Setiap hari Rabu kan ada Rabview, sedangkan setiap hari Kamis, ada Kamis Tips Nulis, nah untuk setiap hari Minggu rencananya bakalan ada Cerpen Minggu Keren di blog Kampung Fiksi. Tapi, setelah dipikir-pikir, karena blog ini adalah blog belajar bareng, jadi, lebih seru kalau dibikin sesuatu yang lebih mendekati ke belajar bareng tersebut. Maka, muncul ide untuk melakukan remake/rewrite cerpen atau 1st page novel (bener-bener satu halaman pertama saja ya, jangan satu bab awal) di Kampung Fiksi ini. Remake/Rewrite ini terbuka bagi karya siapa saja, baik admin Kampung Fiksi sendiri maupun mereka yang ingin menyumbangkan cerpen atau first page-nya dan rela untuk di-remake/rewrite oleh siapapun yang turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Yang mau berpartisipasi menyumbangkan cerpen atau 1st page mereka, bisa kirim ke kampungfiksi@gmail.com, dengan menuliskan pada subyek email: Remake/Rewrite Cerpen atau Remake/Rewrite 1st Page. Panjang naskah yang dikirimkan, maksimal 1000 kata.
Untuk mereka yang mau berpartisipasi menulis Remake/Rewrite karya para fictionholic yang dipajang di Kampung Fiksi, caranya mudah:
1. Tulis remake/rewrite-mu pada kolom komentar cerpen/first page yang bersangkutan.
2. Kamu boleh memulai cerita dari bagian yang menurutmu paling menarik.
3. Kamu boleh mengubah awal maupun akhir cerita.
4. Kamu boleh mengubah sudut pandang (pov) penceritaan.
Ketentuan-ketentuan dapat berubah sesuai dengan kondisi pelaksanaan proses belajar ini.
4. Kamu boleh mengubah sudut pandang (pov) penceritaan.
Ketentuan-ketentuan dapat berubah sesuai dengan kondisi pelaksanaan proses belajar ini.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menunjukkan bahwa satu ide atau satu cerita bisa diceritakan dengan berbagai macam cara dan masing-masing orang memiliki cara bercerita dan sudut pandang yang unik, sehingga sebetulnya kalau kita mau berpikir sedikit lebih keras, kita tidak perlu copy-paste tulisan orang lain. Kita bisa saja 'meminjam' ide orang lain, tetapi menceritakannya dengan cara yang berbeda sama sekali. Atau bagi kalian yang memiliki bakat untuk menata karya orang lain menjadi lebih baik, inilah saatnya untuk mengenali bakatmu.
Contoh naskah untuk di-Rewrite/Remake:
Gulita mengkudeta malam, ketika Joko terbangun. Dia sungguh terkejut ketika mendapati ada darah di kepala, lengan, dan telapak tangannya. Dia sungguh tak tahu mengapa darah-darah itu bisa ada di tubuhnya. Beribu pertanyaan membuncah di kepalanya, darah siapa ini? Apakah ini darahnya? Mengapa dia sampai berdarah? Apakah ada yang membubuhnya? Ataukah dia bunuh diri? Atau jangan-jangan ini darah orang lain. Kalau darah orang lain mengapa darah itu ada padanya? Jangan-jangan dia telah membunuh orang. Dia bergidik, dia merinding, dia ketakutan. Dia mencoba memeras otak, berpikir dengan keras kejadian yang terjadi hari ini. Menelaah dengan teliti lapisan memori otaknya, mencoba mengurut kejadian-kejadian hari ini.
Pagi tadi Joko bangun seperti biasa. Pukul tujuh pagi di dering weker yang entah ke berapa. Dia mandi seperti biasa, di kamar mandinya yang penuh tissue dan celana dalam kotor bekas pakai yang sudah seminggu lebih dibiarkan tergeletak tak berdaya di sudut kamar mandi. Dia menggosok badannya dengan sabun dua kali, membilas tubuhnya dengan air dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk berwarna biru berbau apek akibat tak pernah terkena sinar matahari, hanya digantung seadanya di paku di dinding kamar. Dia tidak sarapan pagi ini, jadi tidak sikat gigi hanya kumur dua tiga kali menggunakan obat kumur. Jadi sehabis mandi, dia langsung mengenakan pakiannya, baju kemeja berwarna biru langit dan celana bahan hitam dari katun sambil memikirkan materi presentasi yang akan dia sampaikan untuk meeting bersama klien di kantor jam sebelas nanti. Tepat pukul delapan pagi dia meninggalkan apartemennya, tanpa sempat membereskan tempat tidur bahkan tanpa menjemur handuk basah yang tergeletak begitu saja di tempat tidur. Jelaslah darah-darah di tubuh Joko sekarang, bukan berasal dari waktu pagi, ketika dia bangun tidur dan bersiap bekerja.
