Jadi begini, ceritanya Kampung Fiksi mewawancarai
penulis novel “Satu Cinta Dua Agama”. Dan seperti biasanya, wawancara diadakan
secara online di antara kesibukan para penulis dan kru Kampung Fiksinya (udah
kayak anggota dewan aja ya sibuknya :D). Jadi ini salah satu wawancara terlama
dan tersibuk yang pernah dilakukan, sebab dibarengi dengan memasak, makan,
berdandan dan bahkan sambil berjalan-jalan. Asyik kan ;)
Oke, mari kita mulai mengenal sosok-sosok di
belakang novel “Satu Cinta Dua Agama” ini, siapa lagi kalau bukan Fitri Yenti
dan Pak Katedra Rajawen.
Sumber gambar: Facebook Fitri Yenti |
Berapa lama novel ini dikerjakan?
Tulisan ini sebenarnya sudah lama. Kami tulis
sekitar awal tahun 2011. Kalo gak salah menghabiskan waktu sekitar 2 bulan
untuk penulisannya. Tidak terpikirkan akan diterbitkan, karena kami awalnya
hanya memenuhi hasrat dan hobi menulis. Dan buat saya sendiri..jujur saat itu
sebenarnya saya masih belajar menulis, masih baru banget dalam menulis.
Awalnya gimana sih, kok ketemu ide bersama ini?
Awalnya waktu kita ikutan kolab nulis
Festival Fiksi Kolaborasi Kompasiana. Berteman dengan Ko Kate ternyata kita
nyaman-nyaman aja. Lalu Ko Kate cerita banyak tentang menikah beda agama dengan
istrinya, Budha dan Kristen Protestan. Dan mereka juga baik-baik saja. Nah,
terinspirasi dari sanalah kami akhirnya menulis kisah "Satu Cinta Dua
Agama" ini. Untuk memasukkan konfliknya akhirnya kami menulis dengan latar
belakang kami masing-masing. Saya Islam dari Minang, pernikahan beda agama
tidak boleh dalam agama saya. Nah ide itulah yang kemudian kami jadikan
tulisan.
Boleh dong diceritain gimana dengan proses penulisannya.
Proses penulisannya kami lakukan dengan sistem
diskusi. Kami menulisnya dengan episode-episode. Satu episode kami tulis
berdua, lalu kami saling diskusikan. Agak rumit memang, karena ini terkadang menyangkut
masalah prinsip masing-masing. Tidak hanya sekedar fiksi. Kadang Ko Kate ingin
jalan ceritanya begini, dan saya tidak setuju. Lalu kami akan cari referensi lagi,
bertanya ke orang-orang bagaimana jika begini? Atau begini? Terkadang untuk satu
episode itu kami butuh waktu sangat lama untuk menyelesaikannya.
(kru
pewawancara nyimak sambil sibuk sendiri, yang
satu nyari-nyari cara supaya wifinya kenceng, yang satu sambil makan rendang,
yang diwawancara jawabnya sambil sisiran :D)
Ceritakan sedikit dong sinopsisnya, cerita dimulai
seperti apa dan kenapa dipilih mulai dari kejadian tsb?
Sinopsis: dua orang yang berbeda agama, satu China
penganut Budha yang taat. Bertemu dengan seorang perempuan muslim yang juga dari
keluarga yang taat. Mereka saling jatuh cinta dan ingin melanjutkan hubungan ke
jenjang pernikahan. Perbedaan suku tak menjadi soal untuk keduanya, tetapi
agama yang berbeda bukan hal mudah untuk mereka lalui, karena kedua keluarga
sama-sama menginginkan mereka menikah dengan orang yang seiman.
(Tiba-tiba Pak Kate sebagai
satu-satunya cowok menyela..)
Eh Diak, perasaan sekitar satu bulan deh.
