserta Workshop Menulis Kampung Fiksi

Peserta:
Seluruh peserta yang sudah terdaftar dan memiliki nomor peserta yang tercantum di dalam e-ticket workshop.

Syarat dan ketentuan:
- Peserta menuliskan cerpen dengan tema yang berhubungan dengan sebuah kata yang sudah ditentukan, yaitu: “Handphone”, di blog masing-masing. Jangan lupa, ingat-ingat materi workshop kemarin tentang menulis cerpen yang baik, ya… 
- Panjang cerpen berkisar 1.000 – 5.000 kata (lebih atau kurang sedikit tidak apa-apa).
- Peserta diharap mengirimkan link URL postingan cerpen tersebut, berikut dengan nama lengkap, nomor handphone dan nomor e-ticket ke kampungfiksi@gmail.com dengan subyek: Link Cerpen Untuk Lomba Workshop Menulis.
- Peserta juga diharapkan memasukkan logo powered by Indosat pada akhir tulisan.
- Lomba dimulai dari 27 November – 4 Desember 2011.
- Pemenang akan diumumkan tanggal 11 Desember 2011.
- Masing-masing peserta boleh mengirimkan maksimal 2 karya.
- Akan dipilih 3 pemenang yang tulisannya dinilai paling menarik, baik secara teknis mau pun penceritaan.
- 3 cerpen pemenang akan ditayangkan di blog Kampung Fiksi sebagai tulisan dari Kontributor Tamu.

Hadiah:
- Pemenang pertama: 1 unit smartphone Blackberry
- Pemenang kedua: 1 unit handphone
- Pemenang ketiga: 1 unit modem portable
*Hadiah dipersembahkan oleh Indosat, Sahabat Blogger dan Netizen*

Jangan tunggu lagi! Cepat tentukan tema ceritamu, bentuk karakter tokoh ceritamu, bayangkan setting kejadian dalam kisah itu, mainkan plot semenarik mungkin! Ow, jangan lupa juga, be creative! Selamat berlomba!
Workshop Perempuan Menulis dan Blogging akan dipandu oleh seorang Andi Gunawan, penulis dan penyair muda dengan passion dan talenta yang luar biasa. Yuk, kenalan dengan Ndigun lewat bio singkat ini.

Andi Gunawan. Terlahir di Jakarta, 26 Maret 1988 dan besar di Depok. Sempat menempuh Ilmu Komunikasi Massa selama 4 semester di FISIP UHAMKA, Jakarta Selatan. Pemuda yang tertarik kebahasaan ini gemar sekali mengacak kata serupa sajak, prosa dan racauan lainnya di halaman blog pribadinya dan beberapa portal termoderasi lainnya seperti Kompasiana, Baltyra, dll.

Bersama teman-teman absurdnya, ia bentuk kelompok menulis SPASI. Juga menjadi salah satu penggagas Majelis Sinema LAJAR DJINGGA, forum diskusi yang menjadikan film sebagai media kajiannya. Saat ini ia sedang bekerja sebagai wartawan untuk Majalah Thawaf dan sebuah majalah perusahaan. Selain bekerja ia juga bergiat di Akademi Berbagi, sebuah gerakan sosial bidang pendidikan alternatif.dan sedang mengasah diri menjadi seorang komedian tunggal (stand-up comedian).

Kejutan! merupakan buku tunggal pertamanya berupa antologi prosa diterbitkan LiniKala Publishing, Jogja, 2011. Satu cerita kilatnya yang berjudul Different terpilih sebagai 12 Top Rated English Category of Flash Fiction Challenge by Ubud Writers and Readers Festival 2010. Karya lainnya termuat dalam Kompas.Com, buku Antologi Puisi Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan 2010 dan di kumpulan cerpen Be Strong Indonesia #1 (nulisbuku.com, 2011) serta buku antologi sajak Cinta, Kenangan dan Hal-Hal yang Tak Selesai (Gramedia, 2011).

SilahkanberkunjungkeAndiGunawan di http://ndigun.wordpress.com atau follow TimeLinenya di @ndigun.

