Beda Rasa

Juli tahun 1979

“Mamaaa…,” seorang gadis kecil menghampiri mamanya yang tengah membaca buku di ruang tamu. Tanpa menoleh sedikitpun sang mama hanya menggumam baru bertanya apa yang diperlukan anaknya.


Gadis itu memonyongkan mulutnya seraya mengeluarkan suara mendesah. Berharap mamanya akan segera meletakkan buku tersebut dan menoleh kepadanya. Tapi ternyata caranya itu tidak berhasil. Ah, kalau Mama sudah ketemu sama buku pasti dia gak peduli lagi deh sama aku… Ia lalu berjalan menghampiri mamanya dan memegang tangan mamanya. Barulah wanita yang dipanggil mama itu meletakkan bukunya dan balas memegang tangan anaknya,”Nila, kamu ini tidak bisa ya membiarkan mama membaca buku. Ada apa sih sayang? Adek nakal lagi?”

Nila sang gadis kecil tersebut menggelengkan kepalanya,”Gak mama. Adek gak nakal. Tapiii ada yang mau Nila tanya sama Mama nih… Pentiiiiing sekali…”

Mamanya mendengus berusaha menahan geli melihat Nila menirukan gaya seorang sanak saudara suaminya jika datang ketika ada keperluan mendesak. Ah, aku harus berhati-hati jika membicarakan orang tersebut bersama papa. Anak-anak ini pasti mendengar dan akan jadi bencana kalau mereka menirukan di depan orangnya langsung.

“Ya nona Nila. Apa yang ingin ditanyakan sama anak Mama yang manis ini?”

Nila tersenyum berseri-seri mendengar nada suara mamanya. Ah, perhatian sudah tercurah untuknya sekarang dan tidak ada tanda-tanda mama kelihatan kesal atau terganggu.

“Nanti kira-kira hadiah ulang tahun Nila apa ya mama?” dengan harap-harap cemas Nila bertanya.

Mamanya tercengang sebelum menepuk dahinya seraya menggelengkan kepala. Aduh, ulang tahunnya masih dua bulan lagi tapi anak ini sudah mengejar dari sekarang.

“Iya, Nila tahu masih lama tapi kan kepingin tahu aja mamaaaa…,” rengek Nila kepada mamanya.

Mamanya menghela napas dan mengerutkan kening. Uh oh, pikir Nila dengan cemas melihat perubahan di wajah mamanya. Kelihatannya mama mau marah nih sama aku. Atau, jangan-jangan tidak ada pesta ulang tahun buat diriku nanti? Ah, bagaimana kalau tidak ada kado buat aku tahun ini?

“Nila, ulang tahun memang untuk dirayakan… Tapi, dan ini sudah berkali-kali mama dan papa bilang sama kamu dan adek, HANYA KALAU KITA ADA UANG BERLEBIH…”

Nila menundukkan kepala dan mulai merasakan semangat yang tadi ada dalam dirinya menguap dengan cepat. Ugh, padahal ia sudah tidak sabar ingin mengabarkan pada teman-temannya di sekolah bahwa iapun akan mengadakan pesta ulang tahun. Ia selalu iri melihat Cynthia dan yang lainnya selalu mengundang mereka ke pesta ulang tahunnya. Baru tahun kemarin orangtuanya membawakan kue ulang tahun ke sekolahnya agar dapat dimakan beramai-ramai bersama guru dan teman-temannya. Ia berharap tahun ini akan sama tapi ternyata…

Mamanya menatap anaknya yang sekarang terlihat lesu dan merasa kasihan. Nila memang harus dihadapkan pada kenyataan bahwa tidak mungkin akan ada pesta ulang tahun terus-terusan. Karenanya ia meraih anaknya dan memeluknya erat-erat seraya membisikkan bahwa walau tidak ada pesta ulang tahun bukan berarti mereka tidak sayang padanya.

Nila mengangkat kepalanya dengan wajah berseri-seri dan bertanya lagi,” Hmmm, tapi mama dan papa tetap akan memberiku kado kaaaaan… ?”

Dengan tergelak mamanya mengusap-usap kepala Nila dan mengatakan kado akan tetap ada sesuai kemampuan mereka. Yang penting Nila jangan lupa untuk tetap rajin belajar selalu dan menjaga adiknya. Nila meluap dalam kegembiraan dan ia berjingkat untuk mencium pipi mamanya. Lalu dalam hitungan detik ia pun langsung berlari kembali ke kamar meninggalkan mamanya. Hatinya riang gembira membayangkan kado yang akan didapatnya nanti di hari ulang tahun. Ah, hari ulang tahun itu memang hari yang paling menyenangkan sedunia!


