Puisi-Puisi Ariesty Kartika (1)

Pertanyaan

apa yang kulihat
dibalik kaos hitam dan sepatu butut mu
adalah sebuah penghayatan yang dalam
tentang dingin, kalut, dan sepi.
tak lekas kau beranjak
menghangatkan kekakuan dan kosong matamu
yang tergambar pada dagumu yang terangkat tinggi.
apakah kau hanya mampu menatap datar
sembari mengernyitkan sedikit keningmu.
apa yang sebenarnya di hatimu?
rasa yang membuncah tentang keberadaan,
sebuah kepolosan bahwa hidupmu milikmu
tak bersinggungan dengan hidup yang lainnya.
tidak pula denganku.
tapi kau sejatinya telah berada pada
lintasan yang sama ku lewati,
apa sepimu juga tak ingin kau bagi?

Depok, 11 Mei 2010


Belum malam benar

padahal belum malam benar.
tapi rasanya sudah segulita waktu mata terpejam
apa kau tau malam punya hitam yang beragam
dan setiap mendekat pagi kemudian memudar
seperti garis wajahmu yang mulai mengabur
tipis kemudian tinggal arsiran.
apa yang terjadi
ketika kamu jadi figuran di mimpi
serupa sapa yang hilang gemetar
dan senyum yang terlalu wajar
adalah sebuah kehilangan.

padahal belum malam benar
tapi ingatan-mu jadi potret yang membosankan.

Depok, 26 April 2011

Aku atau kau

jika bumi terbelah
biarlah kau di kanan dan aku di kiri
dan tak ada jalan di tengah
biar langit juga terbagi dua
dan malam siang kita berganti-ganti dan tak pernah sama
; aku atau kau -ada yang tiada-

Depok, 26 Maret 2011


Hujan gemuruh, kau dan aku

apakah kau merasa
hujan dan gemuruh adalah pertikaian langit
yang membuat hati ikut meradang.
aku begitu.
hujan berlinang.
tapi gemuruh seperti lonceng berdentang sewaktu-waktu
padahal hujan terlalu ramai bahkan oleh tetesnya sendiri.

jika hujan dan gemuruh berdamai,
maukah kau ikut tertawa bersamaku?

Mahali, 28 September 2010


Aku mendung, lalu hujan

aku mendung,..

saat kau berjanji pada gunung di penghujung minggu;

tapi masih aku melonjak dan berlari di kisaran rumput berwarna hijau cerah

yang bahkan tak kau lihat di hutanmu

tempat kau mengadu sesak dan pilu

tempat kau beradu antara tangis dan rindu.

aku mendung,

sepagi kau jual bayangmu antara selasar dan mushola

menantang penjual asongan dengan tas punggung sebesar remaja tanggung

dan kau bahkan tak menyapu kabut dengan sapa atau tanya,

dan akhirnya aku hujan

Depok, sehabis dia pulang.


untuk yang tak hanya

hanya hujan yang sama kita rindukan,
saat kita sama tak ingin kebasahan.

Hujan yang indah, saat aku membayangkan masa kecil kita yang bias...
ketika kau dan aku sama terhenyak memandang pelangi,
sama kagum mengartikan indahnya biru,
hanya bedanya; kau ngungun pada langit musim semi,
sementara aku gagu pada riak gelombang yang menepi.

hanya hujan yang sama kita inginkan,
saat kita sama tak ingin kehilangan..

Depok, 6 Desember 2008

Biodata singkat Penulis:

Ariesty Kartika. Lahir di Pangkalpinang, 7 April 1989. Mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Juga menulis puisi di bezaramata.blogspot.com.

0 Spots:

Post a Comment