Obituari Jalang #4



8 komentar :

SP mengatakan…
Hai, kawan... Pernah mendengar kisah seorang pelacur yang tobatnya diterima Tuhan? Kurasa jalan yang kau pilih bukan jalan terakhir dan terbaik.  Btw, siapa namamu?

Jalang mengatakan…
Jangan bawa-bawa Tuhan di sini, karena aku pun tak mengundangnya untuk hadir. Apapun yang kupilih adalah hakku semata. Masalah itu yang terakhir atau terbaik, bukan aku atau kamu yang menilai. Tak ada yang perlu menilai demikian. Aku tak peduli! 
Namaku Jalang. Kurang jelas apa?

SP mengatakan…
Kamu perempuan pintar yang pemarah. Sayang kamu penakut. Untuk apa bunuh diri? Aku yakin dengan energimu yang meluap-luap itu kamu sanggup mengubah dunia kalau kamu mau.


Jalang mengatakan…
Aku memang marah. Aku memang pintar. Sayang kamu belum pernah bertemu aku. Kalau tidak, kamu pasti akan mengakui kalau aku juga cantik. Kalau sudah begitu, kamu akan tambah tertarik padaku begitu tahu kalau aku adalah seorang pelacur. Aku tidak ingin mengubah dunia. Aku ingin dunia berubah untukku.
Aku penakut? Manusia penakut akan menjemput kematiannya dengan sukarela seperti aku? Aku rasa kalianlah yang penakut. Kalian takut memutuskan segala sesuatu atas diri kalian. Berlindung dibalik nama Tuhan, mengatasnamakan kuasa Tuhan atas kematian yang menurut kalian mutlak. Siapa bilang? Aku bisa mati kapanpun aku mau. Dan itu bukan masalah penakut atau tidak. Justru itu adalah masalah keberanian. Memangnya kamu berani mati?

SP mengatakan…
Kamu perempuan lelah. Terbaca dari tulisan-tulisanmu. Aku prihatin. Sepertinya kamu sangat kesepian. Kalau kamu tidak keberatan, aku akan menemanimu mencari matahari terbenam itu. Aku yakin sekali kamu masih punya hati yang mampu bersuara. Tak ada hati nurani yang bisu. Hanya saja telingamu sedang tidak mau mendengarnya. Kamu tahu Tuhan selalu ada di dekatmu. Kamu tahu seharusnya bukan jalan ini yang kamu pilih. Kamu tahu sekali itu.
Aku tidak takut mati. Yang aku takutkan dari kematian adalah mati dalam keadaan bodoh. Seperti bunuh diri. Kamu tidak merasa konyol merencanakan untuk bunuh diri?
Biarkan aku menemanimu. Semoga di akhir perjalananmu kamu berubah pendirian. Dan aku akan ada di sana memberikan selamat padamu. Karena kamu sudah berhasil mendengar kata hatimu.
Dan demi Tuhan, siapa namamu? Aku benar-benar tidak nyaman menyapamu dengan nama Jalang.

Jalang mengatakan…
Wahai, pahlawan kesiangan…
Silahkan buang waktumu yang berharga itu mengikuti perjalananku mencari mati ini. Aku tidak menyuruhmu untuk itu. Sejak awal aku tidak berharap ada yang akan menanggapinya. Aku yakin sekali, mereka yang sempat membaca blog ini akan langsung berpikir kalau si penulis adalah orang gila. Biar saja.
Aku hanya heran, datang tak diundang, tiba-tiba saja kamu datang menawarkan diri untuk menemaniku. Hahaha…Kamu sama saja dengan laki-laki lain. Bahkan kamu lebih parah. Belum pernah bertemu, namun kamu sudah berani merayuku. Kamu pikir kamu akan mendapatkan imbalan dariku jika keinginanmu untuk menjadi juru selamat itu tercapai?
Sapa aku dengan siapa saja yang kamu mau. Jalang adalah nama yang paling pas untukku. Kenapa harus merasa tidak nyaman? Apakah kata itu mengingatkanmu pada seseorang? Atau justru mengingatkanmu pada kelakuanmu sendiri?
SP…apakah kamu mengambil inisial Satria Piningit? Tidak heran kamu bertingkah seperti seorang juru selamat dunia. Sekali lagi kukatakan, jangan buang-buang waktumu.
Selamatkan anak-anak miskin yang tidak bisa makan di luar sana. Selamatkan janda-janda tak terurus yang kelimpungan membesarkan anak-anak mereka. Selamatkan negaramu. Selamatkan dunia. Jangan selamatkan aku. Aku tak ada guna bagi siapapun. Sungguh merugi.

SP mengatakan…
Bagaimana kamu tahu kalau aku adalah seorang lelaki? Aku tidak pernah mengatakannya padamu. Kamu sungguh perempuan penuh prasangka. Bahkan jalan hidupmu ke depan pun kamu prasangkai. Tidak ada yang tahu apa yang menanti kita di depan.
Aku tidak sedang merayumu. Aku hanya merasa aku harus menolongmu, setidaknya menemanimu. Keputusanmu adalah keputusanmu. Kamu benar, aku tak diundang untuk datang ke blog ini. Tapi kamu juga harus tahu, keinginanmu untuk berbagi kesengsaraan melalui blog ini setidaknya sudah tercapai. Aku bisa ikut merasakan pahit hidupmu. Aku prihatin. Kan aku sudah bilang tadi?
Aku tak punya masalah dengan kata ‘jalang’. Hanya saja aku yakin orang tuamu pasti memberikan nama yang lebih cantik untukmu. Apalagi kamu bilang kalau kamu memang cantik. Baiklah, kalau itu memang maumu, aku akan memanggilmu Jalang. Tapi aku yakin suatu saat nanti aku akan tahu siapa namamu sesungguhnya.
Jangan khawatirkan masalah waktuku. Aku punya kuasa penuh atas waktuku. Aku bisa mengaturnya seperti kamu mengatur kematianmu. Sesederhana itu.
Keep in touch ya!
PS : SP adalah inisial namaku yang sesungguhnya. Tak ada niat sama sekali membawa arah asumsimu kepada Satria Piningit si juru selamat ramalan Ronggowarsito itu. Kalau kamu mau tahu siapa namaku sebenarnya aku tidak akan keberatan memberitahumu.

Jalang mengatakan…
Kamu pasti laki-laki. Karena aku bisa membaca ego maskulinmu muncul begitu saja saat kamu menawarkan diri menjadi pahlawan kesiangan itu. Hah!
Kamu bebal. Tapi biarlah. Sudah terlalu banyak manusia bebal yang aku temui. Menambah satu lagi di ujung hidupku kurasa tak ada masalah. Terserah maumu apa. Aku tidak peduli. Aku berangkat sekarang. Melanjutkan perjalananku. Warnet ini makin sesak dengan remaja-remaja pacaran di dalam box kubikel abal-abal ini. Aku muak mendengar desahan nafas mereka. 

SP mengatakan…
Aku tunggu tulisanmu selanjutnya. Aku akan selalu membacanya. Kalau boleh aku tahu kemana sebenarnya kamu menuju? 
BERSAMBUNG

2 comments:

  1. Nah, jadi penasaran. Bagaimana dengan nasib si Rumi? Apakah dia si penulis blog Obituari Jalang?

    Nantikan episode berikutnya.. (dengan tak sabar)

    :)

    ReplyDelete
  2. Ngutip si SP ah....

    Aku menunggu tulisanmu selanjutnya...

    :D :D

    ReplyDelete