Penerbit: Monday Flash Fiction melalui Stiletto Indie Book
Penulis: Anindita Hendra, ChocoVanila, Danis Syamra, Dian Farida Ismayama, Edmalia Rohmani, Erlinda SW, Indah Lestari, Istiadzah Rohyati, Putri Widi Saraswati, Rinrin Indrianie.
Kopi pahit?
Ya, Mencintai Malam Yang Malang, yang diambil dari judul cerita pendek tulisan Anindita Hendra, memang bukan kumpulan cerita buat mereka yang berhati lemah atau ingin membaca cerita yang melegakan dan menyenangkan hati. Cerita-cerita pendek di dalam kumpulan flash fiction ini, kebanyakan menyajikan sisi muram dan kelam dari sebuah situasi dan reaksi manusia ketika ditempatkan pada posisi yang tak mudah. Penulis-penulisnya tanpa ampun mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan terburuk yang dapat terjadi dan menjadikan mimpi buruk sebagai kenyataan. Bahkan dalam beberapa cerita, tanpa kejutan di akhir cerita pun saya sudah bertanya-tanya, 'ada lagi kejadian yang bisa lebih buruk dari ini?'
Kopi pahit, kalau sudah dingin atau encer, pastinya nggak enak kan?
Kumpulan cerita di dalam buku ini, jelas tidak dingin dan tidak encer. Kenapa saya tulis sebagai panas dan kental? Sebab penulis-penulisnya menyajikan informasi-informasi baru (setidaknya bagi saya) sehingga selesai membaca saya jadi tahu ada ritual mengerikan yang harus dialami oleh seorang perempuan muda yang akan menikah dengan pemuda dari suku lain di sebuah tempat di ujung timur Indonesia, misalnya. Catatan-catatan kaki yang disajikan di akhir cerita, menjelaskan informasi-informasi yang dimasukkan ke dalam cerita dan tidak mengganggu jalan cerita, bahkan menjadikannya gurih dan menarik, karena ada referensi bagaimana pengarang terinspirasi oleh potongan-potongan informasi dan meraciknya menjadi cerita yang menarik untuk dibaca.
Lalu, cerita-cerita apa saja yang menjadi favorit saya? Saya sering lho 'dituduh' feminis, mungkin karena itu cerita favorit saya dalam buku ini adalah Pleidoi Untuk Durga, yang ditulis dengan apik oleh Putri Widi Saraswati. Metafora dalam cerita ini, dapat kita temukan di banyak berita tentang para TKW Indonesia yang dianiaya di tempat mereka bekerja lalu harus menghadapi kenyataan pahit lagi ketika pulang ke tanah air. Nah, ketidakadilan terhadap perempuan, digugat melalui tulisan ini. Yang lebih menarik lagi adalah bagaimana Durga memilih untuk melawan, ketika satu-satunya yang masih dimilikinya hanya harga diri, dan itu dipertahankannya (iya, saya baca informasi ini pada bagian catatan, dan melengkapi kesan saya secara keseluruhan terhadap cerita ini.).
Tentu saja, masih banyak sekali cerita-cerita menarik di dalam buku ini yang tidak saya bahas satu-persatu, misalnya Sepucuk Surat Untuk Putraku, tulisan Edmalia Rohani, di bab Science Fiction, saya ikut larut dalam 'petualangan' si ayah, dan pertanyaan si ibu yang ini, 'Jika bumi kita, seluruh atmosfer, semua benda hidup dan mati, termasuk kita, terdiri dari atom, apa yang mencegah atom-atom itu melakukan reaksi nuklir, yang dapat terjadi kapan saja dan di mana saja?' Itu daleeem ya... dan menarik untuk dipikirkan bahkan setelah buku ini selesai dibaca.
Sepertinya, satu lagi nih, catatan saya, khusus buat RedCarra alias Carolina Ratri, ada bagusnya kalau mulai dipikirkan membuat artikel atau sekalian workshop untuk memberikan informasi bagaimana menerbitkan buku sendiri atau terbit indie, sebab buku ini bagi saya adalah contoh sebuah buku indie yang dieksekusi dengan sangat-sangat baik.