Cuplikan Cerita Pendek G di Kotak Pandora

Ada tiga cerpen saya di antologi Kampung Fiksi yang terbaru: Kotak Pandora. Ketiga cerpen ini sudah pernah dimuat di blog beberapa waktu yang lalu. Jadi memang bukan cerpen-cerpen baru bagi mereka yang rajin berkunjung ke Kampung Fiksi dan memang suka membaca tulisan saya. Tetapi :) tentu saja cerpen-cerpen ini ketika akan diterbitkan sebagai buku mengalami revisi, penulisan ulang, sehingga memang ada perbedaannya dengan yang ada di blog.

Berikut ini, cuplikan-cuplikan ketiga cerpen:

Cerpen Headline! (Hal. 197-204) 


Apa yang memotivasi seseorang untuk melakukan sebuah tindakan, seringkali tidak dapat ditebak oleh mereka yang hanya melihat dari sisi luarnya saja. Bahkan mereka yang paling sukses sekalipun memiliki penderitaannya sendiri. Ada orang yang membangun tembok disekitar dirinya sehingga orang lain tidak dapat mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di balik tembok tersebut.

"Di koran pagi itu, fotonya masuk menemani kepala berita, Young Entrepreneur Of The Year, begitu koran pagi menyebutnya. Di dalam gambar ia nampak menerima sebuah plakat, hanya dengan senyum sedikit saja. Seakan berkata, “Yup, saya memang pantas dapat bintang.” Dan benar saja, konon kabarnya, begitu tiba di kantornya, plakat itu dimasukkannya ke tempat sampah! Dia bilang, dia tak perlu penghargaan-penghargaan yang hanya untuk gengsi-gengsian, yang dia perlukan adalah kerja-kerja-kerja dan lebih banyak lagi kerja guna membuktikan karya nyata dan menerima hasil yang setimpal!"

Cerpen Meda dan Waktu  (Hal. 205-219)


Waktu dapat terasa tidak mencukupi, terutama bagi mereka yang ingin melakukan segala sesuatu sekaligus. Hal ini pastinya juga dirasakan oleh kebanyakan orang. Waktu berlari begitu cepat dan kita selalu tertatih-tatih mengejarnya. Haruskah selalu seperti itu?

"Bukankah seorang mama juga manusia, yang memerlukan me-time? Aku perlu waktu untuk bernafas lega tanpa dihimpit oleh kegiatan-kegiatan untuk orang lain. Aku perlu waktu untuk membaca buku-buku yang bisa saja menjadi favoritku, tetapi aku belum tahu karena hingga kini mereka teronggok saja pada meja di samping ranjang, masih rapi terbungkus plastik tipis, belum terusik. Persis seperti saat aku membelinya. Aku juga perlu waktu untuk mandi berendam dalam busa-busa bubble bath kesukaanku, sambil mendengarkan musik instrumental yang melarutkan dan mencairkan kepenatan setelah aktifitas berlimpah-limpah sepanjang hari. Dan waktu shopping! Shopping yang benar-benar shopping, bukan ke supermarket untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari."

Cerpen Kalau Saja Cicak Bisa Bicara (Hal. 221-238)


Cerpen ini memiliki sejarah tersendiri. Saya mencurinya dari kehidupan orang-orang terdekat dalam kehidupan saya. Tentu saja tidak persis sama kejadiannya, tetapi kurang-lebih, apa yang diceritakan di sini menggambarkan situasi yang pernah terjadi. Perempuan dan laki-laki memang memandang sebuah masalah dari sudut pandang yang berbeda dan melalui level emosi yang juga berbeda. Bagaimana cara sebuah pasangan menyelesaikan perbedaan yang terjadi menentukan kualitas hubungan mereka.

"Demikianlah diskusi tentang calon anak mereka terjadi. Ben tertidur lelap, sementara Nirina terus berpikir dan berpikir dan berpikir. Semakin ia berpikir, semakin jelas baginya, Ben tidak mengerti apa yang dimintanya dari dirinya... Profil damai dan pulas yang waktu itu membuatnya kembali jatuh cinta, kini menimbulkan kejengkelan yang luar biasa! Ingin rasanya menyepak laki-laki egois itu hingga jatuh terguling dari tempat tidur mereka."

Bagi yang tertarik untuk membaca dan mengoleksi cerpen-cerpen Kampung Fiksi dalam bentuk buku, dapat membeli Kotak Pandora, dan silahkan membukanya untuk menikmati seluruh isinya. Tertarik? Ayo diborong, untuk kakak, adik, pacar, calon pacar, suami, isteri, ayah, ibu, ayah mertua, ibu mertua, rekan-rekan kerja dan siapa saja :))

Salam,
Miss G
follow my twit @gratciaschannel

Post a Comment

5 Comments

  1. Sudah lama juga nggak berkomentar di sini. jadi, di subuh yang syahdu dengan suara adzan dari sebuah langgar kecil di atas tanjakan dekat PIM 2 sana, saya memutuskan untuk mengomentari entri saya sendiri, yay! Ditemani segelas teh hangat dan kesadaran bahwa sebentar lagi anak-anak di kamar sebelah akan bangun untuk mandi dan bersiap-siap ke sekolah, saya secara sadar sengaja menulis komentar panjang-panjang yang tidak ada hubungannya dengan entri di atas itu, kecuali bahwa saya penulis entri tersebut, wahaha...

    Demikian saudari-saudara, Sekian dan terima kasih :) Jangan segan-segan untuk berkomentar di bawah komentar saya. Hihi..

    ReplyDelete
  2. Udah lama juga gak saling nulis komen di siniii... brusan komen di cuplikan cerpen2 Ria, yg semalem sy kira punya Winda... :)

    ReplyDelete
  3. Hahaha... Iya, saya sempat liat dan saya pikir Winda sudah bikin cuplikan2 cerpen2nya spt yg Ria minta. Pas saya klik, loh...kok cuplikan cerpen Ria, wkwkwk..

    ReplyDelete
  4. komentar saia hanya: pengin jadi ibu-ibu dan jadi dedengkotnya kampung fiksi..tapi mana mungkin karena saia hanyalah seorang lelaki..haha..

    selamat untuk antologinya yang keren..

    ReplyDelete
  5. AK Basuki, :)) Boleeeh boleeeh ayo gabung dengan Kampung Fiksi, kami menerima dedengkot-dedengkot baru, hihihihi....

    ReplyDelete