Halo semua.. Tanggal 14 januari kemarin, kampung fiksi
mengajak fiction holic untuk menulis FF bersama di writing project. Promptnya
adalah :
Kau dan dua orang sahabatmu sejak SMA mengadakan acara
kumpul-kumpul di puncak karena salah seseorang dari temanmu akan segera
menikah. Lalu salah seorang temanmu mengungkapkan rahasia yg mengubah hidup
kalian bertiga. Apa rahasianya? Tugasmu menentukan.
Nah ada tiga orang yang mengirimkan FF mereka. Terima kasih
sudah mengikuti writing project pertama kampung fiksi, yah.
Dan inilah ketiga FFnya
Akhir tahun ini aku dan 2 sahabat akan mendaki puncak sebelum emma menikah di Januari
tahun depan, dari lulus SMA aku dan 2 sahabatku sangat jarang bertemu dan
menceritakan perubahan yang terjadi setelah lulus SMA. Dan inilah cerita aku
dengan 2 sahabat SMAku...
Aku menelpon ke-2 sahabatku untuk konfirmasi keberangkatan
pada hari senin pagi ke puncak Bogor.
“ Emma dan Ella, senin pagi kita berangkat ya..” aku
menggunakan panggilan konferensi
“ Iyaaa..mereka ngerespon konfirmasiku.
Dalam perjalanan menuju puncak yang pagi ini lalu lintas
terpantau lancar, aku bersama 2 sabahatku menelusuri jalanan menuju bogor. Aku
yang mengemudi mobil, emma dikiriku dan ella duduk dikursi
belakang. Selama perjalanan kami habiskan dengan cerita, temu kangen dan ngemil
bawaan makanan yang telah kami persiapkan sebelum keberangkatan. Ini
benar-benar quality time yang sempurna.
Selama 2 jam perjalanan, akhirnya tibalah aku dan 2
sahabatku di villa puncak yang telah kami booking sehari sebelum berangkat. Aku
dan ke-2 sahabatku menurunkan barang-barang yang kami bawa dan memasukkan ke
dalam villa.
Udara siang di villa masih berasa segar dan dingin, aku dan
ke-2 sahabatku memutuskan untuk beristirahat sejenak. Dalam satu kasur kami
berbaring dan tak kala kami bercerita ringan agar tidak terjadi keheningan. Dalam percakapan ini ella
bertanya sudah berapa persen kerampungan acara pernikahan emma?” Emma
menjawab:” sudah 95% dan tinggal menunggu hari baik nya saja.
Ketika mendengar kalimat itu tiba-tiba muka ella berubah
menjadi sedih, dan aku hanya bisa terdiam dan mengamati emma yang senang sekali
bercerita tentang pernikahannya. Karena aku lah yang tahu cerita atau rahasia
yang ada dalam persahabatan kami.
Calon suami emma adalah lelaki yang dicintai oleh ella,
selama 3 tahun ella dan calon suami emma menjalin hubungan cinta tanpa
diketahui oleh emma. Ella tidak tahu apa alasan mereka putus tapi setahu ella setelah 2 tahun tanpa komunikasi, mantan
ella jadian dengan emma sahabat nya sendiri. Rasa sedih datang tanpa kompromi
dan membuat ella kacau kala itu, tapi aku berusaha agar ella tetap tenang dan
jangan gegabah.
Karena kalau ella melakukan hal-hal yang aneh maka akan membuat
emma terluka dan persahabatan mereka terancam berakhir, tapi itu semua tidak terjadi
sampai detik ini. Hubungan aku, emma dan ella masih baik dan disini kami akan
mengklarifikasi rahasia yang hanya aku dan ella yang tahu.
Menikmati senja dengan segelas teh hijau hangat menemani
aku dan 2 sahabatku di teras villa, aku membuka suara.
“ Emm, aku punya rahasia yang belum pernah kamu tahu.”
“ Rahasia apaan? Jawab emma dengan senyum manisnya
“ Calon suamimu pernah menjaln cinta dengan ella selama 3
tahun.”
