Puisi-puisi Hudan Studiawan (3)

Kasmarana dan Kasmarani (3)

siang di mana
rindu diterpa sepoi angin
dan enggan berguguran
seperti daun beringin

ada yang hilang dan harus dikembalikan.

8 Juni 2011

Kasmarana dan Kasmarani (4)

Kasmarana:
tangis anak kecil itu
kupungut lalu
kumasukkan ke saku kemeja

Kasmarana:
popok bayi itu
kuselipkan juga
ke dompet di celana

Kasmarani menangis bahagia
Kasmarana mengamininya.

8 Juni 2011

Kasmarana dan Kasmarani (5)

Kasmarani:
Rana, kukirimkan rinduku
agar kau terbius untuk sementara

Kasmarana:
Rani, aku mati rasa
cuma sebait puisi yang bisa kuindera

Kasmarani:
kumohon Rana,
biarkan dirimu tertipu dulu oleh sajak-sajak cinta.

9 Juni 2011

Kasmarana dan Kasmarani (6)

cinta itu tumpukan kardus-kardus susu bayi
cinta itu tagihan listrik dan air yang sudah telat sepuluh hari
cinta itu cicilan rumah yang mesti segera dilunasi
cinta itu menghapus jatah nonton di bioskop dari budget bulan ini

doa Kasmarani:
semoga Kasmarana tak lelah memeras keringatnya sendiri.

cinta redefinisi, 10 Juni 2011

Kasmarana dan Kasmarani (7)
cinta kardus susu bayi

bulan Juni jadi bulan hipertensi
piring-piring berpilotkan Rani, sang istri
terbang dari dapur dan rak cuci
berpecahan di ruang tamu sampai kamar mandi

bulan Juni menjelma jadi bulan penuh caci
Rani memaki-maki Rana, sang suami, yang sudah tak pulang beberapa hari
untung tak keluar kata-kata seperti bajingan atau jalang
hanya sempat terlontar tuduhan bahwa Rana itu lelaki hidung belang

Rana terdiam
sementara Rani terus berteriak kesetanan
mirip orang kesurupan
tapi Rana masih terdiam

beberapa saat setelah Rani tenang
Rana berucap pelan,
“Aku kerja lembur beberapa hari demi ini,”
Rana meneteskan air mata sambil memegang kardus susu anaknya yang masih bayi

ah, tapi akhirnya bulan Juni berubah jadi bulan kasih sayang
meski rumah terlanjur hancur seperti medan perang
Rani menangis sesenggukan
Rana memunguti piring-piring yang pecah berserakan.

cinta tak berasa manis saja, 12 Juni 2011.

2 comments: