Halo, Fictionholics! Sudah lama kita tidak membahas seputar menulis fiksi, ya? Bagaimana kalau hari ini kita ngobrol tentang perjalanan naskah? Kamu tahu nggak apa saja yang harus dilalui oleh naskahmu sebelum dia berubah wujud dari file dalam flash disc menjadi buku?
Masih banyak pertanyaan yang masuk ke Kampung Fiksi tentang serba-serbi menerbitkan novel atau buku. Sebagian besar merasa, begitu selesai menulis (mengetik) ceritanya menjadi sebuah naskah, mereka bisa langsung mengirim ke penerbit. Pemahaman yang terburu-buru seperti itu biasanya menghasilkan pertanyaan yang "mentah" seperti, "Bagusnya ke mana saya kirim naskah novel saya?" Yok, kita runut satu per satu langkah-langkahnya supaya paham seperti apa perjalanan yang akan dialami oleh naskahmu mulai dari dia selesai ditulis.
Ernest Hemingway berkata, "Tulisan yang baru selesai ditulis adalah sampah." Wah, tega banget, ya? Tulisan yang baru selesai kita tulis dalam dunia tulis-menulis dan/atau penerbitan biasanya disebut sebagai draft. Draft adalah sebuah naskah mentah yang belum dipoles. Dia baru mengandung unsur-unsur utama sebuah cerita atau bahkan masih jauh kurang dari itu. Itu sebabnya penulis legendaris seperti Ernest Hemingway mengatakan draft sebagai sampah. Perlu dipahami bahwa selesai menulis ceritamu bukan berarti kamu sudah selesai menulis naskah novel atau bukumu. Walau demikian, draft itulah yang paling penting untuk memulai perjalanan menulismu.
Silakan ambil napas panjang begitu kamu berhasil menulis kata The End di halaman akhir ceritamu. Kamulah yang paling paham sekeras apa perjuanganmu menyelesaikannya. Malam-malam panjang ditemani kopi dan begadang. Riset berbulan-bulan. Wawancara dengan nara sumber. Semua patut dihargai. Rayakan selayaknya kamu menyelesaikan level pertama sebuah permainan. Perlu kamu ingat, level selanjutnya yang tentu saja akan lebih sulit sudah menunggumu. Langkah menjauh dari naskahmu untuk sementara waktu setelah kamu selesai menulisnya adalah penting. Kamu perlu menghilangkan kejenuhan tersebut sebelum kemudian kembali untuk membenahinya dengan mood yang fresh.
Setelah beberapa hari atau minggu meninggalkan draft-mu, kembalilah ke naskah tersebut. Baca draft awalmu secara keseluruhan. Baca saja semuanya, dari awal hingga akhir. Jika kamu menulis di komputer, cobalah print draft-mu saat membacanya. Hal ini sangat membantu untuk mengubah mood kamu saat membaca tulisanmu sendiri. Jangan membacanya dalam format yang sama saat seperti kamu menuliskannya. Tips lainnya, bacalah dengan suara keras. Dengan begitu kamu akan lebih peka dengan kejanggalan dalam kalimat dan penggunaan kata-kata tertentu.
Selesai membaca draft-mu dari awal, mulailah proses re-write atau menulis ulang. Proses ini lebih memakan tenaga, waktu dan pikiran ketimbang saat kamu menulis draft awalmu. Bersiaplah untuk kerja keras. Memperbaiki kesalahan ketik hanya salah satu dari proses re-write ini. Selain itu, kamu akan bisa menyusun kembali adegan dalam naskahmu jika terasa ada yang tidak berkesinambungan. Tidak jarang, di tengah-tengah proses re-write ini kamu mendapatkan ide baru. Jika kamu merasa ide tersebut akan mempercantik dan memperkuat ceritamu, masukkan saja. Satu hal yang akan terasa berat untuk penulis saat proses re-write adalah menghilangkan sebagian besar bagian yang ternyata hanya memperpanjang naskah tapi bertele-tele tanpa memberi nilai tambah dalam cerita. Buang semua itu. Karena kalau kamu tidak buang, editormu kelak pun pasti akan membuangnya. Intinya, dalam proses re-write ini, lakukan segala hal yang membuat ceritamu lebih baik.