“ Apa kalian bercanda? Mimik muka ella berubah
“Ini semua benar emm, tapi setelah aku berikan rahasia ini
kepadamu tidak akan mengubah apapun termasuk pernikahan kalian, percayalah!”
Tapi sebelum aku menyelesaikan kalimatku, emma buru-buru
kedalam dan mengambil barang-barang dan keluar menuju jalan menyetop taksi dan
pergi meninggalkan kami, ini tidak seburuk apa yang emma pikirkan tapi setelah
kejadian itu aku dan ella sangat sulit untuk berkomunikasi dengan emma dan
tidak bisa ditemui sampai hari bahagianya, aku dan ella tidak di undang di
acara pernikahan nya.
2
JUJUR,
SALAHKAH?
By. C'in Hapsari Jeooenii
By. C'in Hapsari Jeooenii
Aku masih tidak percaya. Raisa, sahabatku akan segera menikah. Padahal, tak sedikit pun ia pernah cerita tentang kekasihnya. Mungkin karena kesibukan kami masing-masing.
"Kumpul ke puncak Bogor, ya. Sebelum aku nikah, ada yang mau aku ceritakan sama kalian..."
Aku teringat perbincangan kami seminggu yang lalu.
Udara dingin kota Bogor melenguhi tubuhku dalam perjalanan menuju puncak. Kabarnya, Rea, sahabatku yang satu lagi, sudah sampai tadi pagi.
"Raya...! kangen..." dua pelukan mendarat ke tubuhku sesampainya aku di villa keluarga Raisa.
"Sama..." kubalas erat pelukan Raisa dan Rea. "Nih, aku bawa pempek Palembang."
Dua wajah cantik di depanku makin sumringah dan saling berebut. "Kamu beres-beres dulu deh, sembari kami menyantap pempek,"
***
“Jadi,
siapakah cowok yang berhasil memikat hatimu, Sa?"
"Iya, nih. Dari datang tadi aku sudah tanya, tapi nggak dijawab juga..." imbuh Rea, sebal.
Raisa terlihat kikuk, ciri khasnya jika sedang menyembunyikan sesuatu. "Itu dia yang mau aku ceritakan..."
"Cerita dong, Sa." Rea pindah posisi ke depan Raisa.
"Tapi janji ya, jangan marah. Terutama kamu, Ray..."
Aku melongo tak mengerti dan akhirnya hanya mengangguk demi mendengar cerita Raisa.
"Kalian ingat, Bimo?"
"Mantan kamu waktu SMA, kan, Ray?" Rea menepuk pundakku. Aku gemetar.
"... iya," mata Raisa mengerling. "Aku... mau nikah sama dia,"
"APA?!" aku sontak berteriak. "Sa, kamu nggak bercanda, kan?!"
Raisa menggeleng. Rea terdiam.
"Kamu tahu, kan, Bimo itu..." suaraku tercekat oleh bingung.
"Aku tahu, Ray. Aku tahu kamu jadian lagi sama dia waktu dia pindah tugas ke Palembang, malah berniat untuk menikah. Tapi Ray..."
"Tunggu, jadian lagi? Kok aku nggak tahu?" Rea mengernyitkan dahinya.
"Pertemuanku dengan Bimo dua bulan lalu, saat dia pulang ke Bogor berhasil meyakinkan aku, kalau dialah jodohku..." jelas Raisa.
"Bukan itu masalahnya, Sa! Aku sudah putus lagi, kok, dari Bimo, tepat dua bulan yang lalu. Kamu tahu karena apa?!"
Napasku memburu. Padahal aku sudah berjanji tidak akan menceritakan aib ini. Tapi, ini menyangkut sahabatku, aku tidak bisa diam.
"Bimo positif HIV!"
Rea berjengit sambil memegang Raisa yang seketika lemas.
"Sebelum kami putus, dia sempat cerita ini - itu. Meminta aku untuk menerimanya, tapi, aku nggak bisa..."
"Kamu... nggak bohong, kan?" tangis Raisa pecah. Aku menggeleng dan memeluknya. "Aku harus gimana?"
"Kamu masih bisa mundur, Sa. Sebelum terlambat..." Rea angkat bicara. Raisa makin terisak.
Ya, Tuhan. Salahkah jika aku jujur begini? - Aku membatin.
