Pergi Kerja
dedaun jatuh satu-satu,
reranting patah buru-buru.
Jakarta, 24 Juni 2009
Oksigen
Dari setiap nafas yang kautarikhembuskan aku sempilkan harapan. Menjadi partikel oksigen yang mengendap di jantungmu, tinggal, dan tak mau pergi.
Temani kau sampai nanti.
Bandung, 14 Juni 2009
Memilih Engkau
menyapu jelaga kota ke telaga, aku
memilih engkau. Sebentuk pribadi
yang serpih tak sempurna.
Maukah engkau berjalan di sampingku,
meniadakan lapar dahaga,
menyuburkan Cinta ke sejatinya?
Engkau jiwa yang cantik meski tubuh
dan hatimu merongsok karena cinta
berhuruf kecil dari lelaki yang terkucil.
Aku memilih untuk mencintai engkau.
Tiada hendak menguasai.
Bandung, 13 Juni 2009
Peluk
yang jenuh itu meluruh, angin boleh saja merenggutmu
dari hangat, tetapi, di sinilah hangat itu ada.
Kurapatkan dadaku ke dadamu biar hangat
yang nyengat itu tak minggat, dia boleh saja merenggutmu
dari tubuhku, tetapi, di sinilah hatimu tinggal.
Bogor, 11 Juni 2009
Tak Ada Murung yang Pantas
Hari-harimu kau larung dalam murung
seperti sesaji yang enggan dihanyut laut
seperti jajan pasar yang dirusak berebut.
Tapi, kau bukan sesaji yang pasrah
kau perempuan dari planet entah
yang tak gampang menyerah
apalagi laku kalah.
Adakah adil dalam sistem keji ini?
Kerja keras tak selamanya menetas
kerja penjilat cari jalan pintas
- contradictio interminis.
Tak ada murung yang pantas bagi wajahmu
ketika anak-anakmu adalah harapan
ketika kawan-kawanmu bergenggaman.
Jakarta, Juni 2009
Saya ngefans, ngefans berat sama tulisan ini.
ReplyDeleteAku memilih untuk mencintai engkau.
Tiada hendak menguasai.<<< oh.... *mendekapkan tangan di dada* oh, oh, oh!
Oh, terimakasih, Mbak G! Jadi salah tingkah saya membaca komentar Anda. Tetapi memilih untuk mencintai tanpa hendak menguasai sejatinya memang tugas kemanusiaan dalam terjal panjang perjalanan. Kita kerap terperosok, melakukan dominasi atas manusia lain atas nama cinta.
ReplyDeleteTabik.