Percaya

Aku hanya mampu mendengar dengan hati mencelos ketika dokter menyampaikan vonisnya setelah mengucapkan kata, "Maaf," jika anakku tidak bisa bertahan malam ini maka kecil kemungkinannya untuk sembuh.

Tidak, tidak…! Jerit hatiku. Setengah mati aku berusaha menahan suara ini agar tidak keluar melengking dari tenggorokanku dan membuat keributan. Pasti ada sesuatu yang bisa dilakukan, pasti ada! Harus ada! Aku tidak bisa membiarkan anak yang telah kutunggu selama 10 tahun, lepas dariku.

Apa yang akan terjadi jika dia meninggal? Aku telah mengalami masa-masa nyaris kehilangan suami ketika kami belum dianugerahi buah hati. Laki-laki itu hampir lupa pada sumpah setia sehidup semati yang diucapkannya dalam pernikahan kudus kami karena hasutan keluarganya yang bertubi-tubi.



*Untuk versi lengkap silahkan ke sini *

8 comments:

  1. Bagus nih ide ceritanya... Percaya aja, seharusnya ya, ada sesuatu yg lebih baik daripada yg kelihatan pada saat ini.

    ReplyDelete
  2. bagus bgt ceritanya... pesan yg sungguh penuh makna

    ReplyDelete
  3. Cerita sedih yg layang direnungkan. Banyak orang seperti Naomi, mungkin salah satunya diri saya ini...

    ReplyDelete
  4. Mbak Ria... pesan ceritanya bagus...

    Tapi, sempet bingung pada penggunaan "aku" dan "nya" yang berganti-ganti...

    ReplyDelete
  5. ya setujua sama semuanya....bagussss ceritanya..aku suka makna yg tersirat di dlmnya..

    ReplyDelete
  6. terdiam lama membaca cerita ini. jadi berpikir, selama ini, saya yang menolak untuk 'percaya'. padahal, dengan pasrah, semua yang indah akan berbalik menghampiri ya.

    terima kasih, Mbak Ria, untuk cerita yang membuat sy merenung ini..

    ReplyDelete
  7. Riaa.. ini keren! Bagus dikirim ke majalah rohani, huehehe ;)

    Membuat gua teringat akan quote yang gua dapatkan beberapa waktu yang lalu bahwa at times not getting what we want itu justru sebenernya adalah blessings in disguise :D

    *again.. gua lupa siapa yang bilang and gimana kalimat tepatnya, wakakakakak :p*

    ReplyDelete