"Iya, nih. Dari datang tadi aku sudah tanya, tapi nggak dijawab juga..." imbuh Rea, sebal.
Raisa terlihat kikuk, ciri khasnya jika sedang menyembunyikan sesuatu. "Itu dia yang mau aku ceritakan..."
"Cerita dong, Sa." Rea pindah posisi ke depan Raisa.
"Tapi janji ya, jangan marah. Terutama kamu, Ray..."
Aku melongo tak mengerti dan akhirnya hanya mengangguk demi mendengar cerita Raisa.
"Kalian ingat, Bimo?"
"Mantan kamu waktu SMA, kan, Ray?" Rea menepuk pundakku. Aku gemetar.
"... iya," mata Raisa mengerling. "Aku... mau nikah sama dia,"
"APA?!" aku sontak berteriak. "Sa, kamu nggak bercanda, kan?!"
Raisa menggeleng. Rea terdiam.
"Kamu tahu, kan, Bimo itu..." suaraku tercekat oleh bingung.
"Aku tahu, Ray. Aku tahu kamu jadian lagi sama dia waktu dia pindah tugas ke Palembang, malah berniat untuk menikah. Tapi Ray..."
"Tunggu, jadian lagi? Kok aku nggak tahu?" Rea mengernyitkan dahinya.
"Pertemuanku dengan Bimo dua bulan lalu, saat dia pulang ke Bogor berhasil meyakinkan aku, kalau dialah jodohku..." jelas Raisa.
"Bukan itu masalahnya, Sa! Aku sudah putus lagi, kok, dari Bimo, tepat dua bulan yang lalu. Kamu tahu karena apa?!"
Napasku memburu. Padahal aku sudah berjanji tidak akan menceritakan aib ini. Tapi, ini menyangkut sahabatku, aku tidak bisa diam.
"Bimo positif HIV!"
Rea berjengit sambil memegang Raisa yang seketika lemas.
"Sebelum kami putus, dia sempat cerita ini - itu. Meminta aku untuk menerimanya, tapi, aku nggak bisa..."
"Kamu... nggak bohong, kan?" tangis Raisa pecah. Aku menggeleng dan memeluknya. "Aku harus gimana?"
"Kamu masih bisa mundur, Sa. Sebelum terlambat..." Rea angkat bicara. Raisa makin terisak.
Ya, Tuhan. Salahkah jika aku jujur begini? - Aku membatin.
3
DUNIA
ITU SEMPIT
By Mega
"Udah lama ya kita nggak ngumpul kayak gini, kangen banget sama kalian" ucap Riana.
"Iya aku juga kangen kalian, rindu masa SMA dulu" sahut ku.
"Oh iya katanya ada yang mau nikah ya?" tanya Abel sambil melirik Riana.
Riana mengeluarkan sesuatu dari tas nya, "Ni undangannya, kalian harus datang ke pernikahan ku sama Adi ya?" sambil memberikan undangan ke aku dan Abel.
"So, Pasti kita datang na" kata ku pada Riana.
"Kalian kapan nyusul?" tanya Riana dengan nada menggoda.
Dengan sedikit malu aku menjawab "Boro-boro mau nikah pacar aja nggak ada. Kalo kamu Bel?".
Abel hanya terdiam, wajahnya berubah seakan itu merupakan pertanyaan yang paling mengerikan.
"Bel, kamu kenapa?" tanya ku penasaran.
Abel menarik nafas dan mulai berbicara, "Sebenarnya aku mau jujur sama kalian,tapi kalian jangan marah ya. Terutama kamu Nia".
Aku hanya mengangguk. Aku penasaran apa sih yang akan dikatakan Abel.
Lalu Abel pun melanjutkan kata-katanya "Aku pacaran sama sepupu mu Nia, Doni. "Apa?? Kok bisa sih kamu pacaran sama Doni. Dia tu kan playboy. Kamu kan tau aku benci banget sama dia. Dia sering mainin perasaan cewek. Aku nggak mau kamu disakitin sama dia. Kamu juga nggak pernah cerita sama aku Bel" tanya ku pada Abel
"Maaf ya Nia aku nggak pernah cerita, dia tu sekarang udah berubah,nggak kayak dulu lagi. Aku yakin dia bukan cowok playboy lagi"
"Udah lah Nia, biarin aja. Mungkin yang dikatakan Abel itu benar, dia udah berubah. Kita ambil sisi baik nya aja, kalian akan jadi keluarga" kata Riana menasehati.
