Mimbar Hujan
wajahmu gerimis saat kukatakan pada malam bahwa aku ingin mati
engkau diam dan melipat matamu dalam-dalam
cukuplah aku kehilangan jasadmu dari pelukan angin
dan kita selalu bertatap akan riwayat dan cinta yang menjadi mayat
lihatlah fajar yang kugenggam dan memerah di bawah telapak tangan
Dia hadir dalam adzan saat namamu kuiqomatkan
kau tak ingin hilang dari apa yang kusebut bayang
sedang waktu tiada mengisyaratkan jelajah rindu di setiap larik pilumu
membungkus kegelisahan dalam gemuruh saat halilintar menampar getir
di bawah mimbar hujan, senyummu kuukir dengan airmata
kita bersetubuh dalam detak jantung matahari
el hida03062011
Jeruji Hujan
Angin mencekal langkah
Aku berhenti bermimpi
Roda-roda asa menghela nafas
Jari-jari waktu merogoh tatapan
Hujan mengikat tangan dan kaki
Matahari membeku di jantungku
Gelap dan semakin kedinginan
Dedaun perih dari neraka
Memerah dalam benak
Setiap rintik mengejek akar hidup
Tanah-tanah gersang itu jiwaku
Hujan mengacuhkan tangis
Elhida 05062011
Rumah Hujan
Melarikan diri dari gempita abadi
Raga asing dari kesendirian
Berteduh di rumah hujan
Tengadah pada takdir yang mencibir
Kubangun dengan rasa hilang
Saat yang tersisa hanya kilatan hati
Aku sempoyongan dan melepuh
elhida 05062011
Puisi-Puisi El Hida (3)
- By Unknown
- On June 10, 2011
- 2 comments
hujanmu selalu indah dan puitis... *menikmatinya sambil minum teh panas :)
ReplyDeletexixixi
ReplyDelete