[Kamis Tips Nulis] Cuplikan Kisah si Jomblo - the Story




Kamis Tips Nulis kali ini agak narsis sedikit nih… #DJTwitKF @RiaTumimomor ingin mengulas tentang bukunya sendiri yang sempat diterbitkan dalam bentuk ebook via Evolitera dan secara Indie lewat Nulis Buku. Tapi sekarang buku itu sedang gue tarik karena akan di revisi lagi. Soalnya nih, menurut masukan yang sangat berguna dari Miss G; cerita disana lebih banyak sebagai pembuka alias belum selesai.

But, anyway…kita tinggalkan masalah selesai belum selesainya cerita itu. Sekarang mari kita membahas proses menulis cerita dari Cuplikan Kisah Si Jomblo (CKSJ) ini.

WHAT
So, awalnya gimana nih kok gue sampai bisa kepikiran menulis  CKSJ ini? Darimana sih idenya berasal?

Okeh, awalnya memang berasal dari kejadian NYATA yang gue alami sendiri setiap hari sebagai penyandang status Jomblo.  Kalimat-kalimat seperti,”Kok masih sendirian aja?” atau “Kapan nih kita terima undangannya?” sudah seperti makan pagi, siang, sore, malam buat gue. Saking keseringannya menerima pertanyaan seperti itu. Jadi, dari yang merasa terganggu hingga akhirnya sampai bisa membuat  cengar cengir diri sendiri.  Pemicunya adalah kejadian yang akhirnya menjadi pembuka awal buku CKSJ ini. Yaitu ketika orang-orang yang baru saja ditemui saat itu, bahkan sudah BERANI untuk mencoba mengatur dan menilai hidup gue.

Jadi, gue pikir…wow…kenapa kejadian yang menimpa gue sebagai seorang jomblo ini tidak dijadikan fiksi saja? Mengapa fiksi? Mengapa bukan non fiksi? Karena gue merasa dengan membuatnya menjadi fiksi, gue bisa membuatnya lebih LEBAY dari yang sebenarnya. Dengan fiksi gue juga bisa mengkhayal cerita (yang benar-benar cerita) menggunakan tema yang sudah ada yaitu cerita seputar kehidupan seorang wanita jomblo.

WHO, WHEN, WHERE
Tema cerita sudah ada yaitu tentang kehidupan seorang wanita yang tinggal di Jakarta ibukota Indonesia. Dan cewek ini harus menghadapi tekanan dari sekelilingnya sehubungan dengan statusnya yang masih lajang atau bahasa kerennya Jomlo. Yap, cek deh di kamus bahasa Indonesia. Yang betul itu: Jomlo dan bukan Jomblo. Lalu, sekarang tokoh-tokohnya siapa saja ya? Rasanya kalau hanya seorang wanita jomblo kurang seru deh. Ia harus mempunyai teman yang kurang lebih senasib untuk saling bertukar cerita. Apakah mereka semuanya jomblo? Oh, untuk merasa senasib tidak harus jomblo khan? Jadilah, gue menciptakan dua tokoh baru untuk mendampingi si wanita jomblo ini. Seorang cewek yang juga masih jomblo dan seorang lagi telah menikah dan mempunyai anak.

Tokoh-tokoh ini mestinya mempunyai nama dan karakterisasi yang jelas ya. Dan, disitulah kekurangannya karena gue lebih fokus kepada kejadian sehubungan dengan si jomblo ini. Catet: si Jomblo ini ya, bukan gue lagi. Walau tokohnya ada berdasarkan diri gue… (hahahah, ngaku). Karena gue memang paling payah dalam memilihkan nama. Akhirnya para tokoh ini hanya menggunakan julukan sebagai berikut:

Sang Wanita
Sebagai tokoh utama dalam CKSJ.
Kekurangannya adalah, karakterisasinya kurang jelas. Udah namanya gak ada pula. Heheheh. Okay, si cewek ini masih tinggal dengan orangtuanya. Dia anak satu-satunya. Terus sifatnya bagaimana? Extrovert atau introvert? Penampilannya seperti apa? Tinggi? Kurus? Hitam manis? Rambut pendek? Kerja dimana? And so on.
Disini gue akui, karakterisasinya masih kurang banget sehingga jadi serba tanggung deh si Sang Wanita ini. Beginilah jeleknya kalau cerita sebagian besar berdasarkan diri sendiri sehingga pas mau bikin tokoh fiksi…bingung. Ini enaknya bagaimana ya supaya tokohnya jangan sama persis seperti yang mengarang duoooong.

