Hujan di atas Kubur
cobalah kak lihat sungai yang mengalir deras itu
suatu waktu akan kering kembali ketika
kemarau mengusir periperi pembawa hujan
ingatan itu dek tak jua membuatku bosan melihat sungai
cobalah dek lihat para pendeta membawa lampu kerlapkerlip
berbaris rapi sepanjang sungai airmata yang kau tinggalkan
gambaran itu dek
tak membuat harapan ku punah
meminta kau untuk kembali
dek cobalah kita susuri sungai airmata yang makin deras ini
kak jangan kau menangis lagi katamu
aku memang kurus tapi bukan karena menangis
tapi mencarimu di relung kuburku
tak jua bertemu
suatu waktu dek sungai ini mesti kering
suatu waktu kak engkau akan mengerti
percakapan kita itu tak akan berhenti
saat rona jingga senja engkau mengantarku
kuburku yang abadi
dek coba kita buka bersama kubur kita
aku tahu tak semestinya aku menangis
saat pendeta itu berkhotbah di atas jazadku
saat hujan gerimis rapat menghujam peti jazadku
saat sungai airmata bercampur air hujan yang semakin deras
dek bisakah kita tak bertemu itu inginku
Bogor, 1 Juni 2011
Mengingat seseorang yang pergi entah kemana
Ehm... mengingatkan pada suatu kisah :D
ReplyDeletehehehhe, saya merasa ngak bisa bikin puisi ..hehehe
ReplyDeleteweh... nggak bisa bikin puisi nih? ah yang beneeer :D
ReplyDeleteWaahh....puisinya okee.... jauh dari tekno....
ReplyDeleteMemang harus dikomporin... ^_^
Wah, juragan HL unjuk gigi... auuuwwwwww *ala Tarzan*
ReplyDeleteDi luar dugaan, meski jauh dari tekno, puisi ini berhasil tampil romantis dan menyentuh. Itu, kata-kata periperi, kerlapkerlip, pendeta, senja, hujan dan sungai... aih, bikin hati tersendat oleh getar yang puitis.
Ayo, kirim lagi, Mas :)
puisi ini kereen :)
ReplyDeletetampilanya lebih keren sekarangggggggg.... :P
ReplyDeletesenada dengan mas naim : puisi ini keren
ReplyDeletehehehe...saya jadi malu dipuji begini ...sesungguhnyalah saya tidak bisa bikin puisi yang bagus, sering saya sewaktu kuliah dulu membuat puisi tapi tak pernah berhasil ...ini mungkin hasil jerih payah yang dulu itu ..terima kasih memberikan kesempatan kepada saya yah ...
ReplyDeletekereeenn :)
ReplyDeletePedih :'( Bila harus berpisah, mengapa harus bertemu? Dek, semoga kau bahagia di sana.
ReplyDeletecakep...
ReplyDeleteAku ulangi kembali mantra kata :
Panta rei, ouden menei.
Semuanya mengalir, tidak ada yang diam. (Heraclitus, 540-475 SM).
kata-katamu akan menganak sungai kelak, mas Eric.
horeeeeeeeee sudah jadi.com .....selamat ....
ReplyDelete