Blogging is a trend nowadays. Kenapa juga kita tidak punya blog untuk mencurahkan isi pikiran dan hati kita? Tapi apa hanya itu? Tentu tidak khan? Blog bisa menjadi ajang untuk berbagi informasi dan bahkan menambah jaringan persahabatan. Tapi tetap saja bagi beberapa diantara kita dilanda kebingungan. Bagimana ya memulai nge-blog itu dan setelah bikin blog apa sih yang mau saya curahkan disana? Maka dalam workshop nanti kami mengundang salah satu blogger cewek yang terbilang aktif untuk berbagi cerita. Dan kami hadirkan sedikit bio mengenai dirinya sebelum kita nanti bertemu muka di acara workshop Perempuan Menulis bersama Kampung Fiksi di Bekasi Cyber Park 26 November 2011.

Eka Situmorang-Sir, perempuan berdarah Batak ini numpang lahir di sebuah kota yang kental dengan budaya keraton Jawa pada Kamis Pahing, hari ke dua puluh tujuh di bulan ke sebelas dalam penanggalan Masehi.

Seorang istri dari Pria bermarga Sir. Penggila warna biru dan sepatu serta menghabiskan waktu senggangnya dengan membaca, blogging serta bersenang-senang di dunia sosial media. Menyukai travelling baik wisata alam maupun kuliner. Pernah nekat menjelajah jalan darat (baca: nyetir mobil sendiri) dari Jakarta ke Sumatera juga menyusuri aspal panas Pantai Utara Pulau Jawa hingga berakhir di Lombok Nusa Tenggara Barat demi sebuah sensasi bernama “petualangan”.

Meraih gelar Magister dalam Ilmu Komunikasi dari Universitas Indonesia setelah sebelumnya Eka berhasil menyelesaikan kuliah program Pendidikan Bahasa Inggris dari Universitas Negeri Jakarta. Setelah itu Eka Situmorang-Sir melanglang buana dengan bekerja di berbagai perusahaan asing mulai dari staff Human Resource, Public Relation hingga Marketing Communication. Namun pada akhirnya, hati kecilnya memanggil untuk mengabdi pada negara, dan saat ini berkecimpung di dunia pemerintahan.

Mulai mengenal blog pada bulan Maret 2009 atas saran temannya yang gemas melihat notes-notesnya di Facebook tidak terdokumentasi dengan baik. Corat-coret awalnya ada di blog gratisan http://ceritaeka.wordpress.com. Setelah tiga bulan ngeblog gratisan, atas kebaikan hati salah seorang sahabat blogger, maka Ceritaeka atau yang akrab disapa CE berpindah ke hosting berbayar, dan lahirlah http://ceritaeka.com . Beberapa tulisannya di blog telah memenangkan penghargaan dari kompetisi menulis. Blog telah membawanya mengenal banyak orang dan juga memberinya banyak pengalaman menyenangkan mulai dari wisata gratis hingga bertemu blogger-blogger luar biasa dari berbagai kota. Namun di atas itu semua, blog telah menjadi media untuk berbagi pikiran dan rasa; ajang silahturahmi sekaligus tempat belajar tanpa henti.

Silahkan mampir ke rumah Eka di http://ceritaeka.com atau follow Time Line nya terus di @ceritaeka dan darinya kita mengerti. Mengapa blogging itu asyik banget 
Sehubungan dengan salah satu pembahasan workshop Kampung Fiksi mengenai e-publishing, maka kami memutuskan untuk berbincang-bincang sedikit dengan Dhiratara Widhya Co-Founder & Chief Publishing Officer dari PT. Evolitera.

Kalau melihat sepintas penampilannya yang serius, kami tidak menyangka ternyata Dhira adalah cewek yang juga hobi bercanda., Terlihat dari sedikit cerita mengenai dirinya yang bersedia ia bagi bersama kami. Dhiratara, atau yang akrab dipanggil Dhira, lahir di Jakarta, 12 Februari 1989. Ia mengaku sempat menjadi kesayangan guru-guru, kecuali guru agama, di SMA Negeri 14 Jakarta. Tidak kami minta penjelasan ya kenapa  ada perkecualian itu. Ia menyelesaikan 4 tahun kuliah yang baginya amat menyenangkan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, jurusan manajemen, dan lulus pada Agustus 2010.