Jomblo Bawel
Sesuai nama julukannya, tokoh pendukung ini adalah cewek yang juga jomblo. Kalau si Sang Wanita agak irit dalam berkata-kata, maka tokoh yang ini lebih banyak berbicara, lebih banyak mengomel tentang keadaannya. Teorinya sih begitu, walau seiring berjalannya cerita sepertinya si Jomblo Bawel dengan Sang Wanita ternyata sama bawelnya.
Tokohnya juga belum mempunyai deskripsi yang jelas, seperti ciri-ciri fisiknya bagaimana? Sifatnya apa; selain dikatakan bawel? Apa pekerjaannya atau kegiatannya sehari-hari?

Bunda  Ceria
Ceritanya tokoh bernama Bunda Ceria ini telah bersahabat dalam kurun waktu yang lama dengan Sang Wanita dan Jomblo Ceria. Sehingga walaupun sekarang ia telah berstatus menikah dan menjadi ibu bagi kedua anak-anaknya, tapi persahabatan tetap berlanjut. Ia masih ingat bagaimana masyarakat (termasuk: keluarga) menghujani pertanyaan mengenai status single-nya. Lalu ketika menikah, ia diburu pertanyaan mengenai momongan. Karena situasi itu, ia tetap merasakan kedekatan dengan kedua sahabatnya yang masih melajang.

Nah, itu tema cerita, tokoh-tokohnya. Cerita berlangsung di pada masa sekarang (kurun waktu dari tahun 2008 hingga 2012), lokasi berada di Jakarta – lewat dari tempat-tempat dimana ketiga serangkai ini biasa berkumpul.

HOW, WHY
Masalah-masalah yang dihadapi adalah cibiran orang-orang terdekat maupun yang sangat tidak dekat mengenai status lajangnya. Tapi cerita-cerita pendek di sini baru mengupas adanya konflik tersebut dan belum ada peningkatan atau perubahan nasib si tokoh misalnya dengan menemukan jodoh. Atau tetap dengan kesendiriannya. Masih belum mengupas bagaimana tokoh wanita lajang di cerita ini mencari cara atau menghadapi komentar usil hingga menjengkelkan. Terus mengapa sih masyarakat dan keluarga mereka usil banget? Jadi beneranlah cerita-cerita disini mirip seperti tulisan di Diary yang hanya memindahkan kejadian di dunia nyata kedalam tulisan. Padahal cerita itu jelas mesti ada perkembangan dan perubahan nasib bagi para tokohnya. Masa siiih, begitu melulu keadaannya? Lagipula, bukankah ini fiksi dimana terserah penulisnya dalam menyusun apa yang akan terjadi sama para tokoh di dalam ceritanya. Walau mungkin si penulis nya situasinya datar melulu… Loh, tapi ini khan fiksi dan bukan curhat… (Perlu diulang berkali-kali ya!)

PUBLISH
Dengan tulisan yang sebenarnya belum tuntas itu kok gue ya berani amat menerbitkan jadi buku? Hahaha, itulah enaknya menerbitkan sendiri. Sebenarnya di awal tidak terpikirkan sama sekali untuk menjadikan CKSJ ini ebook ataupun buku. Pada awalnya cerita-cerita pendek ini hadir secara berkala di Kompasiana. Tapi, gue menemukan ada beberapa orang yang main copas cerita di blog mereka tanpa menyebut gue sebagai penulisnya. Karena gak suka, akhirnya cerita di Kompasiana itu gue hapus. Dan gue kumpulkan dulu untuk segera dijadikan ebook via Evolitera. Dibikinin pula ISBN-nya loh utk ebook pertama gue itu.

Selang setahun kemudian, gue mencoba menambah beberapa cerita sebelum akhirnya mencoba membukukannya lewat indie publisher: Nulis Buku. Bikin cover baru karena cover di ebook adalah milik Evolitera. Harus baca ulang lagi karena menemukan aja yang salah ketik. Dan walau rasanya dari gue kayaknya udah sempurna, ketika sudah menjadi buku baru deh kelihatan apa saja yang kurang. Selain cerita yang belum tuntas ada juga yang menyebutkan layout yang kurang menarik. Dan covernya terlalu narsis. Hahahahaha.

Anyway, begitulah bedahan buku dari penulisnya sendiri untuk dibagi bersama sahabat Kampung Fiksi. Semoga berguna ya.

Dimuat juga disini

1 comment:

  1. RiaTumimomor makasih dah share. btw, aku salut padamu yang berani menulis dan berani mengkritik tulisan sendiri. Aku boro2 berani ngritik tulisanku, lha wong ga ada satu pun karya yang aku tulis. cerpen pun susah. sempat sih dulu pas waktu SMP aku nulis cerpen 4 atau 5 gitu di mading sekolah tapi ga dikembangin sampe sekarang mandeg. hha

    ReplyDelete