#RABVIEW CineUs : Impian, Cinta, dan Persahabatan

Judul Buku: Cine US
Penulis: Evi Sri Rejeki
Penerbit: Noora Books
ISBN: 978-602-7816-56-5
Jumlah halaman: 308 Halaman

Cine Us adalah buku tentang memperjuangkan impian, setidaknya itu kata pertama yang saya dapat ketika selesai membaca novel ini. Berkisah tentang Lena, remaja perempuan yang rela melakukan apa saja untuk membuat sebuah film pendek meskipun banyak tantangan yang dialaminya selama proses pembuatan film itu.

Kisah dimulai ketika akhirnya setelah sekian lama, Lena berhasil membuat klub film sekolah, bersama dua sahabat karibnya Dania dan Dion serta tujuh orang anak kelas X yang tertarik  bergabung di klub itu mereka mencoba membangkitkan klub film yang keberadaannya kurang didukung pihak sekolah.  Kesempatan untuk membuat klub mereka berjaya, muncul ketika Adit, matan pacar Lena yang menyebalkan menantang Lena ikut lomba di Festival Film Remaja. Lena bertekad mengalahkan Adit, dia melakukan semua usaha dan cara yang dia punya untuk mengejar impiannya termasuk membuat Rizki, pembuat web series kesukaan lena membantunya. Banyak rintangan yang didapat Lena selama meraih mimpiannya. Dari Romi anak kelas X yang sok tahu, data klub film yang dicuri, Adit dengan tingkahnya yang rese, hingga pecahnya klub film. Lena terus berjuang dan menghalalkan segala cara hingga akhirnya dia sadar bahwa satu hal yang tak kalah penting dari memperjuangkan impian adalah cinta dan persahabatan.

Menurut saya, Cine Us beda dari segelintir novel teenlith yang saya baca. Tema yang diangkat novel ini adalah, kehidupan remaja dan mengejar impian. Tema yang bagus mengingat terlalu banyak novel remaja yang bertemakan cinta-cintaan. Lewat tokoh Lena, penulis menggambarkan bagaimana tekad seorang remaja dalam memperjuangkan sesuatu yang dia cintai, sesuatu yang menjadi passionnya.

Setting novel ini banyak terjadi di sekolah,  hal-hal yang sangat SMA, seperti takut sama guru killer, lebih senang eskul daripada ikut pelajaran, bolos, sampai adanya geng-geng anak-anak populer. Penulis dengan porsi yang pas mampu menghadirkan suasana SMA di novel ini. Beberapa adegan novel juga bersetting di rumah para tokoh, dan tempat pelaksanaan Festival Film Remaja di Jakarta.

Penokohan di novel ini cukup bagus, Penulis sudah berusaha memberi karakter yang cukup untuk tokoh-tokohnya. Lena, digambarkan sebagai pribadi Korelis dan Sanguis. Keras kepala, dominan, dan akan melakukan apa pun untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Perkembangan karakter Lena juga tampak berubah dari bab ke bab. Dan bisa saya bilang karakter Lena sangat konsisten. Karakter Lena yang paling dominan di novel ini mengingat penceritaannya menggunakan POV orang pertama tunggal. Karakter seperti Rizki, Dania, Dion juga dieksplore dengan cukup baik. Dari semua tokoh di dalam novel ini saya lucunya tertarik pada tokoh Apeng, teman Rizki si warnet Zhapir. Meski singkat, penulis mampu memberikan kesan dalam pada karakter ini. Tokoh Rizki yang menjadi sentral pun tidak digarap sekuat Apeng. Sehingga menurut saya karakter Apeng lebih kuat dari semua karakter yang lain.

Alur yang digunakan adalah alur maju mundur meski penulis lebih banyak menggubakan alur maju. Kita bisa mengetahui secara runut dari saat Lena membentuk klub film, bertemu Rizki, membuat film untuk festival film, hingga akhirnya malam festival film remaja. Alur mundur terdapat di beberapa bagian terutama ketika Lena mengenang kejadian menyakitkan bersama Adit.

Secara umum Novel ini menarik, hanya ada beberapa hal yang cukup menganggu saya sebagai pembaca. Pembukann novel yang kurang ciamik, memang sih tidak dibuka dengan bangun pagi tetapi tetap saja saat membaca awalnya saya mengerutkan dahi, saya rasa awalnya itu tidak perlu langsung saja saat Lena bertemu Rizki. Kemunculan Marisa, dari majalah sekolah hanya ada di awal tidak dijelaskan lagi bagaimana hubungan majalah sekolah dan klub film. Padahal berita tentang “Klub film picisan” di majalah sekolah adalah salah satu faktor kuat yang mencetus Lena berusaha di kompetensi itu. Akan sangat menarik kalau penulis menceritakan hubungan kedua eskul itu. Perekrutan tujuah anak sepuluh kurang diceritakan dengan detail padahal itu menjadi adegan penting bangkitnya klub sekolah, proses pembuatan film pendek itu juga tidak diceritakan detail. Penulis hanya memberitahu proses pembuatan film seperti story board dan lain-lain, penulis tidak mencoba menunjukkan bagaimana proses itu dilakukan. Bisa jadi informasi juga buat remaja yang ingin buat film pendek. Saya sendiri adalah pembaca cepat jadi kurang memperhatikan detail kaya typo jadi yang selama saya membaca novel ini tidak terlihat adanya typo.

Novel ini juga diperuntukkan untuk remaja, sebagai bukan remaja lagi saya masih bisa bilang novel ini pas-pas aja dibaca, mungkin karena ceritanya tak melulu cinta tetapi juga ada konflik yang menarik. Beberapa adegan manis seperti di halaman 252 sampai 259 (baa sendiri aja yah) Intinya sangat layak dibaca remaja karena novel ini mempunya pesan bahwa selama masih remaja, perjuangkan apa yang kamu impikan, apa yang kamu cintai, dan tertu saja sahabat-sahabatmu.
Tiga dari lima bintang.

0 Spots:

Post a Comment