Mulai 18 Maret selesai 25 April, itu juga setelah selesai FFK baru kepikiran
mau dilanjutkan kayaknya gitu ya
(Wah.. daya ingat Pak Kate
hebat juga ya :D )
Nah ada Pak Kate nih, gimana caranya sampe berhasil
dibujuk mmbuat novel nih? Seingat saya dulu Pak Kate ini enggan bikin buku. Apa
karena duet jadi bersedia? Lalu proses memperoleh penerbit yang tertarik
menerbitkan buku ini bisa diceritakan juga?
Sebenarnya hanya iseng saja dan tidak ada
niat bikin novel. Kebetulan fiksi itu ada beberapakali saya kirim ke Kumpulan Fiksinya
Pak Odi. Seiring hebohnya film "Cinta tapi Beda", temannya Pak Odi
yang di penerbit tertarik. Kebetulan sebelumnya saya ada menulis tentang inta
tapi beda vs satu cita dua agama, dan pada kolom komentar semua link tulisan
saya cantumkan. Eh selang tiga hari saya dikabari Diak Fitri, katanya Pak Odi
minta dikirimi kisah satu cinta dua agama itu dalam bentuk word. Kebetulan kan?
Saya bilang tinggal klik aja tuh ditulisan saya.
Waktu itu saya masih tanya sama Pak Odi,
untuk menerbitkan bukunya pakai biaya gak? Kalau pakai saya gak mau hehehe..gak
mau modal ya? Karena saya memang gak begitu antusias juga. Karena memang gak
pakai biaya apa-apa, ya ok.
Cuma sayangnya memang ada mis komunikasi ,
naskah itu saya kira akan diedit lagi sama penerbitnya. Ternyata gak. Dan kita
juga gak diminta edit lagi sebelumnya. Jadi ya ada kekurangan ejaan dan tulisan
di sana sini. Begitu ceritanya.
Sip, jadi memang ini jodoh-jodohan ya, ketemu penerbitnya dan
momentumnya juga pas banget. Ada rencana untuk berduet lagi mmbuat novel
berikut?
Untuk sekarang belum. Kami masih sibuk sendiri-sendiri. Saya juga sedang menyelesaikan 2 novel yang belum
rampung.
Bagi saya bisa menulis novel adalah
malapetaka tuh, malapetaka yang menyenangkan sih hehee
Malapetaka membawa berkat ya Pak Kate :)
Wow dua novel baru Mbak Fitri Yenti, produktif banget.
Kayaknya memang kesengsem berat sama dunia menulis fiksi
nih Pak Kate, nggak ada rencana menerbitkan kumpulan esai-nya yang di Kompasiana?
Kalau itu ada sih, sebenarnya sudah mau
mulai, tapi masih terbentur dengan sarananya hehehe... terutama yang motivasi,
karena memang ditulis berdasarkan pengalaman dan sudah merasakan manfaatnya
secara nyata. Terima kasih sudah diingatkan
Satu novel J50K Mba, masih dipoles sana sini.
Satu lagi baru separuh jalan.. Napsu kali ya saya nulisnya? hahaha.. tapi
beneran, saya terinspirasi dari Mba G dan juga temen-temen di KF. Salut untuk
semangatnya.
Sejak kapan mulai menyukai dunia menulis? Dan keasyikan
apa yang diberikan dunia ini yang ngga bisa didapatkan di tempat lain?
Sejak SMP saya suka menulis puisi dan lirik
lagu. Biasa, gak jauh dari kisah cinta :D
Saya menyukai menulis sebenarnya sejak masih
di SD. Ketika kepala sekolah saya mengatakan nilai saya paling bagus untuk
mengarang, dan bu guru bilang saya berbakat, sejak itu saya mulai menyukai
pelajaran bahasa, terutama mengarang. Saat SMP saya juga mulai menulis dalam
diari. Hingga SMA saya terus lanjutkan menulis diary. Dan iseng-iseng coba
mengirimkan puisi saya ke koran. Tapi alhmdullillah tdk pernah dimuat hahaha..
Tapi saya terus saja menulis puisi atau apapun dalam diari saya. Saat kuliah
juga begitu. Saya langganan majalah, dan cerpen. Tapi setiap kali saya coba
menulis, saya tak pernah bisa menuntaskan tulisan saya. Sampai akhirnya tamat,
bekerja dan menikah. Setelah menikah saya berhenti bekerja dan memilih menjadi
ibu RT. Saat itulah saya mulai bertekad, bahwa saya bisa melakukan sesuatu,
meskipun hanya menjadi ibu RT. Saya mencoba mengirimkan tulisan saya ke majalah
UMMI, alhmdulillah dimuat, dan rasanya
saya sangat bahagiaaaa sekali. Sejak saat itu saya tak pernah berhenti menulis
hingga sekarang. Tiada hari tanpa menulis bagi saya.
Apa sih motivasi dan tujuan kalian menulis?
Motivasi yang utama adalah untuk memotivasi
dan refleksi diri...klise ya? Selain itu
juga menambah untuk berbagi kebajikan melalui kata-kata.
Fitri Yenti
Motivasi dan tujuan saya menulis sebenarnya
adalah saya ingin berbagi dengan banyak orang. Karena saya yakin tiap orang
punya pengalaman menarik dan unik dalam hidupnya. Dengan menuliskan pengalaman
baik pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, hasil pengamatan saya terhadap
lingkungan sekitar saya. Begitu banyak hal yang bisa saya jadikan pelajaran
hidup, dan saya ingin berbagi dengan orang lain. Dengan sebuah harapan orang
lain juga mengambil manfaat dari apa yang saya tuliskan.
Siapa penulis idola dan apa yang disukai dari tulisannya?
Apa pengaruhnya terhadap gaya tulisan kalian?
Sebelumnya saya suka Anand Khrisna karena
keberaniannya mengkritisi agama-agama dan produktivitasnya yang luar biasa.
Tapi yang benar-benar mempengaruh gaya menulis saya adalah penulis buku si
Cacing dan Kotoran Kesayangannya, Ajahn Brahm.
Fitri Yenti
Penulis idola? Entahlah saya tidak tahu
apakah saya punya penulis idola atau tidak. Yang pasti saya menyukai semua
tulisan yang menginspirasi, tulisan-tulisan yang menggugah jiwa dan semangat
saya untuk bisa melakukan yang terbaik dalam hidup. Saya mengagumi
penulis-penulis besar seperti Hamka, dan sastrawan terutama yang berasal dari
Sumatera Barat sendiri. Pengaruh mereka bagi saya, saya ingin bisa menjadi
manusia yang bermanfaat bagi banyak orang seperti mereka.
Apa tantangan terbesar untuk dalam menyelesaikan sebuah
cerita?
Ingin cepat-cepat menyelesaikannya, sehingga
tidak fokus lagi
Fitri Yenti
Sepertinya tidak ada masalah sejauh ini buat
saya. Karena ketika saya memutuskan menulis sebuah cerita saya selalu berusaha
menuntaskannya. Barangkali yang sedikit menjadi tantangan adalah bagaimana
mengemas konflik menjadi sesuatu yang menarik dalam sebuah tulisan.
Topik apa yang paling menarik minat untuk dituangkan ke
dalam sebuah cerita atau tulisan?
Kejadian sehari-hari dan agama
Fitri Yenti
Topik yang paling menarik sebenarnya untuk
saya tuangkan dalam tulisan adalah tentu saja hal-hal sederhana yang saya lihat
atau alami sehari-hari. Karena saya pikir saya dapat lebih mudah
menuliskannya... mengalir.
Suatu karya selain disukai, pastinya juga akan ada yang
tidak suka, nahh.. seberapa besar pengaruh pujian maupun kritik terhadap kalian
masing-masing?
