Kasenda menarik-narik ujung gaun kuning yang dikenakannya. Sebenarnya Kasenda menyukai warna kuning, apalagi kuning yang lembut, mengingatkannya pada warna langit ketika baris pertama sinar matahari muncul di pagi hari. Tetapi gaun panjang merepotkan berwarna kuning dengan bebunga biru dan merah, oho, itu jelas bukan sesuatu yang nyaman dan cantik di mata Kasenda. Untuk kesekian kalinya, Kasenda mengibaskan poni panjangnya yang menghalangi mata dengan kesal. Kepalanya mengangguk-angguk, serupa dentang lonceng di atap gereja, sementara tangannya sibuk menulis di atas sehelai kertas. Mobil yang dikendarai mama sudah hampir sampir sampai di rumah Astha.
“Selamat ulang tahun, Astha.” Kasenda mengangsurkan kado
berpita besar kepada Astha, memaksakan memberikan senyumnya yang lebar, yang
lebih terlihat seperti sebuah seringai. Dia memang tidak pernah menyukai Astha,
sepupu cantiknya yang pesolek dan angkuh. Tetapi, yah, kita kan tidak mungkin
memilih siapa yang akan menjadi sepupu kita, sama seperti memilih ikut ke pesta
ulang tahun yang membosankan ini. Bicara tentang membosankan, nah, itu dia,
gadis kecil berambut kaku dengan sepasang mata badam menukik naik ke atas.
Juli, si rubah! Kasenda menarik nafas dalam-dalam.
“Halo, Kasenda. Cantik sekali bajumu. Beli dimana? Di pasar
loak? Atau jangan-jangan, dari lemari nenekmu?” Juli, seperti biasa, tidak
pernah memulai percakapan dengan sopan menanyakan kabar. Di sampingnya, Astha,
sepupu Kasenda, sahabat Juli yang sama noraknya, terkikik-kikik sambil memegang
segelas besar limun. Kasenda menggertakkan giginya, berusaha keras tidak memberi
komentar pedas tentang pita rambut Juli yang sebesar lemari. “Sabar, Kasenda,
sabar”, gumamnya dalam hati, “ingat akan misimu.”
“Masih suka bermain kotor-kotoran di bawah pohon, Kasenda?
Kenapa? Tidak punya teman, ya?”
“Kasenda, dengar-dengar, katanya kamu bisa bicara dengan
hewan? Jadi, bahasa apa yang kalian pakai?” Juli menggerak-gerakkan tangannya,
meniru gerakan monyet sembari mulutnya mengeluarkan bunyi uw-uw-uw-uw.
Kasenda memilih diam dan memasukkan sepotong kue buah dengan
sekali lahap ke dalam mulutnya. Dia memerlukan tambahan energi untuk tetap
berdiam diri seperti ini.
Mendadak, Kasenda merasakan sesuatu yang dingin menyergap
punggungnya. Kasenda menoleh dengan cepat. “Ups, maaf, aku tersandung”, si
rubah Juli memamerkan giginya yang kecil-kecil runcing sambil memegang gelas
limun yang kosong. Limun! Ini tidak ada dalam misi sebelumnya! Kasenda
merasakan urat-urat di wajahnya menegang. Rasa panas menjalari lehernya, naik
sampai ke kepala. Tanpa berpikir panjang, dia melangkah lebar-lebar ke arah
Juli dan menarik rambutnya yang seperti ijuk kuat-kuat, sekuat tenaga Kasenda.
Juli menjerit. Astha memekik. Kasenda mendengar mamanya
menyerukan namanya. Seseorang menarik tubuhnya ke belakang. Kasenda meronta,
menyambar sesuatu yang paling dekat dengannya. Sesuatu seperti tongkat panjang
di atas meja. Barangkali itu kado untuk Astha yang sedang berulang tahun.
Kasenda tidak peduli. Kasenda hanya ingin mengejar Juli dengan tongkat
tersebut, memukul mulutnya yang sombong agar tidak lagi mengejek orang lain.
Kasenda mengejar Juli ke halaman. Diayun-ayunkannya tongkat
di tangannya. Tidak dihiraukannya bibi, paman, sepupu-sepupunya yang lain dan
entah siapa saja yang mengejarnya di belakang. Kasenda juga tidak peduli
gaunnya robek tersangkut semak pohon yang tajam. Dilihatnya Juli berlari
memasuki hutan pinus kecil di belakang rumah Astha. Kasenda berlari, melewati
pagar dengan sekali lompat, dan berbelok ke jalan setapak menuju hutan kecil.
Di ujung semak sebelah kanan, Kasenda melihat secarik kain
bergoyang-goyang. “Itu pasti pita jelek si rubah Juli,” pikir Kasenda.
Diayunkannya tongkat di tangannya ke arah pita ungu tersebut. “Kena kau!” seru
Kasenda.
“Aduh!” sesosok kepala muncul dari balik semak-semak sambil
mengaduh. Dan, itu bukan Juli! Itu… kurcaci?
kurcaci? dulu pernah baca kasenda dan twit twit di kompasiana kalo ga salah, udah lupa dulu jalan ceritanya kayak gimana :D
ReplyDeleteStay tune to the adventure of Kasenda and Twittwit :D
ReplyDelete*eng ing eng*