"You know you are in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams."
Rumput melambai ramping, tubuhnya yang langsing melesat dari dekapan Mimpi dan menari menuju tengah ruangan, menjauhi peraduan. Dia tersenyum mengejek, beringsut-ingsut mengitari peraduan dalam jarak yang aman. Rumput tahu benar bahwa Mimpi terikat erat di sana, oleh rantai-rantai perjanjiannya dengan entah apa, mereka sama-sama tahu namun sama-sama tak menyebutkan nama. Kejarlah daku kalau engkau menginginkan aku, maka aku milikmu. desahnya menggoda, matanya mengerjap, melemparkan kegenitan semu sebelum ia mengeluarkan lidahnya tanda mengejek. Kau, tak mampu! Mimpi memalingkan wajah merasa sakit dikebiri. mengumpat dalam bahasa yang tanpa terjemahan aksara. Rumput tertawa ditahan.
aku ingin menusuk bulan. desis Rumput perlahan ketika mengintip dari celah jendela. cahaya bulan masuk samar-samar menepi hingga ke sudut kiri kamar. Rumput menatapnya dengan kelembutan yang mengiris kalbu. ada gesekan biola di sana, diantara tatapan itu. Mimpi menguap, dia mulai merasa tak menemukan tempat dan bertanya-tanya, benarkah perempuan ini perempuannya, bininya, wanitanya? kalau iya, mengapa jarak sejengkal itu tak mampu diseberanginya? apa yang menghalanginya? Mimpi menggeleng enggan. dia enggan berpikir. dan melarutlah dia dalam larung malam. menguap bagai asapan. hilang.
aku ingin menusuk bulan. desis Rumput perlahan ketika mengintip dari celah jendela. cahaya bulan masuk samar-samar menepi hingga ke sudut kiri kamar. Rumput menatapnya dengan kelembutan yang mengiris kalbu. ada gesekan biola di sana, diantara tatapan itu. Mimpi menguap, dia mulai merasa tak menemukan tempat dan bertanya-tanya, benarkah perempuan ini perempuannya, bininya, wanitanya? kalau iya, mengapa jarak sejengkal itu tak mampu diseberanginya? apa yang menghalanginya? Mimpi menggeleng enggan. dia enggan berpikir. dan melarutlah dia dalam larung malam. menguap bagai asapan. hilang.
bye, bye, sayonara, selamat tinggal, bisik Rumput menatap asap yang tersisa, setelah disiramnya dengan kopi kental. ah, terlalu mudah mengalahkanmu mimpi, terlalu mudah.
Psst... sesuatu berbisik begitu dekat di telinganya. Rumput terkejut. Siapa? tanyanya. Bulan tersenyum manis dari luar jendela. aku. di sini, di atas sedikit dari pandangan matamu. Rumput mengangkat pandangannya, menatap bulan. Bulan berbisik lembut, kau menginjak cahayaku, aku tak bisa bergerak bebas, sudut perputaranku menjadi tersendat. tolong geser kakimu lima senti saja ke kanan. tapi aku ada di sini, protes Rumput, kakiku tak menginjak cahayamu sama sekali. bulan menggelengkan kepalanya, lihatlah, kaki bayanganmu, desaknya. Rumput menoleh, ah.. itu maksudnya. baiklah aku kan menggesernya lima senti ke kanan.
Terimakasih, bisik Rembulan mesra. ingin aku mengecup pipimu. Ohoho... Rumput menggeleng, tidak bisa. aku bukan perempuanmu. aku adalah aku yang tidak harus tunduk pada keinginanmu. aku tak akan memasungmu, protes Rembulan, sungguh. Rumput berayun menggeleng. Tidak. dan tidak. dan tidak. aku sudah memilih siapa yang boleh mengusap pipiku dan mengecupnya.
