Lelaki Malam
Kusebut sang penunggu malam
Bercinta dengan temaram di relung senja
Berharap pada sepi berkelana kala sendu
Ketika hening mencengkram rindu
Bintang adalah pertanda
Purnama adalah anugrah
Semesta bertabur sejuta tanya
Kau lelaki tengah malam
Berselimut sutra terangkai alam
Dari tangan keriput menyulam doa
Menanti embun di kuncup asa
(Yogyakarta, 09-06-2011)
Ini Bukan Surat Cinta
Sayang, ini bukan surat cinta yang berisi kata-kata puji. Ah, mengapa aku seberani itu memanggilmu sayang? Maaf. Aku tak mengenalmu dan dikaupun begitu. Anggaplah kata-kata ini tak bertujuan dan tak bertuan. Namun sebelum kau mengenalku, izinkanlah aku memanggilmu sayang walau kutau kau muak dengan dengan kata yang sering menjerumuskanmu itu. Sayang maaf jika aku lancang bertutur akupun tak bermaksud menjerumuskanmu dalam buaian kata, ini bukan rayuan yang berujung benci. Aku cuma enggan berputar di pusaran ketidakpastian hati. Bukankah rasa yang mengendap adalah belenggu?
Sayang, terkadang cinta diwujudkan dalam kepalan tangan, batu-batu, dan tulisan-tulisan karena mereka telalu banyak mengumbar kata, menggadaikan cinta disudut bibir yang manis. Mungkin kau berkata “kaupun terlalu banyak mengumbar kata! Iya, dan kuharap cintamu tak kau wujudkan dalam kepalang tangan dan batu-batu yang meretakkan tengkorak kepalaku, semoga.
Sayang, aku mencitaimu tak setinggi tak sedalam, bukankah tinggi dan dalam adalah batas? Batas itu terukur, apakah hati mengenal ukuran? Sayang, tak perlu kau jawab, tak usah kau risau karena kelak kita tak butuh banyak tanya dan jawab karena ku tau kau lebih mengerti, cinta bukan logika, bukan hukum sebab akibat. Bukankah diam adalah pertanda? Diam adalah bahasa.
Namun jika kau tetap bertanya, kenapa? Sejujurnya akupun tak mengerti. Tapi ijinkan daku membisikkan tanya..
Apakah cinta butuh alasan?
(Yogyakarta, 09-06-2011)
Oleh: Ahmad Amrullah Sudiarto
Tergoda oleh lelaki Malamnya :D
ReplyDeleteNice