Puisi-puisi Imrizal Pratama (1)

Buku


I. Cover (Cangkir Sebuah Takdir)

berlatar lautan semua kisah yang belum sempat dibaca
dari anak sungai imaji, siapakah bapaknya?
yang jelas terlahir dari rahim rumit
namanya ditidurkan di samping nisan itu
hingga kita bisa menemukannya dalam gelap

II. Bab Pertama ( Belajar Mengenal )

di sini kita belajar menebak suara;
bertutur dalm hujan salju, berisikan miniatur langit
di sana rembulan berjuang terangi malam bersama bintang
di sana kelam bertahan sebelum dikuburkan

III. Bab Kedua ( Belajar Memikul )

carikan pengganti purnama;
dengan kisah berbeda, kepada siapa gabah ini dipersembahkan?
sebelum kita bisa menumbuknya menjadi sebuah kehidupan
sebelum kita melipat tangan sesudah pertanggung jawaban

IV. Kesimpulan ( Belajar Menyelesaikan )

menangkapi camar, karena kelam akan menyerang
tak ombak pecah karang, tak layar di tengah samudera
semua akan menarik diri dari tatapan
dan tetap mengambil tempat

V. Cover ( Sampai Jumpa Lagi )

ada sedikit bekas di sini
tanpa goresan

Gonjoang Sambilan, 0101 001 001

Mutiya



Berhenti pandangi langit, bintang telah jatuh
ada banyak hujan harus disiapkan untuk menyambutnya
karena mawar telah lama bersembunyi dalam terpaan kemarau
dan tidak ada hijau bisa disebut sebagai daun, di sini

lihatlah kawanan mendung itu
ada pertanyaan yang aku pun tidak bisa menjawabnya
bolehkah kita jadikan ia bola pimpong?
aku tidak kuat lagi menahan tatapannya yang basah

Gonjoang Sambilan, 0101 001 001

Falsafah untuk Dingin



kita tidak musti mengenal sebulm sama-sama berlari
ketakutan berbedalah membuat siang begitu panjang
tangan tidak cukup lagi tampungpeluh kucuri jalanan ini
dan kita tidak perlu seatap untuk memikul bintang

teman, aku tidak akan lupa kau bercerita
angin tersandung tali jemuran saat hujan tidak mau beranjak
seperti wahyu, aku menangis membacakannya untukmu
di malam kita coba susun lagi falsafah untuk dingin

dan kita masih tidak sempat mengenal karena gigil kita tawakan

Gonjoang Sambilan, 0101 001 001

5 comments: