rindu ini mulai menelusup perlahan
ke dalam hati yang kau pinjamkan
rindu ini tidak dapat didefinisikan
dirumuskan, atau dimodelkan
rindu ini bukan ruang atau waktu
dia cuma keinginan untuk bersatu
dan lalu,
maukah kau pinjamkan hatimu
selamanya padaku?
di suatu sela waktu mimpiku, 2011
Kamu?
engkau datang di waktu yang tidak tepat?
ataukah aku yang menyambutmu terlalu cepat?
aku hanya takut
kepalsuan datang dan
mereinkarnasi dirinya sendiri
secara berulang-ulang dan
lebih keji.
aku tersesat di hatimu, 2011Roman(tis)
beberapa hari
setelah akad nikah kita
aku mengajakmu ke taman tengah kota
kugandeng tanganmu, mesra
kau menyambutnya, manja
lalu kudekatkan mukaku ke wajahmu,
kubilang, “maukah kau menjadi pacarku?”
engkau pun mengangguk segera,
tersenyum, tanpa kata
aku pun semakin erat menggandeng tanganmu
engkau membalasnya.
inikah cinta?
biar kami berdua saja yang menjawabnya.
cinta suci hanya ada dalam bingkaiNya, 2010
Foya
pesta pora
lampu-lampu disko menyala-nyala
musik dangdut koplo bergegap gempita
foya-foya
di tiap gelas anggurnya
berisi penuh variabel dan konstanta.
teler tesis, 2010
Kapan?
tumpukan undangan pernikahan
yang datang kepadaku
cuma membuatku tercenung dan
terpaku
kapan giliranku?sebagai wayang, masih menunggu instruksi dari Sang Dalang, 2010
Temaram
langit temaram melarikan ombak berdeburan
melarikan diri
melarikan hati
sayatan tajam tepat di urat nadi.
selat Bali, 20 Juli 2010 dini hari
Berlari
perak pendar bulan yang belum sempurna
di tiap pikselnya adalah air mata.
tawakkal, 2010
Masih
perak pendar bulan
bulan mati dan
bulan bersetengah-setengah lingkaran
perak pendar bulan
bulan mati
bulan diselingkuhi
perak pendar bulan
bulan ini tak lebih dari
bulan pengkhianatan.
roda kehidupan, 2010
Keladi
tua-tua merpati
makin tua makin keladi
berpindah-pindah ke lain hati
siapa bilang merpati tak pernah ingkar janji?
Kampus, 2010
Hilang
aku hilang
ditelan masa
lalu
waktu
memakanku
kemudian
memuntahkanku
perlahan
begitu?
Dukuh Kupang, 2010
Pancaroba
katamu,
biar waktu berganti
musim tetap jadi dua
lalu,
aku menimpali
di mana pancaroba?
kita sedang berlarian ke sana
jawabmu sambil menutup mata.
Dukuh Kupang, 2010
Puisinya asyik-asyik
ReplyDeleteTerima kasih atas partisipasinya...
ReplyDeletePuisi2 yg Nice..
Selamat datang di Kampung Fiksi, Mas Hudan. Puisinya seperti gerimis, yang manis juga mistis menjatuhi atap-atap rumah dengan abstraksi yang menyenangkan. Saya curiga Mas Hudan ini orangnya romantis, ya? Terbaca dari puisinya. hehehe
ReplyDeleteSalam :)
Senang ada puisi-puisi ini menghiasi kampung fiksi, Mas Hudan :-) terima kasih.
ReplyDeleteTerima kasih kepada Admin Kampung Fiksi dan rekan-rekan di Kampung Fiksi yang telah bersedia menerima puisi-puisi saya. Sudah sejak lama saya mencari komunitas puisi. Maklum, setiap puisi saya tunjukkan ke teman-teman, cuma olok-olokan yang saya terima. Akhirnya ketemu dengan Kampung Fiksi. Jikalau diijinkan, saya ingin menulis puisi lagi dan bisa tetap berkontribusi di Kampung Fiksi.
ReplyDeleteSekali lagi terima kasih banyak untuk rekan-rekan semua, tidak pernah saya diapresiasi sebaik ini :)