Cara Kreatif Disiplin Menulis Cerita Panjang
- By Winda Krisnadefa
- On August 12, 2011
- 18 comments
Mari berangkat dari sini : "Saya suka menulis cerita."
Bagi saya pribadi, menulis cerita itu sama seperti berbicara. Hanya bedanya, kalau saya bicara, makin panjang makin membosankan. Beda kalau saya menulis cerita. Makin panjang, justru saya makin suka. Itu juga sebabnya saya lebih suka menulis cerita bersambung dibandingkan cerita pendek.
Beberapa teman merasa kemampuan saya menulis cerita bersambung/panjang itu sebagai sebuah kelebihan. Padahal bagi saya pribadi itu justru sebagai sebuah tirai kamuflase kalau saya merasa kurang cakap dalam menulis cerita pendek. Bukan juga artinya saya mengangkat-angkat kemampuan saya dalam menulis sebuah cerita menjadi panjang. Hanya saja bagi saya justru ruang tak terbatas dalam cerita bersambung memberikan saya lebih banyak kemudahan dibandingkan jika saya menulis sebuah fiksi mini atau flash fiction. Wuaaah, saya sudah coba beberapa kali menulis cerita super pendek, dan itu sangat sulit bagi saya.
Walau begitu, ada saja yang menghalangi untuk bisa sampai ke tujuan akhir atau ke akhir sebuah proyek menulis. Mood adalah yang paling mudah untuk disalahkan.
Beberapa kali saya menulis cerita bersambung atau cerita panjang yang dimaksudkan untuk menjadi sebuah novel, beberapa kali juga saya mengalami kemacetan mengolah ide. Lagi-lagi, mood yang jadi kambing hitam. Sepertinya saya membutuhkan tools/perangkat yang bisa mengikat komitmen menulis saya demi kelancaran proyek tersebut.
Saya teringat ketika Oprah mewawancarai Elizabeth Gilbert (penulis Eat, Love, Pray) beberapa tahun yang lalu. Sebuah mini video diperlihatkan mengenai kegiatan sehari-hari Gilbert setelah ia sukses dengan bukunya yang fenomenal itu dan akhirnya memutuskan untuk memulai sebuah proyek menulis yang baru. Setiap pagi ia sibuk melihat jejeran kartu warna-warni yang disusunnya dalam sebuah kotak sepatu bekas. Kartu-kartu itu berisi potongan-potongan draft yang harus ditulisnya setiap hari. Setiap lembar kartu untuk satu hari. Dengan begitu ia bisa memantau sampai dimana kemajuan proyeknya. Dan yang paling penting, kartu itu 'mengikatnya' untuk harus menulis setiap hari. Saya merasa itu adalah sebuah ide yang cemerlang untuk penulis yang selalu gagal mengatur mood seperti saya. Walaupun tidak menjamin 100% akan berhasil, namun paling tidak ada sebuah alat yang bisa mengawasi kerja kita (menulis) setiap harinya.
Maka saya mulai beraksi ala Gilbert. Langkah awal menentukan tema cerita sudah saya lakukan jauh-jauh hari. Judul sudah saya dapatkan. Selanjutnya saya brainstorming (istilah Indonesia-nya apa ya?). Semua yang ada di kepala saya tentang tema cerita yang akan saya angkat, saya tuliskan dalam sebuah buku bekas yang sudah penuh dengan corat-coret anak saya. Ehm, kertas itu mahal dan memangkas banyak pohon, lho! Hehehe...
Selesai brainstorming (yang ternyata hasilnya banyak sekali!), saya mulai menyusun kerangka. Mulai dari bab per bab. Lalu mengerucut menjadi sub bab per sub bab. Sampai menentukan tokoh lengkap dengan latar belakang dan karakternya masing-masing. Ffuiih, makan waktu juga ternyata. Saya sudah tidak sabar untuk segera membuat flashcards warna-warni itu!
Akhirnya kerangka tulisan sudah selesai, walaupun masih berantakan. And the fun begins! Sambil bersenandung riang dalam hati, "Kuambil kertas selembar, kulipat sama besar...lalalala...," dengan nada lagu "Bermain Layang-layang" itu lho! Hehehehe...
Setiap lembar mewakili setiap bab. Dan setiap bab baru memakai warna yang berbeda. Tralala..voila! Jadi, deh!
Saya tahu, sekali lagi, ini bukan jaminan kesuksesan menulis sebuah novel. Ini hanya sebuah cara kreatif untuk menjaga semangat menulis dan memantau kemajuan proyek menulis kita. Dan bagi saya pribadi, memulai sesuatu dengan hati yang senang biasanya akan berakhir dengan bahagia juga. Kecuali kalau Tuhan berkata lain, ya! Ihik...