Dhira bisa dikatakan sebagai kutu buku asli 100% karena bukan hanya senang membaca segala hal yang bisa dibaca sejak kecil, seperti buku tapi juga melahap bacaan berupa brosur obat. Pengarang favoritnya adalah Dan Brown, Anton Chekhov, Haruki Murakami, dan Leila S. Chudori. Karena kecintaannya membaca, di sela-sela waktu kuliah Dhira mencoba merintis usaha menjadi distributor buku. Motivasinya tentu saja supaya bisa membaca buku dengan gratis. Motivasi itulah juga yang membawanya di suatu sore di tahun 2008 di kantin pinggir danau FEUI menyetujui ajakan Eduardus - CEO Evolitera untuk mendirikan Evolitera, sebuah website penerbitan digital, sejak Februari 2010 hingga sekarang.

Mulai penasaran? Yuk kita mulai saja dengan liputan interview yang telah berlangsung live via Twitter Kamis tgl 3 November 2011 lalu.

Sebelum Evolitera, Dhira adl distributor buku. Bagaimana mengatur waktu bekerja sembari kuliah? 
Bisnis distributor buku saya biasanya saya lakuin sblm jam kuliah (siang) & sore pulang kuliah Aktivitasnya biasanya mengantarkan barang ke toko, lalu antar invoice, minggu depannya ambil tagihan. Dgn sequence kegiatan distribusi yang seperti itu, gak terlalu menyita waktu kuliah. Lainnya bisa via telephone atau email

Bagaimana awalnya Evoliera terbentuk?
Cikal-bakal Evolitera di tahun 2008. Suatu sore senior saya Eduardus Christmas mengajak saya untuk bertemu dan ngobrol di kantin. Ternyata ia mengajak saya untuk memulai bisnis bersama penerbitan eBook di website, karena ia tahu saya pernah bisnis distribusi buku. Idenya sederhana. Website ini nanti memberikan kesempatan seluasnya bagi siapapun untuk menerbitkan karya mereka. Ide yang tidak kalah heboh adalah ketika kita terpikir eBook dpt di-download gratis oleh pembaca dan di dukung dengan iklan.
Awalnya, siapa saja yang berada di balik Evolitera ?
Awal berdiri 2010, co-founder Evolitera ada 3 org: saya, Eduardus Christmas dan satu teman kami yang sekarang sudah tidak bergabung lagi.

Berapa banyak pegawai Evolitera saat ini?
Kita berlima mengelola Evolitera. Eduardus sebagai CEO, saya direktur penerbitan merangkap editor. Di bawah saya ada seorang editor-in-chief, sisanya programmer dan finance.

Hambatan apa saja yang harus dilewati oleh Evolitera. sebelum akhirnya dapat menjalankan kegiatannya?
Hambatan pertama dan langsung membuat shock ketika kita ditipu oleh programmer pertama kita. Tentu saja menyadari hal tersebut kita tidak diam saja. Sempat kejar-kejaran menyelamatkan domain dan coding Evolitera yang ada di tangan programmer tersebut.

Apakah kejadian tersebut sempat mengganggu kegiatan Evolitera?
Tentu membuat kami sempat ketar-ketir. Ketika peristiwa itu terjadi,  kita tengah berusaha mengikuti kompetisi IT yg diadakan sebuah perusahaan telekomunikasi . Syukurlah akhirnya bisa teratasi. Domain dan coding bisa didapatkan dan kita bisa ikut kompetisi tersebut. Yang mana kompetisi tersebut menjadi achievement pertama @evolitera, yakni Telkom Indigo Fellowship Award 2009


Apa yang menjadi deskjob Dhira dalam mengelola Evolitera?
Deskjob saya yang pasti mempromosikan Evolitera terutama ke para calon penulis. Kemudian saya juga terlibat dalam proses editing buku, layout, juga desain cover. Serta saya juga memastikan dan mengawasi agar target penerbitan dapat terpenuhi .

Bagaimana cara Evolitera menjaring minat orang agar menerbitkan via e-publishing?
Kita menawarkan satu-satu lewat email atau telepon ke orang-orang yang kami lihat punya potensi. Kata kuncinya untuk membuat mereka langsung tertarik adalah penerbitan digital yang bisa langsung cepat terbit yang terbuka dengan genre apapun, juga kesempatan untuk mendapatkan iklan yang nanti bagi hasilnya dengan penulis akan digunakan sebagai royalti.

Beberapa orang yang tertarik, mereka terbitkan, dan merasa puas, lantas mengajak teman-temannya sesama penulis untuk menerbitkan juga. Jadi seperti bola salju, kita mendapatkan penulis lain dari penulis juga.
Hingga hari ini, ada berapa jumlah e-book yang bisa dibaca gratis di Evolitera ?
Berdasarkan hasil pengecekan saya saat ini ada 539 eBook di Evolitera yang siap dibaca

Adakah e-book Dhira di Evolitera dan boleh diceritakan sedikit mengenai apa?

Tentu saja ada! Silahkan di cari eBook saya yang berjudul "833 KM". Terdiri dari dua eBook mengenai cerita perjalanan di Paris dan Barcelona. Doakan agar edisi revisi eBook saya cepat selesai yaaaaa!!!!

Apakah eBook Dhira yang berjudul "833 KM" di Evolitera bisa dibaca gratis?

eBook saya masih bisa dibaca gratis. Nanti edisi revisinya yang rencananya akan  dijual. Siap-siap!

Edisi Revisi?
Yes, edisi revisi. Dipercantik lagi layout-nya dan editing content lagi

Jika semua e-book bisa dibaca gratis maka apa keuntungan bagi Evolitera sebagai pengelolanya?
Dengan dibukanya akses download gratis dan membaca online, kami berharap Evolitera dapat naik traffic-nya. Dengan meningkatnya traffic di situs kami ini berarti bisa menarik untuk pengiklan untuk memasang iklan mereka di Evolitera. Hal ini juga merupakan keuntungan bagi si penulis.

Mengapa akhirnya memilih bekerja sama dgn SCOOP?  Bisa ceritakan sedikit tentang mereka dan bagaimana kerjasamanya?
SCOOP adalah aplikasi dirilis oleh Apps Foundry. Istilahnya mereka newsstand applications, membaca dan membeli majalah, koran, eBook di iPad Basically, Evolitera dan SCOOP saling melengkapi. Evolitera menyediakan content eBook, SCOOP menyediakan store dan reader. Selain itu, achievement SCOOP juga bagus. SCOOP selalu masuk 10 besar top grossing apps di Itunes Store.

Bagaimana jika penulis mau meneribitkan buku mereka dengan penerbit lain setelah publish dengan Evolitera?
Penulis eBook di Evolitera yang ingin menerbitkan dlm bentuk cetak di tempat lain, kami persilahkan kok. Dan selama sudah minta ijin dengan kami, penulis yang ingin menaruh eBook-nya di situs lain juga diperbolehkan. Serta penulis yang setuju eBook-nya dijual di SCOOP,maka  eBook-nya tidak akan kami jual ke tempat lain selain SCOOP.

Bagaimana Dhira melihat prospek perkembangan E-publishing dalam kurun waktu lima tahun mendatang? 
5thn mendatang dengan merebaknya tren tablet, seharusnya bisa jadi akselerasi bagi e-publishing. Kami akan berusaha menyesuaikan e-publishing dengan perkembangan teknologi dan berusaha masuk ke semua OS. Sebenarnya tidak ada alasan untuk menolak e-publishing. Biaya penerbitannya murah, distribusinya bisa worldwide. Tidak kalah penting juga tablet untuk membaca online itu sendiri sudah didesain agar orang nyaman membaca dibandingkan dengan membaca di computer.

Apa suka dukanya dalam mengelola Evolitera?
Sukanya mengelola Evolitera karena berbisnis sendiri di usia muda di bidang yang disukai itu memberikan kebanggaan tersendiri. Selain itu salah satu tujuan awal saya bisa baca buku gratis dapat terwujud, lebih istimewa lagi karena buku tersebut tidak bisa diperoleh di mana pun, kecuali Evolitera. Yang paling penting adalah dapat bertemu dengan banyak orang-orang baru yang memberikan banyak wawasan baru dan pengalaman, mulai dari penulis, teman-teman sesama pelaku bisnis digital, juga orang-orang dari berbagai profesi.

