Ketika Tuhan Rindu Padamu
Cinta melukai hatimu dengan luka-luka
Semua orang menghilang dalam kehidupanmu
Dalam hitungan waktu kau jatuh pada kecewa dan marah
Lalu kau akan di seret dengan ketidak berdayaan
Dilempar kedalam sudut sepi yang sendiri, menangis..
…
Bersahabat dengan sepi
Menjadi pemuja kegelapan malam
Merebah tubuh dalam bosan
Sedang pada angin yang berhembus menitipkan tanya
Menunggu jawab dari tetesan hujan
Bercengkrama dengan ombak lautan dalam sesak
Bercerita pada senja tentang lelah
….
Hatimu serasa mati
Pikiranmu selalu buntu
Berkutat dalam gelisah tak berujung
Membawa beban bosan kemanapun kau pergi
Itulah sapa Tuhan kepadamu
Ketika kau lupa dan terbuai lalu lari menjauh
Sadarilah sapa_NYA yang penuh rindu kepadamu
Pulanglah…
Semua orang menghilang dalam kehidupanmu
Dalam hitungan waktu kau jatuh pada kecewa dan marah
Lalu kau akan di seret dengan ketidak berdayaan
Dilempar kedalam sudut sepi yang sendiri, menangis..
…
Bersahabat dengan sepi
Menjadi pemuja kegelapan malam
Merebah tubuh dalam bosan
Sedang pada angin yang berhembus menitipkan tanya
Menunggu jawab dari tetesan hujan
Bercengkrama dengan ombak lautan dalam sesak
Bercerita pada senja tentang lelah
….
Hatimu serasa mati
Pikiranmu selalu buntu
Berkutat dalam gelisah tak berujung
Membawa beban bosan kemanapun kau pergi
Itulah sapa Tuhan kepadamu
Ketika kau lupa dan terbuai lalu lari menjauh
Sadarilah sapa_NYA yang penuh rindu kepadamu
Pulanglah…
Sadarilah sapaNya yang penuh rindu.. pulanglah >>> merinding bacanya... ;-)
ReplyDeleteah paragraf ketiganya .. makasih makasih. keren!
ReplyDeletebesok pulangnya Om, sekarang kerja dulu :p .. *sapa sing rasani kowe sur :P (om Kopi, mbatin)*
ReplyDeleteAih........... kereeeeeeeeeeeeeeennnnnnn....
ReplyDeleteuduuuud! puisimu ngerii..
ReplyDeleteSetelah bait-bait yang sendu dan luka, terhenyak di penutup yang dieksekusi dengan baik. Pada akhirnya, memang padaNya kita berpulang..
ReplyDelete*Toss, Roni*
:)