Puisi-puisi Ariesty Kartika (2)

Berpisah

kita pernah berhadapan,


dalam diam dan dalam pedih,

hingga kau menjabatku tak biasa.

ini rupanya yang terakhir,

waktu kau melihatku bahagia,

karena sekalinya kita berpisah

aku buih yang nelangsa.



Juni

aku kadung rindu padamu
lalu menelusur ingatan-ingatan lalu
dari waktu kau duduk, angkat kaki,
atau minum teh dari botol kaca warna jingga.
dan tak bosan-bosan aku memainkan
bayangmu yang itu-itu saja
entah kita jarang bersama
lalu ingat padamu sebatas dua tiga tingkah
kemudian kita yang sibuk bergandeng tangan
adalah fragmen yang tiba-tiba tercipta
di juni yang gerimis dan manis.
aku masih rindu saja.

17 Juni 2011

3 comments:

  1. Aku tersesat pada dua puisi ini. Memaksaku merasainya berkali-kali. Kesederhanaan diksinya adalah kekayaan maknanya.

    Tabik.

    ReplyDelete
  2. Inspiratif!!! Puisi ini bagi saya dapat menjadi sebuah prompt, permulaan dari sebuah kisah. Terima kasih sudah membangkitkan keinginan untuk menebak-nebak dan bermain-main dengan cerita yang ada di dalamnya.

    ReplyDelete
  3. saya baru baca komentarnya. terima kasih sekali...

    ReplyDelete