Dukanya karena sedikit banyak oleh keluarga saya, bisnis Evolitera ini masih dianggap setengah main-main.

Dari sekian banyak eBook yang ada di Evolitera, buku jenis apa yang paling sering dicari? Fiksi, non fiksi baik dari pengarang lokal maupun luar
Buku terlaris di @evolitera adalah buku tentang ............... keuangan dan pasar modal! Download ya!

Di usia yang masih muda, Dhira sudah menjabat posisi penting di Evolitera. Bisa berbagi kiat-kiatnya?  
Intinya, mau muda atau tua menjabat suatu jabatan penting di suatu tempat dibutuhkan keberanian. Beraninya berbagai bentuk. Berani ambil risiko, berani capek, berani kalau harus miskin, berani juga kalo nanti sukses.

Apa yang menjadi harapan Dhira untuk jangka panjang ke depan dalam mengelolaEvolitera?
Harapannya Evolitera bisa jadi lokomotif dan leader untuk e-publishing di Indonesia. Selain itu kami juga berharap Evolitera bisa memberikan manfaat, kebahagiaan, juga kebanggaan bagi siapa pun.

Terakhir, apyang Dhira harapkan untuk dunia buku Indonesia dan workshop Kampung Fiksi?
Yang akan berlangsung saja dulu. Semoga Workshop Perempuan Menulis Kampung Fiksi sukses dan bisa memberikan ilmu yang berguna. Jujur saja, kita juga berharap agar Workshop Perempuan Menulis Kampung Fiksi dapat menjaring banyak penulis untuk Evolitera dan membuatnya makin dikenal. Sementara harapan untuk dunia buku Indonesia, kita harus jadi leader di Asia baik di kuantitas buku yg diterbitkan dan kualitas. Pasti bisa!

****

Luar biasa khan generasi muda Indonesia sekarang? Memang untuk melakukan sesuatu apalagi yang belum biasa dikenal orang dibutuhkan keyakinan dan keberanian. Bahwa yang kita usahakan itu bertujuan baik dan karenanya pasti akan sukses setelah lewat kerja keras dan dalam waktu yang tidak singkat.

Jika tertarik dengan e-publishing silahkan cek website mereka di http://www.evolitera.co.id atau follow akun twitter mereka di: @evolitera

Pewawancara dan penyusun artikel: Ria Tumimomor. Editor: G

Leila Salikha Chudori, demikian nama lengkap salah satu penulis senior Indonesia yang lebih dikenal orang dengan Leila S. Chudori. Ia memulai karirnya sebagai penulis sejak berusia 11 tahun. Bagi yang dulu rajin langganan majalah Hai, si Kuncung dan Kawanku pasti inget pernah membaca hasil karya Leila di sana. Semakin dewasa, hasil karya Leila mulai beredar di majalah Sastra Horison dan Matra.

Wanita kelahiran 12 Desember 1962 yang sekarang bekerja sebagai Redaktur Senior Tempo ini, meluncurkan karya fiksi terbarunya: 9 dari Nadira pada tahun 2009 yang lalu. Asal tahu saja, karya terbarunya ini menjadi pilihan utama para dewan juri hingga menghantar karya ini memperoleh penghargaan sastra dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional. Menarik untuk disimak, komentar Leila S. Chudori mengenai hal ini, "Penghargaan apapun dari berbagai institusi, seperti juga resensi maupun kritik, adalah efek terhadap sebuah buku yang sudah selesai dan sudah diterbitkan. Proses yang asyik sebetulnya adalah saat menulis."

Nampaknya menulis memang merupakan cinta pertama dan utama bagi Leila S. Chudori, sedangkan penghargaan yang diberikan oleh pihak lain (baik itu dari penikmat karya tulisnya maupun dari berbagai institusi) merupakan semacam "icing of the cake" baginya.

Selain menulis cerpen, Leila juga sering menulis resensi di majalah Tempo. Tidak hanya itu, ia juga menulis skenario Dunia Tanpa Koma yang dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo. Dari berbagai resensi yang dihasilkannya, jelas terlihat kecintaan Leila pada budaya pop.