Ah.. Bulan mengangguk. Dia, rupanya. Rumput tersenyum samar. Hmm, kau tahu? Rembulan tertawa kecil. Aku mengintip jalan setapak menuju danau, setiap malam aku menembus gelap dan membiarkan cahaya-cahayaku merayap untuk bermain di sana. aku melihat kalian. berdua mandi-mandi dikedinginan malam. aku melihat kalian, saling mendekap dan memagut dalam riaknya. kalian menginjak matahari yang tertidur lelap di dasar danau, tanpa membangunkannya. dia lelap. lelah oleh seharian waktu yang dipegangnya dan lelah oleh ulah2 manusia yang dilihatnya. dia membiarkan aku menjaga tanah sebelah sini, ketika dia masyuk bermimpi.
Mimpi bukan swamiku, bukan laki-lakiku. dia boleh menggagahi sesiapa, tapi bukan aku. aku sudah membebaskannya.
Bulan mengerjap, kau membunuhnya Rumput, desah rembulan sembari menggelengkan rambut cahayanya yang pucat itu. kau membunuh mimpi.
Rumput mengerjap, membiarkan bunga-bunga rumput terbang bersama semilir malam dari rambutnya yang terurai. ia mandi cahaya keperakan, begitu rapuh, namun begitu penuh tekad. aku menunggu ilalang, ia sebentar lagi akan datang, sebab hari-hari kami tinggal sebentar. aku hanya rumput. dan dia ilalang, kami bersepadan, tak perlu diantara mimpi.
ah... bisik Rembulan. aku tak mampu mengerti.
ya, bisik Rumput, tak ada yang perlu mengerti. hanya aku dan dia yang perlu tahu. itu cukup. Rumput bergegas menuju ke pintu, mendengar langkah-langkah yang kian mendekat. Kekasih? bisiknya lirih. Ilalang membuka pintu, dan menemukan.
Rembulan menutup mata malam, membiarkan bintang menari, dan meninggalkan dua kekasih berbincang dalam bahasa yang hanya mereka yang tahu.
---
18 Comments
Menikmati segala keindahan liris sang rumput dan ilalang ... Sampe bingung mau berkomentar .. intinya .. AKU SUKA ;-)
ReplyDeleteDeasy, makasih ^_^ Tapi masih utang ttg perempuan dan profesinya :D
ReplyDeleteKeren, hasil masuk kepompong. cepet banget nulisnya. wahahaha.
ReplyDeletetapi aku bingung dengan nama-nama alam. meengurangi kenikmatan membaca. tapi berhubung dah kenal sama yang nulis ya asyik2s saja.
salam liris
MD
Weewww..... bingung mau ngomong apa... bilang suka udah keduluan tante Deasy....
ReplyDeletetapi beneran suka :(
MD, huahahaa.. itu sih ga obyektif banget. Terasa mengganggu ya nama2 alam itu? Ini prosa lama kok. Bukan baru saja ditulis. Saya sedang memutuskan untuk menjadikan Kampung Fiksi sebagai tempat berlatih menulis dan menulis sesuai gaya yang paling nyaman dgn gaya saya. *memang agak2 eksperimental jadinya*
ReplyDeleteKalau mau memberikan masukan atau kritikan, please do.. ^_^
Uleeeeng, makasih banyak sudah mampir :) Seneng banget Uleng di sini. Nanti saya mampir ke Desa Rangkat. Oh iya kalo ada yg bisa saya bantu untuk blognya desa rangkat, beritahu saya ya.. Makasih banyak Uleng.. *peluuuk*
ReplyDeleteG, prosa lama itu berapa tahun? kalau lebih dari 3-5 tahun berarti dirimu sudah konsisten dan menemukan bentuk kekhasan dirimu. walau kadang saya menemukan "jurus/karakter" yg sama pada Meli. saya melihat ada kemiripan pola penulisan pada dua orang itu (wakaka, sotoy).
ReplyDeletelalu adegan pengulangan kata, misalnya daun-daun, ombak-ombak,kenangan-kenangan, dll sering ditemui dalam fiksi G dan Meli.
ternyata saya menemukannya juga dalam karya sastra Indonesia.
pantesan ada yg aneh dlm liris ini, saya tdk menemukan yg fresh atau kebaruan scr keseluruhan.
MD, Ini ditulisnya tahun 2009. Jadi sudah 2 tahunan ^_^ Apakah mirip dengan Meli, haha, senang kalo dikatakan mirip Meli sebab dia keren sekali. Meli itu nafasnya pun puitis, haha.
ReplyDeleteMemang benar. Sirosa yg ini menurut saya beberapa bagiannya masih mentah saat saya baca sekarang. Persis seperti waktu saya baca ulang Hujan Dedaunan setelah beberapa waktu dan memutuskna untuk mengubah endingnya. Atau beberapa bagian dari tulisan saya yg Bibir itu juga saya baru bisa revisi setelah lewat beberapa waktu (baca: berbulan2 kemudian). Tulisan-tulisan semacam ini, kalau bagi saya adalah pemancing inspirasi. Kayaknya cocok untuk ditaruh di blog ^_^
sama ama koment mbak deasy ... mimin juga suka , cerita rumput dan ilalang ...
ReplyDeletemimin sukaaaaaaaaa.... mbak ge ajarin mimin menulis yahhh
ReplyDeleteSaya menyimak sekaligus mengiyakan pak MD plus mengamini G, sirosa di atas layak dijadikan inspirasi, khususnya buat saya meski pas baca tadi sempet kelabakan dengan banyaknya nama-nama.
ReplyDeleteEh, saya tertarik dengan kata 'swami' di situ. Kalo saja kata itu 'dijuwal' saya siap nyarikan pembeli. hahaha.. *disini boleh kabur juga nggak?*
Selalu ada sesuatu yang tersirat, entah apa, dalam tulisan G. Meski harus baca pelan-pelan, tapi suka (boleh pinjam punyamu kan, Deasy?)
ReplyDeleteHuaa.. gua selalu suka membaca yang satu ini, G, ngga tau dhe.. rasanya tulisan elo yang satu ini tuh berada di 'frekuensi' yang sama ama gua, wakakakak.. jadinya lebih berasa 'connect' and bisa gua 'mengerti' aja.
ReplyDeleteDan pas ngebacanya itu otomatis samar2 kebayang sosok2 tokohnya yang serasa 'bergerak' bersama dengan kata2, ahahaha..
*and terakhir membaca ini bikin gua teringat ama salah satu adegan di Topeng Kaca, ahahaha*
@Naim, wuahahaa.. awas luw yah.
ReplyDelete@ER, wkwkwkwk... Mbak Endah, "yang entah apa" itu lho, maksudnya, "apaan sih ini?", well ini ttg lagu "Harus malam ini" dan seorang perempuan yg tidak bisa tidur karena sibuk memikirkan kekasihnya. Ttg quote-nya dr. Zeus yg berbunyi, “You know you're in love when you can't fall asleep because reality is finally better than your dreams.”
@Indah, hahaha... gw dan elo memang berada pada "gelombang" yang sama, wkwkwkwkwk.
Thanks semuanya :)
@Mbak Mimin, astagaa.. kok bisa sampe kelewatan komentarnya Mbak Mimin :'( Makasih udah baca tulisan ini... Dan makasih banyak udah kolabs sama2 ^_^
ReplyDeleteSuka banget deh sama tulisannya. pengen nulis yg kaya' ini tapi gak pernah berhasil. gimana caranya y? ajarin dunk....
ReplyDeleteHehehe, dengan banyak sebab yang tak perlu disebutkan, saya suka prosa ini G. Kadang, ia seperti cukup mewakili geliat ilalang saya, hahahaha.
ReplyDeleteMaka ketika malam tiba, bukankah mimpi dan perasaan manusia saling bersenda gurau di langit hitam, ujar seseorang sembari pergi...
i like it
ReplyDelete