Writing Clinic Bersama Femina
- By Ria Tumimomor
- On June 06, 2013
- 2 comments
Hari Sabtu di awal bulan Juni yang cerah lalu mendung terus panas (apa sih?), tiga orang admin kami mendapat kesempatan untuk hadir di acara Writing Clinic yang diselenggarakan oleh majalah Femina. Persyaratannya, peserta diminta mengirimkan hasil karya mereka ke panitia. Setelah menunggu kurang lebih seminggu, di hubungi pihak Femina dan diinformasikan kalau saya, Nastiti dan juga Winda menjadi peserta Writing Clinic ini.
Sesi pertama dimulai dengan tips menulis yang dibagi langsung oleh mbak Leila S. Chudori. Sudah menulis dan dimuat banyak majalah sejak berusia 11 tahun dan novel terbarunya berjudul: Pulang. Beliau pernah kami interview di tahun 2011 dan dimuat di blog ini.
Menurut mbak Leila, hal yang perlu kita tanamkan dalam pemikiran adalah how well written cerita tersebut. Jadi, faktor apa yang dibutuhkan untuk menulis sebuah karya yang baik? Mengutip dari bahan Writing Clinic yang disusun oleh mbak Leila S. Chudori , maka faktor-faktor itu adalah sebagai berikut:
1. Bakat
Bukan hal yang terlalu penting karena tanpa diasah, latihan, atau terlalu tinggi hati, tidak didukung lingkungan maka bakat itu akan percuma.
2. Kerja Keras
Seperti yang disebutkan di nomor satu, kemampuan menulis yang sedikit ataupun memang bakat alami harus diasah terus menerus. Apa saja yang harus dilakukan?
- Merawat Kemampuan Teknis
- Berlatih
- Rajin Observasi.
3. Rajin Membaca
4. Sikap yang rendah hati dan berlaku seperti sebuah sponge.
Tips dan Teknik Penulisan:
1. Ide
Tidak harus megah, heboh. Karena bisa di peroleh dari tempat yang sederhana. Bisa dari dalam keluarga, kampus dan jalan-jalan yang dilalui setiap hari.
2. Tema
Tema bukan hal yang penting. Karena eksekusinya yang terpenting. Tema membantu penulis untuk fokus.
3. Plot
Yang paling umum adalah plot tiga babak yang di kenal dalam novel dan film konvensional.
Babak 1: Perkenalan karakter dan problem
Babak 2: Puncak problem/klimaks
Babak 3: Penyelesaian.
Catatan: Tidak selalu harus mengikuti konsep 3 babak ini.
4. Karakter
Tokoh fiksi tapi harus mengikuti realita yang ada. Misalnya tokohnya adalah seorang anak yang tidak punya pendidikan tapi dalam berbicara ia berpuisi tapi berbahasa sastra. Bahasa kerennya: gak nyambung. Dan pembaca bisa jadi tidak percaya pada cerita tersebut. Itulah sebabnya diperlukan riset dan observasi.
5. Akhir Cerita
Happy atau sad ending, harus diseusikan dengan logika.
6. Menulis : intro/alinea adalah salah satu bagian terpenting.
Aline pertama pada halaman pertamalah yang akan menentukan apakah pembaca akan tertarik untuk terus membaca atau berhenti tanpa melanjutkan.
(pernah di bahas oleh Winda Krisnadefa)
Sesi tips menulis dengan mbak Leila ini juga diselingi kesempatan untuk bertanya pada mbak Leila. Yang hendak bertanya banyak banget sampai coordinator acara sempat bingung juga mau pilih yang mana nih? Winda Krisnadefa beruntung mendapat kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sekaligus memperkenalkan diri dan Nastiti serta saya dari komunitas Kampung Fiksi. Dan mbak Leila inget loh sama kami. Ehm.
Dalam acara ini, diberikan juga hadiah bagi pemenang cerber Femina yang begitu di jabarkan oleh Mbak Leila mengapa mereka sampai terpilih, langsung membuat saya yang pernah ikutan ngirim cerber berasa mau terjun bebas.
Cerita para pemenang menggunakan setting daerah-daerah di Indonesia yang bukan sekedar menjadi tempelan tapi juga menyatu dalam cerita. Cerita yang disajikan juga menarik (pemenang pertama; mbak Yohana juga berkisah tentang naskahnya yang berjudul: Pengorek. Bercerita mengenai penjualan organ.) plus ada sisi humor dalam cerita para pemenang. Walau ceritanya sendiri kelam tapi adanya unsur tersebut juga turut menjadi penentu.
Sesi kedua adalah sharing pengalaman Iwan Setyawan penulis 9 Summers and 10 Autumn. Iwan ternyata kocak dan dapat membuat kami para peserta tertawa. Sama seperti yang di sharing mbak Leila yang menyelesaikan “Pulang” dalam waktu 6 tahun, proses pembuatan buku 9S10A itu tidak langsung jadi lho. Iwan mengaku ia tidak menyukai tulisan awalnya dan ia pun merevisinya kembali Ia menekankan bahwa dirinya ingin agar buku-bukunya dapat menginspirasi orang lain. Ia menghimbau para peserta agar membuat tulisan yang membuat hidup kita sendiri bermakna dan juga bagi orang lain. Eaaaaaa… Iwan berbagi cerita mengenai awalnya yang tidak suka membaca buku hingga akhirnya dia membaca buku karya JD Salinger. Dan sejak itulah Iwan ketagihan membaca. Baginya, orang yang keren adalah orang yang punya intelektual. Dari mulai ia berdiri di hadapan kami hingga selesai, kami masih susah untuk berhenti tertawa dan meresapi yang ia bagikan pada kami. Acara baru benar-benar berakhir setelah kami para peserta menikmati makan siang bersama.
Itulah sedikit cerita dari Writing Clinic yang diselenggarakan oleh Femina. Terima kasih pada semua pihak di Femina untuk terselenggaranya acara ini. Dan tentunya pada mbak Leila S. Chudori serta Iwan Setyawan yang telah mau berbagi ilmu dengan kami para peserta.
Semoga berguna juga bagi kalian pembaca di Kampung Fiksi ya ?
Keren ih diingat sama Leila S. Chudori \0/
ReplyDeletekeren reportasenya. makasih, mbakk :D
ReplyDelete