Bagiaman Leila S. Chudori menciptakan mood untuk menulis, apakah ia memerlukan musik, duduk di tengah-tengah keramaian sebuah cafe, misalnya? Ternyata, ia terkadang membutuhkan sunyi dan keterpencilan untuk menulis, namun ada saat di mana ia membutuhkan bunyi, dan musik jenis apapun yang mengena di hatinya dapat menjadi temannya dalam menulis.

Ingi tahu perjalanan Leila S. Chudori dalam bentara kepenulisan tanah air? Yuk simak wawancara melalui eMail antara Leila S, Chudori dan Kampung Fiksi.

Sejak usia berapa mulai menulis dan mengapa mencintai pekerjaan ini?

Cerpen pertama saya dimuat di majalah anak-anak si Kuncung ketika saya berusia 11 tahun, kelas V SD berjudul Pesan Sebatang Pohon Pisang.

Selanjutnya saya kemudian menulis cerita pendek dan cerita bersambung di Kawanku, Hai (ketika formatnya masih sebagai majalah remaja yang berisi cerita pendek dan komik), Gadis. Setelah saya kuliah, saya mulai menulis cerita pendek di majalah sastra Horison, harian Kompas Minggu, Sinar Harapan, majalah Zaman.

Mana yang lebih disukai, menulis fiksi, resensi, skenario atau sebagai jurnalis?

Menulis resensi dan berita adalah bagian dari tugas saya sebagai wartawan. Sedangkan menulis fiksi dan skenario adalah bagian dari keinginan. Kedua-duanya memiliki kegairahan dan kenikmatannya.

Mengapa tertarik menulis skenario? Apakah ada bedanya dengan menulis novel atau cerpen? Lebih menantang yang mana?

Setiap proses menulis tentu memiliki tantangannya. Menurut saya, baik cerita pendek, novel maupun skenario mengandung tingkat kesulitan yang berbeda. Saya pernah mengatakan, tantangan cerita pendek adalah, dalam ruangan yang sempit kita harus menyiapkan ledakan yang dahsyat. Sedangkan novel dan skenario tantangannya adalah kita harus memiliki nafas yang panjang untuk membangun sebuah dunia; untuk mampu menarik pembaca nyempung masuk ke dalamnya dan seolah menjadi bagian dari dunia rekaan itu. Untuk novel dan juga film dibutukan riset yang serius dan mendalam, membentuk bangunan plot yang rapid an teliti dan harus ada temukan kata,ekspresi dan bahasa yang baru (jika mungkin).

Apakah pengalaman-pengalaman pribadi atau pengalaman pribadi dari orang-orang dekat mempengaruhi kisah-kisah yang ditulis? Kalau iya, berapa persen realitanya dan berapa persen kira-kira fiksinya?

Semua penulis, secara langsung atau tak langsung pasti menulis sebagian kecil pengalaman pribadi atau orang lain yang kemudian dikawinkan dengan rekaan dan plot fiktif. Jika tidak, namanya bukan fiksi, tetapi memoir.

Saya rasa, tak mungkin kita menghitung prosentasi realita dan fiksi dalam sebuah bangunan fiksi yang sudah tercipta.

Tentang penggunaan metafora dalam fiksi, adakah kiat-kiat tertentu agar tetap indah tetapi mampu dimengerti pembaca?

Salah satu hal yang penting dalam menulis fiksi (cerpen, novel dan tentu saja puisi) adalah kemampuan penulis menaklukkan bahasa. Metafora hanyalah salah satu cara. Ada banyak majas yang kita kenal.

Kemampuan menaklukkan bahasa ini tak berarti harus berpretensi untuk berpuisi atau selalu menghubungkan suasana dengan alam. Banyak sekali cara berekspresi dengan menggunakan metafora yang jitu; yang bisa mewakili karakter tokoh sekaligus mewakili (melibatkan) pembaca.
Bahasa adalah salah satu alat yang mengantar pembaca memasuki dunia alternatif yang kita ciptakan. Karena itu, ide sedahsyat apapun, jika disampaikan dengan buruk atau dengan datar, niscaya karya itu tak akan bercahaya. Sebaliknya sebuah ide yang sederhana akan meledak jika disampaikan dengan tepat, baik dan cerdas.