"Aku cuma mau yang terbaik buat kamu Abel" kata ku
Lalu kami bertiga berpelukan. Tiba-tiba Raisa melepaskan pelukan dan mengambil Hp-nya. Ia memperlihatkan sebuah foto pada ku dan Abel. Disitu ada foto keluarga Raisa dan keluarga Adi. Dan juga ada "Doni" gumamku.
Aku heran sambil menatap Abel yang juga kebingungan.
"Aku nggak pernah nyangka kalau Abel bakalan pacaran sama Doni. Sebenarnya ini surprise buat Nia karena kita bakalan jadi keluarga. Tapi ternyata juga buat Abel. Kita bertiga tetap akan jadi sahabat selamanya sekaligus keluarga. Ternyata dunia memang sempit", tawa Riana lalu di ikuti kami berdua.
"Udah lama ya kita nggak ngumpul kayak gini, kangen banget sama kalian" ucap Riana.
"Iya aku juga kangen kalian, rindu masa SMA dulu" sahut ku.
"Oh iya katanya ada yang mau nikah ya?" tanya Abel sambil melirik Riana.
Riana mengeluarkan sesuatu dari tas nya, "Ni undangannya, kalian harus datang ke pernikahan ku sama Adi ya?" sambil memberikan undangan ke aku dan Abel.
"So, Pasti kita datang na" kata ku pada Riana.
"Kalian kapan nyusul?" tanya Riana dengan nada menggoda.
Dengan sedikit malu aku menjawab "Boro-boro mau nikah pacar aja nggak ada. Kalo kamu Bel?".
Abel hanya terdiam, wajahnya berubah seakan itu merupakan pertanyaan yang paling mengerikan.
"Bel, kamu kenapa?" tanya ku penasaran.
Abel menarik nafas dan mulai berbicara, "Sebenarnya aku mau jujur sama kalian,tapi kalian jangan marah ya. Terutama kamu Nia".
Aku hanya mengangguk. Aku penasaran apa sih yang akan dikatakan Abel.
Lalu Abel pun melanjutkan kata-katanya "Aku pacaran sama sepupu mu Nia, Doni. "Apa?? Kok bisa sih kamu pacaran sama Doni. Dia tu kan playboy. Kamu kan tau aku benci banget sama dia. Dia sering mainin perasaan cewek. Aku nggak mau kamu disakitin sama dia. Kamu juga nggak pernah cerita sama aku Bel" tanya ku pada Abel
"Maaf ya Nia aku nggak pernah cerita, dia tu sekarang udah berubah,nggak kayak dulu lagi. Aku yakin dia bukan cowok playboy lagi"
"Udah lah Nia, biarin aja. Mungkin yang dikatakan Abel itu benar, dia udah berubah. Kita ambil sisi baik nya aja, kalian akan jadi keluarga" kata Riana menasehati.
"Aku cuma mau yang terbaik buat kamu Abel" kata ku
Lalu kami bertiga berpelukan. Tiba-tiba Raisa melepaskan pelukan dan mengambil Hp-nya. Ia memperlihatkan sebuah foto pada ku dan Abel. Disitu ada foto keluarga Raisa dan keluarga Adi. Dan juga ada "Doni" gumamku.
Aku heran sambil menatap Abel yang juga kebingungan.
"Aku nggak pernah nyangka kalau Abel bakalan pacaran sama Doni. Sebenarnya ini surprise buat Nia karena kita bakalan jadi keluarga. Tapi ternyata juga buat Abel. Kita bertiga tetap akan jadi sahabat selamanya sekaligus keluarga. Ternyata dunia memang sempit", tawa Riana lalu di ikuti kami berdua.
Dari ketiga FF di atas, belum ada yang mendapatkan buku Canting karya
Arswendo.