Sekedar berbagi saja. Semoga bermanfaat! :)
trims lho ide kreatifnya. Saya suka "mati gaya" saat menulis cerita panjang. Susah hiks ...
ReplyDeleteTapi baca disini, kayaknya asyik juga ya hehe
Ohya, salam kenal
Winda, saya merasakan juga dan mengalami kesulitan yang sama. Bedanya, Winda mencatat lebih rapi. Catatan saya kadang2 tersebar di kertas2 kecil yg saya selipkan di buku atau entah dimana. Sejak beberapa waktu lalu saya punya buku khusus untuk nyatat hal2 yg saya mau tulis. Tapi... masih juga suka lupa bawa wuahahahahaaa...
ReplyDeleteThanks ya udah berbagi. Bermanfaat, nih!
mba, kondisi saya malah aneh... gak bisa nulis pendek2 tuh... kalau sudah nulis maunya bersambung terus sehingga semua fiksi saya akhirnya pasti gak jelas heheheh
ReplyDeletewah bermanfaat banget mbak winda
ReplyDeletesaya nulis hanya kalau lagi mood saja mbak soalnya
bisa di coba nih
welll, boleh dicoba idenya....makasih sudah berbagi...
ReplyDeleteannie: yang penting berangkatnya dari "Saya suka menulis cerita" kalau sudah suka, halangan seperti apa pun bisa terasa lebih ringan, karena kita tidak terpaksa melakukannya..selamat mencoba ya.. ;)
ReplyDeletembak Endah: aku juga sebetulnya bukan org yg rapi dan teratur mbak...karena aku berantakan, makanya perlu cari cara buat sedikit 'rapi' saat menulis, terutama menulis panjang.. :D
mas rawa: wah, bersyukur mas, bisa bercerita panjang, karena gk banyak yg bisa melakukannya...masalah ceritanya jadi gk jelas, karena itu kita butuh outline, supaya tulisan lebih terarah dan gk kemana-mana...saya sendiri sering 'kesasar' kalau gk pake pedoman..awalnya mau nulis ttg apa, krn gk punya 'pedoman', jadinya malah kemana-mana.. :D
mas agung: mood itu jangan dijadikan momok, apalagi alasan...setiap org punya masalahnya masing2, tapi disiplin itu penting dalam menulis..selamat mencoba ya.. :D
chalinoph: yes, untuk org2 yg suka ngelantur kayak kita, cara ini mungkin bisa menolong..hahahahahaha
Ide yang bagus--mungkin bisa juga digunakan untuk hal lain selain menulis. Oia, Mbak Win, saya menawarkan tool untuk menulis buat Mbak. Bisa dilihat di
ReplyDeletehttps://plus.google.com/113060370267387647882/posts/4zVygw7dEbN
terima kasih mas erik, saya sudah ke link tsb, tapi gk bisa liat2 dulu ya, harus donate dulu 5 dolar..hiks, aku gk ngerti cara transaksi via internet kalo sama pihak luar negeri.. :(
ReplyDeleteNice tips Mbak. Mau coba ah. Hehe.
ReplyDeleteTips yang patut dicoba.. Trims ya Win... semoga aku bisa mengikuti jeejakmu :D
ReplyDeletesaya malah ahli klo nulis cerita pendek. klo nulis cerita panjang, jalan cerita bisa putar haluan ditengah jalan,, wkwkwkwk kemampuan orang memang beda2 yahh :D
ReplyDeleteaku..malah harus asah otak lagi kalo bikin cerita bersambung, tapi aku mau coba deh,biar kesampean cetak novel sendiri :D
ReplyDeleteterima kasih ya
saya akan mencobanya
ReplyDeletesekalinya bisa nulis panjang, ehh pas stuck malah bener2 ga bisa mikir mau nulis apalagi xD
ReplyDeleteWaaah, bagus sekali tipsnya. saya juga dulu kesulitan menulis cerpen akhirnya pertama kali nulis jadinya cerbung.tapi sekarang beralih belajar nulis cerpen lagi dan justru kesulitan ketika ingin balik nulis cerbung.membaca artikel ini jadi bikin semangat nulis cerbung lagi. makasi banyak, sangat bermanfaat :D
ReplyDeletedisiplin dalam menulis!
ReplyDeleteharus ya @_@
Tipsnya ok's mbk..
ngejalaninnya perlu perjuangan !_!
Bravo teman-teman! Asyik juga ya saling share dan komen di blog ini. bikin motivasi nulis bangkit lagi. anyway, makasih buat Mbak Winda Krisnadefa
ReplyDeletenambah wawasan tapi gak tahu nih postinganku udah bagus apa blm
ReplyDelete