Saya tak bisa menyajikan kiat yang tepat, karena saya yakin setiap penulis memiliki kebiasaannya masing-masing. Yang jelas, semua penulis yang baik akan menyarankan bahwa Anda harus jujur pada saat menulis. Pada saat anda tak jujur, maka karya Anda akan terasa pretensius. Itu akan terlihat dari bahasa dan penyajian.

Apakah melakukan riset dalam menulis fiksi itu penting? Hal-hal apa yang perlu dicatat dan yang tidak boleh diabaikan? (@gibic, Ginanjar Seladipura)

Riset sangat penting untuk pembangunan karakter dan setting, terutama jika anda menulis cerita (cerpen/novel/skenario) realis, anda akan dituntut untuk mendekati realita. Sebuah cerita realis menuntut believeability; apakah seluruh bangunan cerita beserta suasana/karakter yang anda bangun itu meyakinkan pembaca.

Seberapa pentingkah musik dalam proses menulis Anda? Pernahkah menulis sesuatu karena terinspirasi oleh musik atau lirik lagu?

Kadang-kadang saya membutuhkan sunyi (hingga harus menulis di tempat yang agak terpencil), tapi sering juga saya membutuhkan musik dan bunyi.

Apa kekuatan lagu Thom Yorke dan Everybody Loves Irene sehingga berhasil menggerakkan Anda dalam menulis?

Bukan hanya Thom Yorke dan ERI, tetapi musik yang berhasil menggerakkan hati dan pikiran saya pasti saya gunakan untuk teman saya menulis. Dari yang klasik (betul-betul klasik seperti Ravel dan Bartok), yang klasik modern seperti Erik Satie hingga musik di jaman yang lebih baru sepertiThe Beatles di masa awal mereka. Hal-hal yang lazim dimiliki angkatan saya, Genesis, Queen, U2, hingga semua kaset pop dan rock Indonesia di tahun 1970-an dan 1980-an dulu juga saya dengarkan. Jaman sekarang, saya memilih secara serabutan (mungkin orang menyebutnya indie-music, saya tak terlalu peduli dengan genre-nya; apa yang mengena di hati, saya ambil).

Dari buku yang telah diterbitkan, mana yang paling memuaskan dan yang tidak memuaskan. Dan mengapa?

Kalau saya sudah puas, saya pasti akan berhenti menulis.

Bisa ceritakan proses kreatif di “Malam terakhir” dan “9 dari Nadira”?

“Malam Terakhir” –adalah karya yang terbit tahun 1989 diterbitkan pertamakali oleh Penerbit Pustaka Grafiti. Itu adalah cerpen-cerpen lepas yang ditulis dari tahun 1986 hingga 1989 (di masa saya kuliah hingga sebelum saya masuk Tempo. Saya bergabung dengan Tempo Juni 1989). Pemuatan variatif di harian Kompas Minggu, majalah sastra Horison , majalah Matra, Horison, Suara Pembaruan Minggu, Amanah (sebuah majalah yang dulu dipimpin sastrawan Ahmad Tohari).
Saya rasa itu adalah sebuah periode saat saya masih sangat muda dan masih berbuih-buih oleh protes atas konvensi masyarakat (Indonesia) yang sangat mendikte kehidupan pribadi. Negara dan masyarakat sehari-hari sangat mengatur hidup pribadi kita hingga saya merasa masih sangat gamang ketika pulang ke Jakarta seusai enam tahun menempuh pendidikan di Kanada.
Sedangkan 9 dari Nadira, prosesnya bisa dibaca di Kata Pengantar buku tersebut (cetakan kedua). Dua cerpen Nadira sebelumnya sudah dimuat di majalah matra yaitu “Melukis Langit” dan “Nina dan Nadira”.

Setelah itu, saya bekerja di Tempo dan berkeluarga, saya tak menulis selama 20 tahun. Adalah anak saya dan juga beberapa rekan saya yang mendorong saya menulis lagi (seperti yang tercantum dalam kata pengantar dan ucapan terimakasih pada buku “9 dari Nadira”).

Mana yang lebih disukai “Malam Terakhir atau “9 dari Nadira”-(@qibic- Ginanjar Seladipura)

Keduanya anak saya.

Siapakah penulis favorit Mbak Leila di Indonesia, khususnya perempuan, dan mengapa? Adakah catatan penting dalam penulisannya yang perlu kita ketahui?

N.H Dini

Jujur, orisinil dan dia menulis sendiri tanpa dibantu siapapun. Dia mandiri dalam membangun karyanya tanpa harus disertai sebuah entourage. Dahsyat.

Untuk penulis perempuan asing: banyak sekali.
Saya menyukai karya Virginia Woolf, Susan Sontag, Sylvia Plath, Anne Sexton, Simone de Beauvoir. Yang lebih kontemporer saya menyukai Zadie Smith

Apakah pernah terbesit di benak, tulisan ini akan laku keras?

Tidak.
Jika kita mulai memikirkan efek, kita mulai tidak jujur
.
Apa arti sebuah penghargaan sastra seperti yang diberikan Badan Bahasa tahun ini?

Merasa dihargai dan berterimakasih. Tetapi penghargaan apapun dari berbagai institusi, seperti juga resensi maupun kritik, adalah efek terhadap sebuah buku yang sudah selesai dan sudah diterbitkan. Proses yang asyik sebetulnya adalah saat menulis.

Adakah kesempatan bagi para penulis blogger di Indonesia mendapatkan penghargaan?

Siapapun bisa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan penghargaan. Setiap institusi yang memberikan penghargaan tentu mempunyai kriterianya masing-masing yang tak bisa kita ganggu gugat. Penulis sebaiknya menulis sesuai keinginan hatinya, bukan sesuai keinginan orang lain (dalam hal ini: panitia, juri atau siapapun pihak pemberi penghargaan). Penulisan harus bermula dari keinginan yang jujur; bukan karena imbalan penghargaan atau finansial.

Dari pantauan Mbak, bagaimana hasil tulisan para blogger? Ada pesan dan tips buat mereka?

Saya bukan pemerhati blogger yang sangat teliti. Artinya, saya baru sekali dua kali saja membaca blog orang. Blog adalah sebuah fenomena baru ; sebuah revolusi dahsyat yang kemudian telah melahirkan banyak penulis masa kini. Menurut saya, blog sudah ikut “mendidik” masyarakat Indonesia untuk berekspresi dan secara tak langsung membuat blogger tertantang untuk mencari bahasa dan kalimat yang bagus (karena mereka tahu tulisannya bisa dibaca siapa saja).

Saya banyak menemui rekan-rekan yang hanya bersemangat menulis pada awal pembentukan blog saja; lalu meninggalkan blog begitu saja. Sikap ini tak akan membantu membangun kemampuan penulisan kita.

Saran saya yang lain, meski internet sudah menyajikan kemungkinan yang luar biasa luas untuk riset, saya tetap menekankan agar para blogger tetap rajin membaca buku. Dengan adanya smart phone dan Ipad, maka saya semakin jarang melihat orang yang duduk membaca (mudah-mudahan itu hanya observasi sekilas yang tak berarti apa-apa). Untuk saya, buku –selain bakat dan kerja keras--adalah jiwa terpenting dalam membangun rangka kemampuan menulis.

Terima kasih Mbak Leila.

***

Hasil dari interview itu membuat kami dari Tim Kampung Fiksi menyadari bahwa menulis memang harus tulus tanpa didasarkan kepentingan lain. Yaitu tidak menulis dengan berharap bahwa tulisan ini akan menjadi best seller. Dan tidak berlandaskan keinginan orang lain (entah yang memberikan penghargaan atau semacamnya). Kita sebagai penulis harus menulis dari dalam hati dan bukan karena menginginkan imbalan.

Tidak salah Leila S. Chudori masih bertahan hingga sekarang karena beliau adalan penulis yang mempunyai prinsip. Menulislah dari hati!

Penyusun Wawancara dan Artikel: Ria Tumimomor & Sari Novita. Editor: G.