Pujian itu seperti madu yang menyehatkan dan
kritikan itu serasa obat yang menyembuhkan, eh udah pernah ditulis ya?
(Hehe.. Pak Kate ternyata kocak juga, gak salah kalau
dulu pernah jadi negawaran Negeri Ngotjoleria :D ))
Fitri Yenti
Adalah wajar sebuah karya disukai dan tidak.
Namun bagi saya sendiri pujian ataupun kritikan adalah pembelajaran terbesar
untuk menempa pribadi saya. Baik kebijaksanaan saya menerima ataupun terhadap
kualitas tulisan saya. Dari kritikan saya belajar bagaimana saya bisa
menghasilkan karya yang lebih baik lagi hingga seluruh kemampuan saya tercurah.
Dari pujian saya juga belajar untuk tidak cepat puas dengan pujian yang
diberikan orang lain. Juga dengan pujian saya juga harus belajar bagaimana
tetap menjadi diri saya, dan tidak besar kepala.
Seberapa besar pengaruh jenis bacaan yang dibaca dengan
kualitas tulisan yang dihasilkan?
Besar atau tidak sangat relatif sekali,
tetapi pasti akan mempengaruhi, minimal kualitasnya bisa seperti tulisan yang
kita baca.
Fitri Yenti
Saya pikir seorang penulis juga adalah
pembaca yang ulung, dan itu harus. Karena dengan membaca penulis mampu
mengeksplor kemampuan berbahasanya dengan baik.
Ada pengalaman menarik selama menekuni dunia kepenulisan?
Bisa melalui banyak penderitaan dan
mendapatkan kebahagiaan. Saat susah, dengan menulis banyak energi negatif yang
bisa dilepas dengan menulis yang menguatkan. Kebahagiaannya, tatkala membaca
komentar atau inbox pembaca yang berterima kasih karena tulisan kita telah
membantu dan membangkitkan semangatnya. Terharu yang membahagiakan.
Fitri Yenti
Pengalaman menarik selama masuk dalam dunia
menulis, saya rasa cukup banyak. Yang pasti saya menemukan sahabat-sahabat yang
dengan mereka saya bisa terus belajar bahkan tidak hanya soal tulis menulis,
tetapi juga pelajaran hidup yang menurut saya sangat berharga. Dan untuk itu
saya juga bererimakasih buat teman-teman KF juga telah menjadi bagian tempat
belajar bagi saya
Ada saran bagi mereka yang ingin menulis tapi merasa
sering mandek dalam menyelesaikannya?
Harus ada keinginan yang kuat dan pemaksaan
dari dalam hati untuk menulis. Tapi bukan keterpaksaan. Tulis saja tak usah
memikirkan selesainya bagaimana, karena bila sudah memulai akan mengalir dengan
sendirinya.
Fitri Yenti
Saran saya bagi teman-teman yang ingin
menulis tetapi mandek adalah jangan berhenti.
Teruslah menulis. Percayalah selama kita fokus, konsisten dan komit insyaallah
apapun bisa dihadapi dengan baik. Ketika sedang mandek, berhenti sejenak,
tetapi tetap lakukan hal-hal yang bisa membangkitkan lagi gairah menulis. Membaca
misalnya. Yang pasti jangan biarkan rasa malas menguasai diri kita
berlama-lama.
**
Oke..
sip... Terima kasih banyak buat wawancara panjang kita kali ini. Terima kasih
Pak Kate, Mbak Fitri atas kesediaanya di “interogasi” oleh kami. Dan mohon maaf
kalau kelamaan dan kepanjangan, sebab asyik juga sih mengulik inspirasi dari
kalian hehehe..
Semoga
sukses dengan tulisan-tulisan selanjutnya ya...
Salam Fiksi
Selalu semangat
ReplyDeletesukses selalu dalam karya dan kerja
bagi semua..
:)) Wawancara terpanjaaang memang!
ReplyDelete