Selembar pagi tergelar rapi di atas amben kayu nangka. Sepiring jadah bakar bertabur irisan gula jawa tersaji disandingkan tiga cangkir kopi. Aroma rajangan tembakau mengintip lewat jendela yang daunnya terbuka sebelah, berebut masuk dengan langu lethong sapi.
Dari pawon terhirup wangi nasi dari bulir-bulir padi yang dipanen sendiri. Di lubang tungku percik-percik api berlompatan meninggalkan ujung kayu bakar, menyapa udara pagi. Setenggok jagung teronggok di atas pogo, sabar menunggu belaian tangan keriput mengupasi kulit-kulitnya yang masih menyisakan harum ladang.
Kembali ingin kuanyam lembaran-lembaran pagi dengan benang cinta yang dipintal Mbah Kakung dan Mbah Putri. Kembali anganku melayang menembus gapura langit kenangan, lalu hinggap di lereng gunung Sumbing. Kembali ingin kugelar pagi ‘tuk bersila di atasnya bersama Mbah Kakung dan Mbah Putri.
***
0 Spots:
Post a Comment