(Penggalan cerpen Ajen Angelina)
Contoh Rewrite/Remake:
Lengket. Amis. Anyir. "Apa ini?" Joko memandang tangannya, "Apa ini?!?" Teriaknya sambil menendang selimut dari tubuhnya. Darah. Joko tahu itu darah. Darah segar yang lengket. Cepat-cepat dia melompat dari tempat tidurnya. Seprai putih kusut bekas tempatnya berbaring juga penuh bercak darah, begitu juga bantal dan guling yang tadi menemaninya tidur. Dipeganginya kepalanya. Rambutnya terasa basah. Cepat-cepat dia berlari ke kamar mandi. Kaca, dia perlu kaca. Ada apa ini? Apakah dirinya terluka? Dia tidak merasa ada bagian tubuhnya yang perih dan pedih seperti umumnya bila ada luka yang menganga. "Ini gila," gumamnya seperti orang linglung. Bayangannya di kaca tidak baik-baik saja. Dia berlumuran darah, tetapi tidak ada sedikitpun luka yang dapat ditemukannya di sekujur tubuhnya.
Kepala Joko terasa berdetum-detum, detak jantungnya menggedor-gedor ruang di dadanya, begitu keras sehingga ia merasa sakit seperti ditunju telak sekali tepat di ulu hatinya. Apa yang sudah terjadi kenapa dia tidak bisa mengingat darimana asal darah di tubuhnya ini?
Tarik nafas panjang, katanya kepada dirinya sendiri. Atur nafasmu, Joko. Tenang. Tenangkan dirimu. Berpikirlah, berpikirlah, apa yang sudah terjadi? Diaturnya nafasnya sambil memandang sekeliling kamar mandi. Dari jendela kaca di atas bathtub dia dapat melihat langit malam yang gelap gulita. Jam berapa ini? Cepat-cepat diangkatnya tangan kiri tempat arloji biasa dikenakannya. Pukul sebelas lebih sepuluh menit. Pukul sebelas malam! Berarti dia sudah tertidur berapa lama sejak pulang ke rumah tadi?
(Di-Rewrite/Remake oleh G)
Tertarik mencoba? Yuk ikutan!
Contoh naskah untuk di-Rewrite/Remake:
Gulita mengkudeta malam, ketika Joko terbangun. Dia sungguh terkejut ketika mendapati ada darah di kepala, lengan, dan telapak tangannya. Dia sungguh tak tahu mengapa darah-darah itu bisa ada di tubuhnya. Beribu pertanyaan membuncah di kepalanya, darah siapa ini? Apakah ini darahnya? Mengapa dia sampai berdarah? Apakah ada yang membubuhnya? Ataukah dia bunuh diri? Atau jangan-jangan ini darah orang lain. Kalau darah orang lain mengapa darah itu ada padanya? Jangan-jangan dia telah membunuh orang. Dia bergidik, dia merinding, dia ketakutan. Dia mencoba memeras otak, berpikir dengan keras kejadian yang terjadi hari ini. Menelaah dengan teliti lapisan memori otaknya, mencoba mengurut kejadian-kejadian hari ini.