Setelah kamu selesai menulis ulang naskahmu, baca kembali hasilnya. Saat ini, posisikan dirimu sebagai pembaca yang membeli (mengeluarkan uang) untuk membaca naskah tersebut. Jadilah orang yang paling kritis atas naskah tersebut. Penulis harus memiliki kejujuran pada diri sendiri dan kebesaran hati untuk bisa mengkritik karyanya sendiri. Karena kalau kamu tidak melakukannya, orang lain kelak yang akan membantai karyamu habis-habisan.
Mintalah pendapat beberapa orang yang kamu anggap pantas menilai dan jujur dalam berpendapat. Beberapa penulis biasanya memiliki daftar first readers yang selalu mereka kirim naskah untuk dinilai, dibedah, dicincang dan sebagainya. Memilih first readers pun sebaiknya penuh pertimbangan. Kamu harus tahu latar belakang mereka terutama buku-buku apa yang mereka sukai. Jangan mengirim naskah novel romance kepada teman yang jelas-jelas menyukai cerita sci-fi. Kemungkinan besar mereka tidak akan menyukainya dan penilaiannya tidak tepat sasaran. Beri deadline kepada first readers-mu untuk mengirimkan feed back atas naskah tersebut.
Atau kamu punya budget berlebih? Tidak ada salahnya meminta bantuan tenaga editor profesional untuk merapikan naskahmu. Lakukan saja kalau memang kamu punya dananya. Semua bisa kamu lakukan untuk membuat sempurna naskahmu sebelum dia berangkat ke penerbit.
Sudah yakin naskahmu siap untuk berangkat ke penerbit? Jangan buru-buru! Kamu memiliki dua pilihan pada tahap ini. Mengirim ke penerbit atau ikut lomba? Keduanya ada pro dan kontranya. Lakukan riset kecilmu pada tahap ini.
Mengirim naskahmu ke penerbit artinya kamu harus siap untuk menunggu respon mereka dalam waktu yang relatif lama (setidaknya 3 bulan). Kecuali kamu kenal seseorang di penerbitan tersebut dan naskahmu sudah ditunggu-tunggu oleh mereka. Respon itu pun bisa berati 2: ditolak atau diterima. Tapi jika naskahmu diterima oleh penerbit, kamu akan langsung mendapat kontrak penerbitan dan tinggal tunggu waktu saja naskahmu menjadi buku
Jika kamu memutuskan untuk ikut lomba menulis, kemungkinannya juga ada 2: menang atau kalah. Jika kamu menang, hadiah utamanya biasanya adalah diterbitkan. Jika kamu kalah ... well, nggak ada yang suka kalah dalam lomba, kan? Kemungkinan besar kamu akan merasa down untuk beberapa saat. Siapkan mentalmu untuk kedua kemungkinan tersebut.
Ini yang harus kamu amati sebelum kamu mengirim ke penerbit. Kamu akan terkejut menemukan fakta betapa banyaknya penerbit di Indonesia sementara yang kamu tahu hanya beberapa nama besar saja. Membidik penerbit besar memang tidak ada salahnya. Tapi sebaiknya kamu melakukan riset kecilmu sendiri sebelum mengirimnya ke sana. Apakah penerbit tersebut menerbitkan buku yang mirip dengan jenis naskahmu. Amati buku-buku yang sudah mereka terbitkan. Temukan benang merahnya. Jangan mengirim naskah novel fantasi-mu ke penerbit yang memiliki banyak novel romance best sellers. Karena bisa jadi naskahmu akan langsung ditolak dengan alasan genre yang tidak sesuai dengan buku yang mereka terbitkan.
Selain itu, cari tahu kredibilitas penerbit tersebut melalui website dan buku-buku yang mereka terbitkan. Kamu juga tidak mau kan bukumu diterbitkan oleh penerbit asal-asalan yang cetakan halamannya saja berantakan, misalnya?
Jika kamu memutuskan untuk mengikutsertakan naskahmu dalam lomba menulis, bacalah syarat dan ketentuan dengan seksama. Apakah tema naskahmu sesuai dengan tema lomba? Apakah panjang naskahmu sudah memenuhi persyaratan atau malah kepanjangan? Kapan tanggal terakhir pengiriman, teknis penulisannya seperti apa, siapa penyelenggaranya, dan banyak lagi.
