(Sumber Foto : Dokumen Pribadi)
Kurasakan aroma
bukan sekedar aroma kopi
bukan wangi melati meski ia berseri
bukan karena nyanyi kolibri
Ah, aromamu
desahmu
sinarmu
adalah tarian
Sebab kau Juni
pijarkan rona
sibakkan kematian rasa
munculkan rasa yang disebut bahagia
Sebab kau Juni, maka secangkir kopipun jadi puisi
***
Kau dan Aku, Kisah Yang Tercecer Dari MemoPad Handphone Tua
Kukatakan padamu,
kelak sinar mentari akan berdiri bersama sembari kita minum kopi dan saling memeluk bahu
sebab samudra tak cukup luas tuk pisahkan kita
sebab langit kita sama dan angin selalu mempertemukan jiwa kita kemanapun kita mengembara
Kukatakan padmu,
kelak kita akan berdiri bersisian sembari kita memandang hujan meteteskan rintiknya
sebab kau dan aku saling mengukir nama di jiwa-jiwa kita
dan kurasakan sehelai daun jatuh ke bumi di tempatmu saat kau hembuskan namaku padanya
Kukatakan padamu,
kusimpan saja kisah ini pada memopad handphone tuaku
sebab tak kupunya asa apapun,bahkan untuk menyongsongmu
sebab satu "Bejo" saja telah cukup untuk membuatku berkata "Jera"
Sebuah kisah yang kutemukan dari sebuah handphone tua.
(Handphone siapkah itu...?, entahlah)
Hai...senang turut berpartisipasi....makacih yah...puisi dgn kata2 yg sederhana...
ReplyDeleteTerima kasih atas parisipasnya..
ReplyDeleteSy Suka puisi nomor 2
Suka sekali dengan judulnya, lebih suka dengan puisinya, terutama yang kedua itu. Seperti puisi yang bercerita. Handphone tua dan memopad. Memori yang tersendat di sejarah waktu yang tak lantas mengabu.
ReplyDeleteOh, aku terpesona..
puisi yang berkisah tentang sesuatu dekat sekali dengan keseharian kita...
ReplyDeleteterima kasih sudah berbagi di kampung fiksi :)
Hiks, ternyata dipublish ya. Owh, maaf baru tau. Hehe, soalnya sedang agak gemblung, hehe.
ReplyDelete@Admins, terimakasih. Mba meli, Chalinopita, Mba Endah makasih supportnya.
Puisi yang no.2 itu rupanya ada kata-kata yang belum diedit. Semoga tidak mengganggu pemaknaan bagi pembacanya (Yang di blog saya sudah saya betulkan).