Kebanyakan
cerpen kita memaparkan kejadian dan bukan manusianya sebagai pribadi. Apa yang
mendorong orang menulis adalah mula-mula kerangka kejadian yang membentuk suatu
pola plot tertentu, baru kemudian diisi dengan tokoh-tokohnya. Dan tokoh-tokoh
yang dituturkannya kebanyakan bersifat “umum” bukan pribadi yang unik, bukan
orang dengan perwatakan yang khas yang menempuh hidupnya di dunia ini.
Tokoh
dalam fiksi kita kebanyakan “man in the
street”, yakni bagaimana cara umumnya orang merasa, berpikir dan berbuat.
Maka tak heran kalau perasaan tokoh cerpen atau jalan pemikirannya adalah
perasaan dan jalan pemikiran pengarangnya sendiri sebagai orang awam. Ambillah
sepuluh cerpen Indonesia, maka cara para tokohnya menghadapi persoalan yang
dihadapinya sebagai konflik hampir sama saja yakni menurut pemikiran “umumnya”.
Inilah
sebabnya dari segi karakter cerpen Indonesia kurang menonjol. Tetapi cerpen
Indonesia kaya dengan kejadian yang aneka ragam. Setting cerpen terjadi di hampir setiap daerah Indonesia dengan
ragam adatnya yang banyak itu. Yang dipentingkan dalam cerpen adalah “sesuatu
telah terjadi”. Jadi cerpen dengan penekanan plot. Cerita muncul dari plot itu
saja. Padahal cerita bisa muncul dari sebuah watak. Temukan sebuah watak yang
agak lain dari gambaran umumnya, dan pilihlah konflik tertentu, maka akan
terjadilah berbagai macam cerita. Juga cerpen bisa muncul dari segi setting-nya. Pilihlah suatu daerah yang
lain dari yang lain, dan letakkan seorang tokoh di atasnya maka akan terbentuk
berbagai cerita. Kehidupan rimba, kehidupan padang sabana di Timor, kehidupan
di pantai laut Selatan, kehidupan penyelam mutiara akan sanggup memberikan
begitu banyak konflik dengan tokoh spesifik atau tidak.
Jelas
bahwa unsur “cerita” bisa dibentuk tanpa menemukan plot lebih dahulu. Cerita
bisa terbentuk oleh desakan tema, desakan karakter dan desakan setting-nya. Apa yang perlu dicatat oleh
seorang pemula dalam catatan kepengarangannya tidak harus sejumlah plot
(mula-mula begini, lantas begitu dan akhirnya demikian) tetapi juga sejumlah
watak yang spesifik dan aneh. Juga bisa persoalan-persoalan yang baru (tema).
Penggambaran
tukang becak misalnya jangan hanya terbatas pada “pengetahuan umum” tukang
becak yang awam saja, tetapi menyelami sampai ke inti hakikatnya sebagai
penarik becak yang membedakan dengan pekerjaan lain. Dan masing-masing tukang
becak tidak harus merupakan gambaran yang “biasa” saja seperti kita lihat
sehari-hari, tetapi pilihlah yang berkarakter. Entah itu dalam bidang
kejujuran, keberanian, kebijaksanaan atau keluhuran budi. Gambaran yang
beginilah yang menarik. Gambaran yang awam saja sudah sangat membosankan.
Tukang becak yang bijak, misalnya, cukup mengesankan. Atau guru yang kejam
justru mengesankan daripada cerita guru yang rapih, alim, bijaksana dan
sebagainya. Problem manusialah yang penting. Kalau ada guru kejam, nah inilah
baru masalah. Kalau ada guru alim, memang sudah jamak. Tetapi guru atau pendeta
yang di luar ukuran umum itulah yang menjadi masalah. Dan karenanya menjadi
cerita yang menarik.
Cerpen
kita umumnya menggambarkan seorang pendeta alim dan bijak, guru seorang sopan
dan penuh tutur, seorang ibu penuh perasaan dan sebagainya. Bahkan cara
menggambarkan reaksi pun hampir sama dan awam. Kalau orang tersinggung dalam
cerpen dia akan marah-marah seperti umumnya orang marah. Padahal banyak cara
atau manifestasi orang marah. Marah tidak hanya berkata keras dan kasar. Ada
orang marah dengan cara yang sangat lain: berdiam diri dan kepala batu. Nah
inilah baru karakter yang menarik buat sebuah cerpen.
Lepaskan
penggambaran tokoh secara awam dan umum. Manusia “umum” dan kebanyakan kurang
menarik, tidak membuat cerita. Manusia yang unik dengan berbagai segi wataknya itulah
yang menarik dan akan mengesankan. Setelah kita melihat sekian banyak film
cerita maka yang kita ingat lama bukan ceritanya, tetapi karakter-karakternya,
cara para bintang membawakan peranan wataknya. Ciptakan karakter, maka
terciptalah cerita.
(Sumber
Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen karya Jakob Sumardjo)
makasih ilmunya jeng Nastiti ;)
ReplyDelete