Apa pun keputusanmu; mengirim ke penerbit atau ikut lomba menulis, kirimlah karyamu dengan diiringi doa. Karena kamulah yang paling tahu kerja kerasmu saat menciptakan naskah itu. Kirim, berdoa dan tunggu. Sementara kamu menunggu, tulislah naskah baru, dengan begitu kamu tidak membuang-buang waktu percuma selama dalam penantian.
Beberapa bulan kemudian, ternyata kamu menerima e-mail dari penerbit. Hore! Mereka bilang naskahmu diterima dan akan diterbitkan. Maka inilah hal-hal selanjutnya yang akan kamu hadapi menjelang proses kelahiran bukumu. Kamu akan diberi draft kontrak penerbitan oleh pihak penerbit. Isinya adalah perjanjian tentang masa berlaku kontrak, royalti sampai hak terbit. Baca semuanya dengan teliti. Kalau kamu mengalami kesulitan membaca surat kontrak tersebut, ajak seseorang yang paham untuk menjelaskan setiap point dalam surat kontrak tersebut.
Selanjutnya penerbit akan menunjuk seorang editor untuk merapikan naskahmu lagi. Penulis sebaiknya terlibat aktif berdiskusi dengam editornya agar naskah menjadi lebih baik. Revisi naskah mungkin akan kamu hadapi beberapa kali selama proses editing ini. Apa pun itu, jangan segan-segan untuk berdiskusi dengan editormu. Editor adalah partnermu dalam membuat naskah lebih baik. Jalinlah hubungan baik dengannya.
Jika revisi selesai, proofreader dari penerbit akan membaca kembali naskah yang telah dipoles untuk kemudian mendapatkan persetujuan dan meluncur ke ruang cetak. Sembari itu, penerbit akan mengirim beberapa contoh cover dan lay out untuk novelmu. Kemudian meminta beberapa hal kecil untuk kamu kirim seperti halaman persembahan, ucapan terima kasih, kata pengantar dan sedikit info tentang penulis. Pada tahap ini, sebenarnya sudah menjadi tahap menyenangkan untuk penulis. Karena hanya dalam hitungan bulan, bukumu akan segera beredar.
Akhirnya! Bukumu terbit dan terpajang cantik di rak-rak toko buku seluruh Indonesia. Apa habis itu kamu bisa duduk santai sambil kipas-kipas menunggu royalti? Uuum, bahkan Dee Lestari pun turun tangan sendiri menjual buku-bukunya melalui banyak event promo. Kamu tahu nggak berapa buku baru setiap harinya yang masuk ke toko buku? Buanyak! Artinya, persaingan sangat sengit di luar sana. Jual bukumu! Manfaatkan social media, adakan event atau quiz untuk memancing awareness pembaca baru yang belum mengenalmu. Sering-seringlah main ke toko buku untuk melihat perkembangan penjualan bukumu. Penerbit akan mengirim laporan penjualan dalam periode tertentu, tapi tidak ada salahnya juga bertanya ke mereka secara langsung. Mintalah review dari pembaca bukumu jika mereka berkenan. Apa pun, jual bukumu mumpung dia belum turun dari rak New Arrivals.
Tunggu apa lagi? Mulailah menulis! ^_^
sangat bermanfaat, terima kasih:)
ReplyDeleteWah, tips yang keren...harus byk proses yang dilalui agar bisa menerbitkan buku ternyata...
ReplyDeleteSemangat ah...
Panjang dan penuh perjuangan banget. Harus ditambah ini kadar semangatnya. Bismillah.
ReplyDeletewah jadi gini ya perjuangannya luar biasa ternyata ..
ReplyDeletesetelah berkali-kali gagal dan terputus di tengah jalan, semoga tip ini membantu ku..:)
ReplyDeleteThx mbak Winda
untuk membuat 1 cerpen aja, mamah butuh waktu lama apalagi membuat novel 1 buku ?
ReplyDeletebenar-benar harus bekerja keras ne..
yang sulit itu memisahkan proses menulis dengan mengedit. pasalnya, saat menulis sering sekali merasa kata/kalimat belum sempurna, lalu diganti dengan yang lebih pas. jadi kerja dua kali lebih berat.
ReplyDeletesalam kenal,
ReplyDeleteapakah bisa rekomedasikan kursus tatap muka langsung atau mentor. Saya sedang menulis novel genre anak/remaja. Terima kasih.