Puisi-Puisi Tanpa Judul
kukecup ragamu
dalam alunan lagu
tentang rindu
nanti, kini, dulu
aroma cinta
mengangkasa
lantas mega-mega
bentuk wajahmu disana
lantas hujan luruh
kupikir kau datang dan melabuh
oh tidak, ternyata kau pergi,
menjauh
kukejar hingga jatuh
jua, kau tiada tersentuh
rinai kini henti
sapukan lengkung pelangi
nyata ku lihat kau berdiri
seorang bidadari, membawamu pergi
***
...................
hujan curah
aku tengadah
tunggu berkah
jiwa lelah
asa, hampir punah
cucuran kesah jadi ngarai
mendelta, harap usai
namun raga, makin masai
umpatan, dzikiran, cerai berai
duhai gusti
jentiklah hati
lantas cuci bersih, pikir, diri
tiba-tiba hujan henti
sialan, hatiku belum lagi suci
***
sembahlah tuhanmu saja
bukan tuhannya
lantas apa ada beda?
bukankah itu hanya beda nama?
yang ku tahu, tuhan itu esa
ada hujat, ada laknat
ada caci ada umpat
atas satu kata, maksiat
telunjuk-telunjuk, santai sebut sesat
yang kutahu sebuah kalimah suci
pasrah dan ikhlas diri ini yakini dan imani
Allah sebagai tuhanku dan Muhammad sebagai nabi
lantas bila beda, aku usaha tuk hargai
hentilah caci
tutup mulutmu, jangan lagi memaki
lihatlah kedalam diri
kau, aku, dia, sama, belum cukup suci
Puisi-Puisi Suri Nathalia
- By Gratcia
- On June 09, 2011
- 2 comments
Makasih sudah kirim puisi ke Kampung Fiksi, Suri. Permainan kata-kata di puisinya berani. Pendek-pendek, tetapi sarat makna dan kuat. Sepertinya Suti semakin mengembangkan sayapnya di jagad perpuisian. Salut :)
ReplyDeletehikss, jadi malu :D
ReplyDeleteterima kasih juga buat Admin Kampung Fiksi, terutama untuk Mba Indie, yg sudah memaksa suri :D
matur suwun sanget Mba :) .. *menyoja*