Pagi tadi Joko bangun seperti biasa. Pukul tujuh pagi di dering weker yang entah ke berapa. Dia mandi seperti biasa, di kamar mandinya yang penuh tissue dan celana dalam kotor bekas pakai yang sudah seminggu lebih dibiarkan tergeletak tak berdaya di sudut kamar mandi. Dia menggosok badannya dengan sabun dua kali, membilas tubuhnya dengan air dan mengeringkan tubuhnya dengan handuk berwarna biru berbau apek akibat tak pernah terkena sinar matahari, hanya digantung seadanya di paku di dinding kamar. Dia tidak sarapan pagi ini, jadi tidak sikat gigi hanya kumur dua tiga kali menggunakan obat kumur. Jadi sehabis mandi, dia langsung mengenakan pakiannya, baju kemeja berwarna biru langit dan celana bahan hitam dari katun sambil memikirkan materi presentasi yang akan dia sampaikan untuk meeting bersama klien di kantor jam sebelas nanti. Tepat pukul delapan pagi dia meninggalkan apartemennya, tanpa sempat membereskan tempat tidur bahkan tanpa menjemur handuk basah yang tergeletak begitu saja di tempat tidur. Jelaslah darah-darah di tubuh Joko sekarang, bukan berasal dari waktu pagi, ketika dia bangun tidur dan bersiap bekerja.
(Penggalan cerpen Ajen Angelina)
Contoh Rewrite/Remake:
Lengket. Amis. Anyir. "Apa ini?" Joko memandang tangannya, "Apa ini?!?" Teriaknya sambil menendang selimut dari tubuhnya. Darah. Joko tahu itu darah. Darah segar yang lengket. Cepat-cepat dia melompat dari tempat tidurnya. Seprai putih kusut bekas tempatnya berbaring juga penuh bercak darah, begitu juga bantal dan guling yang tadi menemaninya tidur. Dipeganginya kepalanya. Rambutnya terasa basah. Cepat-cepat dia berlari ke kamar mandi. Kaca, dia perlu kaca. Ada apa ini? Apakah dirinya terluka? Dia tidak merasa ada bagian tubuhnya yang perih dan pedih seperti umumnya bila ada luka yang menganga. "Ini gila," gumamnya seperti orang linglung. Bayangannya di kaca tidak baik-baik saja. Dia berlumuran darah, tetapi tidak ada sedikitpun luka yang dapat ditemukannya di sekujur tubuhnya.
Kepala Joko terasa berdetum-detum, detak jantungnya menggedor-gedor ruang di dadanya, begitu keras sehingga ia merasa sakit seperti ditunju telak sekali tepat di ulu hatinya. Apa yang sudah terjadi kenapa dia tidak bisa mengingat darimana asal darah di tubuhnya ini?
Tarik nafas panjang, katanya kepada dirinya sendiri. Atur nafasmu, Joko. Tenang. Tenangkan dirimu. Berpikirlah, berpikirlah, apa yang sudah terjadi? Diaturnya nafasnya sambil memandang sekeliling kamar mandi. Dari jendela kaca di atas bathtub dia dapat melihat langit malam yang gelap gulita. Jam berapa ini? Cepat-cepat diangkatnya tangan kiri tempat arloji biasa dikenakannya. Pukul sebelas lebih sepuluh menit. Pukul sebelas malam! Berarti dia sudah tertidur berapa lama sejak pulang ke rumah tadi?
(Di-Rewrite/Remake oleh G)
Tertarik mencoba? Yuk ikutan!
Sepertiya menarik.
ReplyDeleteThanks, yuk ikutan :D
DeleteKapan2 tolong dibahas tips atau cara meremake cerpen Mak. Belum begitu paham nih
ReplyDeleteSebenernya bebas sih, contohnya seperti apa, bisa dilihat di entri yang ini: http://www.kampungfiksi.com/2013/06/cerpen-ajen-angelina-darah-di-tubuh-joko.html pada kolom komentarnya :)
DeleteSalam kenal para admin Kampung Fiksi, saya Novi, sodara beda ayah ibu ama Winda (hehe). Mau ikutan ya.
ReplyDeleteBoleh banget, mari-mari, kita ngadainnya di page Facebook-nya Kampung Fiksi :)
DeleteBisa dicoba nih tuk ikutan
ReplyDeleteAsyiiik, kita akan mulai proyeknya di page fb-nya Kampung Fiksi :)
DeleteAih, menarik. Jadi ingin ikutan. Aku tuh kalau mau bikin cerpen suka nge-blank aja, jadi ya gak pernah berhasil bikin cerpen utuh. Kalau distimulus seperti ini biasanya gak nge-blank2 amat... :)
ReplyDelete