Puisi Mimin Mumet

Puisi Hujan


Aku datang
Kulihat engkau sedang lahap
Aku tak ingin datang
Dan
Sabdo Pandito Ratu

Aku datang
Bersama desir angin
Di samping gelapnya awan
Kulihat engkau
Berlari mencari persinggahan
Bersembunyi di balik batu
Bersembunyi di balik bangku

Aku datang
Mengoyak ketenangan danau
Menggeser batas air danau
Bergulir ke atas batas maximum
Dan tahukah engkau
Bila aku tidak datang
Air danau akan semakin menipis
Ikan ikan akan menggelepar
Tanahmu berpijak pun akan kering

Engkau akan selalu kepanasan
Sayapmu akan bau
Karena air tempatmu mandi
Tidak pernah berganti
Dan aku adalah
Hujan

6 comments:

  1. Hai Jeng Mimin..senangnya dirimu ikut berpartisipasi...Dan aku suka dgn puisinya..Makacih ya jeng..muachhh

    ReplyDelete
  2. Jeng Miminnnnnnnnn...

    Tengkyu yah sudah berpartisipasi...hayoo kiirim lagi..

    puisinya NIce!...

    ReplyDelete
  3. *buru-buru cari payung supaya tidak kehujanan oleh diksi-diksi Mbak Mimin* hehehe..

    Nah, siapa bilang Mbak Mimin tidak bisa bikin puisi? Saya sampai terhujan-hujan loh. Ayo kirim lagi, dan lagi, dan lagi, dan lagi..

    Mari menari, bersama hujan dan puisi. Hujan yang puitis..

    ReplyDelete
  4. ha ha ha
    ada puisi mimin nangkring uhuyyy....senengnya diriku ..seraya memegang gagang payung , memayungi si bebek yang kedinginan...

    terimakasih yah .. ternyata puisis mimin lumayan bagus **puji ide sendiri .. hahaahahah

    jadi senneg nih..kirim lagi deh.. kemarin kehujanan pulang dari nonton show car... :)

    ReplyDelete
  5. Bebek dan Jeng Mimin, sahabat akrab yang saling melengkapi... puisi yang sederhana dan mempesona :-)

    ReplyDelete
  6. hilang sudah penat semusim oleh basuhan puisimu...

    ReplyDelete