Berikut akan dijabarkan alasannya.
FF pertama sudah ditulis dengan baik dan
sesuai dengan prompt. Ide cerita oleh penulis juga menarik tentang rahasia
sahabat yang ternyata pernah berkencan dengan tunangan sahabatnya. Namun,
pembaca tidak melihat lebih jelas bahwa rahasia itu mengubah kehiduan tokoh
lain (ingat promptnya) selain itu penulis juga
hanya saja terlalu banyak memnghabiskan kata menjabarkan suasana
perjalanan ke bogor padahal ini adalah FF alias kisah kilat jadi penulis harus
memilih kata dengan seksama dan tidak detail menggambarkan sesuatu hal yang
tidak berhubungan dengan cerita. Sudah ada twist akan tetapi twist belum
membuat pembaca penasaran.
FF kedua juga ditulis dengan baik, penulis sudah berusaha menulis konflik yang menarik. Hanya saja sama
seperti cerita pertama, penulis cerita kedua masih memberikan jabaran tentang
hal tak penting (seperti makan mpek-mpek dll) Konflik yang coba dihadirkan pun
memberi tanda tanya pada benak pembaca. Bimo, si tunangan mengidap HIV Aids?
Kalau seorang positif HIV tentunya sekarang dia telah terbaring lemah di RS
(karena pasti saat ini sistem kekebalan tubuhnya telah melemah) Nah meskipun
singkat sebuah FF harus ditulis secara jelas dan harus sesuai logika. Jadi
konflik yang coba dijabarkan penulis FF kedua kurang berlogika.
FF ketiga juga ditulis dengan baik hanya
saja konflik yang diangkat kurang sesuai
prompt. Ingat, rahasia yang dijabarkan oleh ketiga sahabat akan mengubah
kehidupan mereka. Menulis kataku, sahutku juga harus disambung bukan kata ku.
Perlu diingatkan bahwa FF adalah cerita
kilat. Mulailah FF anda dengan konflik lalu akhirilah dengan pertanyaan yang
akan membuat pembaca memikirkan jalan keluarnya. Masih ingat novel terpendek karya
Hemingway?
Dijual : Sepatu bayi, belum pernah digunakan
Hanya enam kata tetapi dari kata-kata itu,
pembaca bisa membayangkan bahwa di balik kata-kata itu ada dua orang suami
istri yang baru saja berduka menuliskan iklan di koran. Jadi, FF itu bukanlah
jenis cerita yang dituliskan lalu dilupakan tetapi cerita singkat yang ditulis
untuk meninggalkan kesan yang dalam bagi pembacanya. Nah, ketiga FF di atas tidak menimbulkan kesan bagi pembaca.
Namun terlepas dari semuanya, menulis
berdasarkan prompt adalah menulis yang tidak gampang terima kasih untuk ketiga
orang yang sudah mengikuti Writing prompt kampung fiksi pertama. Sampai jumpa
di writing prompt berikutnya.
Admin blog menulis/penulis tapi tulisannya belepotan seperti ini? Kalian enggak punya copy editor yang bertugas mengedit setiap tulisan yang mau dipublish? Ada sekolah online tapi tidak profesional tulisan yang dimuat di blog, bagaimana yach?
ReplyDeleteTampaknya Annoyed Reader tidak membaca kontent tulisan ini..
ReplyDeleteTulisan yang dimuat di atas adalah tulisan mereka yang mengikuti writing project kampung fiksi. Tentu saja tidak ada editan karena kami kampung fiksi menghargai mereka yang menulis untuk writing project itu.
Soal profesional tulisan, kampung fiksi adalah tempat belajar yang profesional (baca: penulis terkenal ) akan kami liput karyanya sedangkan mereka yang amatiran (penulis yang belum terkenal) akan belajar bersama kami.
Terima kasih sudah memberi komentar.. Meski komentarnya sangat jauh dari kontent tapi kami hargai karena kadang orang hanya bisa berkomentar..
Salam :D
Kaget juga pas baca komen annoyed reader di atas, Mbak. Kasihan banget, ketahuan gak baca konten.
DeleteWah, mau dong bikin FF sekuat Hemingway :)
ReplyDelete