(Yok! Tanya Mak Bunglon) Bagaimana Menulis Cerita yang Menarik

Pertanyaan yang masuk email Kampung Fiksi dilayangkan oleh Safinah Hakim. Kali ini dijawab oleh Endah.

Pertanyaan:

Bagaimana cara mengarang cerita yang menarik? Berkali-kali saya mencoba menulis, tapi saya hapus lagi karena merasa ceritanya tidak menarik.”

Jawab:



Safinah yang baik,
Sebenarnya jawaban untuk pertanyaanmu itu sederhana: caranya adalah rajin membaca dan mempelajari karya penulis lain, rajin berlatih menulis, dan percaya diri. Namun jawaban sesingkat itu tentu tidak memuaskanmu.

Untuk mengawali, saya akan membandingkan antara menulis cerita dengan merancang bangunan. Menurut saya, karya fiksi setara dengan karya arsitektur. Bila ia baik dan menarik, pasti ia bukan produk sekali jadi. Ada proses – yang umumnya panjang – yang dilalui pengarang/arsiteknya sebelum cerita/bangunan itu bisa dinikmati. Ia lahir karena penciptanya paling tidak memiliki dua hal dasar ini: pengetahuan teknik dan rasa seni.

Dalam arsitektur pengetahuan teknik itu misalnya pengetahuan prinsip-prinsip disain, konstruksi, dan bahan bangunan; dalam menulis fiksi atau mengarang pengetahuan teknik itu contohnya pengetahuan tata bahasa, kosa kata, dan elemen-elemen dasar menulis fiksi.

Teknik menulis (fiksi) itu bisa dipelajari. Sumbernya banyak sekali. Salah satunya ada di blog Kampung Fiksi, di tautan ini. Sedangkan rasa seni – yang melibatkan unsur emosi - harus sering diasah agar tajam. Sebuah cerita akan menarik bila penulisnya piawai memadukan antara ketrampilan teknik menulis dan mengolah rasa. Einstein pernah bilang bahwa genius itu 1% bakat dan 99% kerja keras. Bagi saya, pendapat Einstein itu berlaku juga untuk mengarang cerita. Cerita yang menarik – apalagi laku dijual dan mendapat penghargaan termasuk memenangkan lomba – pasti buah kerja keras penulisnya.

Setahu saya, tidak ada rumus mangkus untuk menulis cerita yang menarik. Ketrampilan ini tidak bisa diajarkan namun bisa dipelajari. Satu-satunya cara menguasai ketrampilan menulis, seperti jenis ketrampilan lainnya, adalah berlatih terus menerus. Cara terbaik mempertajam rasa adalah mengasahnya tak henti-henti.

Selain berlatih menulis, perlu diimbangi dengan membaca. Saat membaca cerita, perhatikan dan pelajari gaya tulisannya, alurnya, settingnya, penggambaran tokoh/karakternya, dan hal-hal detil lain yang menurut kita menarik.

Sudah membaca, sudah pula berlatih namun merasa hasilnya masih kurang menarik? Di samping pantang menyerah, rasa percaya diri harus dimiliki. Jangan takut gagal atau dicela. Karangan yang sudah jadi, yang menurut kita tidak menarik, mungkin akan disukai pembaca. Jangan malu. Jangan disembunyikan. Jangan dihapus. Kirimkan saja ke teman yang suka membaca untuk minta pendapatnya atau diunggah ke blog, note FB, atau di mana saja yang kira-kira akan dibaca orang.

Berikut ini sedikit tips untuk menulis cerita yang menarik:
Karakter yang unik. Ciptakan tokoh yang tidak biasa. Bisa melalui jenis pekerjaannya, keahliannya, penampilannya (cara berpakaian, bentuk tubuh, gaya bicara), atau sejarah hidupnya. Nama yang aneh juga bisa menjadi daya tarik.

Alur yang mudah dipahami. Bila penulis merasa pusing dengan alur ceritanya sendiri, kemungkinan besar pembaca pun demikian. Bila ingin memakai alur maju-mundur, harus ada penjelasan yang menyatu dengan cerita, jangan tiba-tiba berbalik dari masa kini ke masa 100 tahun lalu.

Setting yang detil. Setting bisa juga menjadi daya tarik cerita. Penjelasan tentang setting bisa diikuti lewat tautan ini.

Jujur. Hal satu ini baru saya sadari setelah membaca hasil wawancara Gari Rakai Sambu di tautan ini. Karya-karya saya masih sangat jauh dibanding karya beliau, namun saya merasakan hal sama. Bila menuliskan hal-hal yang menjadi kegelisahan hati, aliran ide lebih lancar, menulisnya lebih nyaman, otomatis alurnya jadi asyik. Bila mencoba menjadi seperti orang lain rasanya berat sekali. Jadi tuliskan hal-hal yang menarik hati kita, yang bener-bener kita sukai.

Cari gaya sendiri. Dalam taraf belajar dan eksplorasi, mempelajari karya (termasuk meniru gaya) penulis lain itu penting; bagi saya justru wajib. Bedakan antara ‘menjadi orang lain’ dengan ‘menulis seperti orang lain’. Yang pertama itu berkaitan dengan esensi atau jati diri, sedang yang kedua itu lebih pada gaya, bisa diadaptasi. Namun suatu saat gaya sendiri perlu dicari. Tidak berarti gaya ini harus dipertahankan abadi, bila suatu saat ingin mengubah gaya, dan ternyata pembaca suka, jangan segan-segan untuk menggantinya.

Selebihnya, tips tentang mengarang cerita – yang baik dan menarik – bisa dibaca di tautan ini atau di semua tulisan berlabel 'kamis tips nulis'. Tulisan-tulisan lain di Kampung Fiksi yang berlabel ‘interview penulis’ juga asyik dibaca. Dari sana akan diperoleh ilham, dan rasa percaya diri, sebab ternyata setiap penulis punya cara sendiri untuk menulis kisah-kisahnya agar menarik dibaca.

Kebetulan sekarang Kampung Fiksi punya rubrik asyik: Cerpen Minggu Keren. Segera kirimkan ceritamu ke kampungfiksi@gmail.com dengan subyek “Cerpen Minggu Keren”. Tulisan ditaruh dalam lampiran (attachment), tidak disatukan dengan badan email. Ditunggu, ya.

Salam manis dari Mak Bunglon! 

2 comments:

  1. Wah pertanyaan saya dijawab . Terima kasih admin kampung fiksi dan bu endah , atas ilmunya. moga-moga tipsnya bisa saya aplikasikan buat nulis fiksi :)
    Yosh !!

    ReplyDelete