[RabView] Daisuki Da Yo, Fani Chan: Cinta Akan Indah Pada Waktunya, Winda Krisnadefa

Daisuki Da Yo, Fani-chan: Cinta Akan Indah Pada Waktunya
Penulis: Winda Krisnadefa
Penyunting: Rini Nurul Badariah
Desainer sampul: Windu Tampan
Penerbit: Qanita, Mizan
ISBN: 978-602-1637-36-4
Cetakan I, Juni 2014
300 halaman

Selamat pagi, siang dan malam Fictionholic! Kali ini KF akan membuat ulasan novel salah satu penulis KF sendiri, yaitu Winda Krisnadefa. 

Novel ketiga Winda Krisnadefa ini sebetulnya adalah novel yang pertama kali ditulisnya. Tetapi justru menjadi novel kedua yang berhasil diterbitkan melalui penerbit mayor, sedangkan novel ketiganya menjadi novel pertama yang diterbitkan melalui penerbit mayor. Rupanya memang sudah nasib novel pertama untuk terbit paling akhir sementara novel kedua dan ketiga malah sudah terbit lebih dahulu.

Saat pertama novel ini ditulis sebagai sebuah cerita bersambung di Kompasiana, Winda memberinya judul Catatan Si Onis, karena itu, di benak saya dan mungkin juga teman-teman lain yang sudah mengikuti cerita bersambung (yang menjadi sangat populer di Kompasiana waktu itu) ini, judul tersebut dan nama Onis sudah terpatri duluan di kepala.

Kalau dalam novel resmi besutan Qanita ini alur ceritanya adalah selang-seling antara kejadian di masa kini dan masa lalu, maka pada cerbungnya, Winda lebih dahulu menulis tentang pekerjaan Fani sebagai resepsionis dan percintaan dengan Tanabe, lalu pada sambungannya bercerita tentang masa lalu Fani, Lana dan Ogi.

Kisah tentang perjalanan kehidupan Fani, seorang perempuan muda berusia pertengahan dua puluhan ini dibuka melalui sebuah prolog yang nampaknya sederhana namun menghadirkan atau menyisakan sebuah pertanyaan. Pembuka cerita mengisahkan Fani memperoleh pekerjaan sebagai resepsionis di sebuah perusahaan Jepang dan dia merasa senang serta bersyukur karena berhasil memperoleh pekerjaan tersebut. Walaupun dia memiliki ijazah S1 lulusan sebuah sekolah perhotelan dan sebetulnya lebih cocok bekerja di hotel ketimbang 'cuma' menjadi resepsionis, tetapi Fani enggan untuk bekerja di hotel. Kenapa? Pertanyaan ini akan terjawab dengan jelas di bab-bab pertengahan novel ini.

Secara halus tetapi terus-menerus dipertahankan di dalam cerita, pertanyaan kenapa Fani enggan bekerja di hotel ini dimunculkan dan menjadi sebuah jembatan untuk menghubungkan antara kisah masa lalu Fani, saat ia sedang job training di sebuah hotel terkenal di Singapura bersama sahabatnya Lana, dan Ogi yang kemudian menjadi kekasihnya, dengan kisah masa kini, kehidupannya sehari-hari di sebuah kantor mentereng di kawasan Thamrin, Jakarta, sebagai seorang resepsionis.

Kalau saat ia menjalani job training di Singapura ada orang antik seperti Miss, maka di kantornya di Jakarta juga ada orang antik lainnya yaitu Dian, sang asisten dari manajer HRD, Tanabe-san, yang selalu mencari gara-gara dengan Fani karena sudah mengalami korslet di awal pertemuan mereka. Kalau sahabat terbaik Fani saat di Singapura, Lana, adalah seorang yang normal, manis dan ceria, maka, rekan terdekat Fani saat ini, Onis, adalah manusia yang super menarik karena tingkahnya yang tidak biasa. Onis adalah skandal berjalan, dan menikmati apa yang dilakukannya sampai dia kena batunya.

Ada sahabat, ada pula laki-laki yang mengisi hati Fani. Ogi adalah laki-laki yang berhasil mengisi hati Fani di masa lalu, sedangkan Tanabe adalah laki-laki asing yang mulai mengisi hati Fani di masa sekarang. Yang menjadi masalah bagi Fani adalah, sebuah peristiwa yang sangat traumatis di masa lalu membuatnya sulit untuk menerima baik persahabatan maupun percintaan.

Fani masih membawa beban masa lalu dan rasa bersalahnya. Dia tidak punya kesempatan untuk menolong Lana di masa lalu dan tidak akan pernah bisa melakukan apa-apa lagi tentang hal itu, dan secara sepihak, Fani juga menyalahkan Ogi, padahal mereka berdua tidak dapat berbuat apa-apa. Kejadian buruk yang menimpa Lana bukan salah Fani maupun Ogi, tetapi dalam duka yang mendalam Fani memutuskan bahwa dia ikut bersalah. Hal inilah yang nampaknya membuatnya berjuang mati-matian untuk menyelamatkan Onis dan menjaga nama baik Onis saat rekannya itu membutuhkannya.

Bagi saya secara pribadi, cerita tentang persahabatan yang manis, kocak, dan juga mengharukan antara Fani dan Onis adalah kisah utama dalam novel ini, sedangkan kisah percintaannya sendiri adalah bumbunya saja. Kelucuan-kelucuan dari tingkah polah Onis yang dicatat oleh Fani dan memberikan warna-warni di jam-jam kerja mereka, sepertinya sangat menarik kalau dibuat sitkom. Dalam bayangan saya Onis mirip seperti Fran, si The Nanny, yang make-upnya tebal, suka memakai baju ketat dan rok super mini, suaranya kenceng dan punya tawa yang khas itu.

Apa yang bisa kita pelajari dari novel ini? Novel ini tanpa menggurui mengajarkan kepada kita betapa pentingnya menjadikan masa lalu sebagai pelajaran berharga dan kemudian memilih untuk move on. Fani, si tokoh utama, harus belajar untuk melepaskan masa lalu untuk masa lalu, dan meraih masa depan karena hidup bergerak maju dan dia tidak boleh dipenjarakan oleh sebuah kejadian, setragis apapun kejadian tersebut. Onis, di lain pihak akan belajar bahwa ada konsekuensi dari setiap perbuatannya dan dia harus menanggung konsekuensi tersebut. Novel ini juga mengajarkan tentang rasa setia kawan, persahabatan yang manis antara dua kepribadian yang sangat berbeda dan memilih jalan yang sangat berbeda pula dalam kehidupan mereka. Novel ini juga mengajarkan bahwa, cinta akan datang pada saat yang tepat dengan orang yang tepat, dan dengan sedikit saja keyakinan yang masih tersisa, segala sesuatu akan menjadi indah, pada waktuNya. 

Akhir kata, selamat untuk Winda Krisnadefa, akhirnya Catatan si Onis yang dulu dibuat sekedar untuk memuaskan hasrat menulis cerita, kini sudah ada dan bisa dibeli di toko-toko buku seluruh Indonesia!

0 Spots:

Post a Comment