September 2011

“Halo mama, apa kabar?” Nila meletakkan tas-nya dan mengecup pipi mamanya yang tengah bersantai di ruang tamu bersama papanya.

Mamanya menyambut kedatangannya dengan senyum dan balas mengecup putri sulungnya. Ah, rasanya seperti baru kemarin ketika Nila yang masih berusia 9 tahun itu datang dan bertanya mengenai hadiah ulang tahunnya.

“Eh, kakak… Sudah datang?” sapa Luki adiknya yang tengah bercengkrama dengan Jolly anjing mereka. “kalau begitu sekarang sudah lengkap nih, mama, papa…”

Nila ikut menghampiri Jolly dan mengusap-usap kepala anjing tersebut sebelum bertanya ada apa pada keluarganya.

“Kok ada apa sih, kak?” Luki balik bertanya dengan mimik wajah menggoda. “Kita kan hendak membicarakan acara ulang tahun kamu besok…”

Tangan Nila yang sedang mengusap Jolly berhenti sehingga menyebabkan dengkingan protes dari anjing tersebut.

“Iya, kita mau mengadakan acara kecil-kecilan aja kok besok,” sambung mamanya sembari menoleh pada Nila. Jadi kamu mau dimasakkan apa?”

Nila berdiri dan mengeluarkan gumaman tidak jelas sebelum akhirnya ia mengibaskan tangannya. Pertanda, ia tidak ingin ada acara apa-apa untuk hari besok.

“Loh, kenapa kak? Khan hanya setahun sekali…,” dengan menyeringai Luki menggoda kakaknya. “Kayaknya sudah beberapa tahun ini kakak tidak semangat soal ulang tahun…”

Mamanya sekarang pun turut menimpali,” Iya Nila. Dulu waktu kamu masih kecil, hanya ituuu saja yang kamu tanyakan. Pestanya ada atau tidak? Makannya apa? Kadonya bagus gak? Kok sekarang jadi tidak semangat seperti itu?”

Huuuu Mama, gerutu Nila dalam hati seraya beranjak menuju dapur. Meninggalkan keluarganya yang saling berpandangan dengan tersenyum. Dulu setiap ulang tahun memang itulah artinya buat dirinya. Yaitu akan ada pesta (walau belum tentu), aka nada makanan enak (ini sudah pasti) dan yang paling menyenangkan dirinya adalah ia pasti akan mendapat kado. Sekarang? Ulang tahun hanya mengingatkan dirinya bahwa umurnya sudah bertambah. Sementara masih banyak hal yang belum berhasil ia raih. Ia masih terseok-seok meniti karir di kantor. Kekasihnya belum juga meminangnya hingga saat ini. Niatan keliling dunia yang kelihatannya semakin tidak mungkin ia lakukan. Dan ulang tahun mengingatkannya akan kerutan diwajahnya yang terus bertambah. Bah! Hari ulang tahun adalah hari yang paling menyebalkan diseluruh dunia!

Pfff, memang beda rasanya berulang tahun dikala masih kanak-kanak dibandingkan setelah menjadi orang dewasa. Oh, aku benci hari ulang tahun!

5 comments:

  1. hehehhee...kalo aku benci dgn angka yg semakin membesarr.....

    ReplyDelete
  2. Hahaha, kasian Nilla, waktu kecil pas sedang senang2nya merayakan ulangtahun malah dianggap terlalu bersemangat. Abis udah gede malahan dianggap masih bersemangat ngerayain ulangtahun spt anak kecil.

    ReplyDelete
  3. Ehm... saya sekarang berhenti 'mengulangi tahun' dan berhenti menghitung tapi yang pasti saya terus menikmati usia yang masih tersisa... (ER yg malas log-in)

    ReplyDelete
  4. Dulu waktu aku kecil, ulang tahun selalu di rayakan sampai aku kelas 5 SD. Sekarang, anakku malah sama sekali belum pernah merayakan ulang tahunnya, kecuali waktu umur setahun. Padahal teman-teman sekolahnya pasti mengadakan ulang tahun di sekolah. Anakku nggak mau hehehe...

    ReplyDelete
  5. hehehehehee, udah beberapa tahun ini, ulang tahun gw tanpa perayaan apalagi kado...gk masalah...tapi gk sampe mikirin kerutan di muka juga sih..cuma jadi seneng merenung aja menjelang ultah...ahik.. ;)

    ReplyDelete